Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Street Art Trenggalek dari Lukisan di Tembok hingga Pekan Kebudaya Nasional

Jum'at (08/09/2023) sore, sekitar pukul 13.30 WIB, para anak muda Trenggalek berkumpul di sebelah barat lampu merah Nirwana (utara Alun-Alun Trenggalek). Tak hanya berkumpul, mereka juga menjinjing kaleng cat dan peralatan melukis.Mereka adalah anak muda yang tengah berkecimpung dalam street art Trenggalek. Dengan seksama menyaksikan sebuah dinding yang penuh dengan gambar. Mata mereka terlihat jeli mencermati permukaan dinding dari sudut ke sudut.Hingga akhirnya, warna tinta mereka lukiskan pada dinding tersebut. Sesekali mereka memperhatikan layar HP untuk menyesuaikan dengan gambar yang telah dibuat sebelumnya.[caption id="attachment_42972" align=alignnone width=1280] Okap, kawan Arif menggambar pada tembok di Trenggalek/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)[/caption]Apa yang mereka buat ini adalah seni mural yang identik dengan seni jalanan, atau bahasa kerennya street art. Street art Trenggalek masih bisa dikatakan asing, sebab tak semua masyarakat tahu keberadaannya.Bahkan, tak sedikit persepsi keliru di masyarakat yang menyamakan street art dengan aksi vandal. Hingga akhirnya, kian hari masyarakat mulai mengerti dan Street Art di Trenggalek kian eksis meski tergolong kota kecil. Bersamaan dengan itu, berbagai komunitas turut berdiri seperti Wall Wull Art Collective dan Serikat Suket."Kalau dari saya sendiri untuk saat ini udah ada lampu hijau dari masyarakat. Intinya ada respon baik sekarang. Sudah mulai kenal dan sudah mulai banyak gambar-gambar juga," ujar Zayinul Muhajibin, Ketua Wall Wull Art Collective.[caption id="attachment_42971" align=alignnone width=1280] Aji tengah melukis di salah satu tembok di Trenggalek/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)[/caption]Aji menerangkan, saat ini sudah mulai banyak gambar di tembok-tembok di sudut kota Trenggalek. Lukisan dan warnanya juga mulai beragam.Rahasianya, untuk membuat masyarakat menerima yakni dengan memilih tipe gambar pop. Yang memiliki warna-warna cerah dan mencolok, serta memberikan kesan fun."Jadi warga lebih suka daripada temboknya dipasangi iklan rokok atau apa gitu. Ndak papa digambar, jadi malahan lebih berwarna dan ada hiasannya mungkin," papar Aji.

Sekawan Senasib

[caption id="attachment_42970" align=alignnone width=1280] Arif, seniman asal Brebes berkarya di Trenggalek/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)[/caption]Arif Mujahidin ialah anggota komunitas asal Kabupaten Brebres. Nama komunitasnya Brebes Artdictive. Pada jum'at kemarin ia dan kawannya, Okap, ikut menggambar di jalanan bersama Street Art Trenggalek.Ia melihat perkembangan street art di Trenggalek kian hari makin berkembang. Seniman-senimannya juga mulai muncul dan aktif menggambar bersama secara berkala."Sebelumnya ndak terbayang, biasanya kalau street art kalau pop art ini biasanya di kota-kota besar. Itu kalau di kota kecil biasanya jarang," terang Arif.Arif tak memungkiri asal kotanya, Brebes, dan Trenggalek memiliki satu kesamaan. Yakni sama-sama kota kecil. Di sana Afif menjelaskan masyarakatnya masih ada yang menganggap tabu dan merusak tata ruang kota."Cuma temen-temen dari Brebes Artdictive mulai menghilangkan stigma itu. Jadi kalau menggambar di jalan diusahakan sebagus mungkin. Ndak mengotori, kayak gitu," ungkap Arif."Di sana juga masih berkembang, penggiatnya juga sudah mulai banyak cuma dak sebanyak kota-kota besar. Itu aja sih," lanjutnya.Saat menggambar di Trenggalek ia merasakan kesenangan dengan disapa warga. Ia juga merasakan mendapatkan dukungan dari warga.[caption id="attachment_42974" align=alignnone width=1600] Okap sedang memilah warna tinta untuk dilukiskan/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)[/caption]"Reaksinya warga di sini cukup menyenangkan. Lihat kami berkegiatan itu seneng, itu jarang dijumpai. Kadang kami kalau gambar di jalan itu suka dilihat negatif gitu," terangnya.Kedatangan Arif dan Okap ke Trenggalek itu bukan tanpa alasan. Mereka ke Trenggalek untuk Lawatan Jalan Terus Residensi Seni, yakni salah satu kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.Per hari Jum'at (08/09/2023) kemarin, sudah haru ke sepuluh. Ditargetkan mereka di Trenggalek selama 30 hari. Selama 30 hari itu pula mereka riset dan membuat karya di Trenggalek untuk dipamerkan dalam acara puncak PKN 2023."Kami di sini selama satu bulan terus 10 hari sudah mulai muter-muter beberapa komunitas beberapa temen seniman di Trenggalek. Berkenalan, berjejaring, seperti itu sih," ujar Arif.Berbagai tempat di Trenggalek telah Arif dan Okap kunjungi. Seperti makam Menak Sopal, makam Patih Singo Mudho, Dam Bagong, Sungai Bagong, dan melihat alam di Kecamatan Kampak."Aku sebenarnya belum kebayang bikin karya apa, cuma masih mencari apa yang tepat untuk dipresentasikan nanti. Masih mencari, proses. Kami masih mencari karena belum fiks tema yang akan diangkat. Dan beberapa hari terakhir kurator memberi tema baru lagi," tandasnya.

Lahir dari Pergaulan

[caption id="attachment_42975" align=alignnone width=1600] Serikat Suket, Brebes Artdictive, dan Wall Wull sedang berkumpul/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)[/caption]Munculnya Street Art di Trenggalek terjadi secara organik. Seperti halnya yang disampaikan Prayoga Kelana (Ceklek) anggota Serikat Suket. Perlu diketahui, Serikat Suket ialah komunitas lintas disiplin seni di Trenggalek. Tanpa terkecuali Street Art.Ceklek mengungkapkan, street art ini lahir pergaulan. Maksudnya, seni itu didakwahkan lewat jejaring sehingga menular dan tumbuh. Termasuk yang terjadi di Trenggalek."Street Art ini memang lahir dari pergaulan yang suka pergi ke luar kota. Soalnya kalau di Trenggalek sendiri belum ada, paling hanya ada vandal seperti Putri suka Budi," ungkap Ceklek.Untuk saat ini, menurut Ceklek peminat Street Art di Trenggalek sudah cukup banyak daripada dulu. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat Trenggalek adalah orang pedesaan dan jenis seni yang diminati seni tradisi."Hari ini dengan era keterbukaan informasi publik. Teman-teman bisa mengakses dunia luar. Dari sini juga ada ketertarikan. Lha, dulu memang ndak ada [keterbukaan informasi], maksudnya hanya orang-orang tertentu lah yang tahu hal-hal seni-senian [termasuk street art]," paparnya.

Trenggalek Ikut PKN

[caption id="attachment_42978" align=alignnone width=1080] Pengumuman pertukaran seniman peserta Jawatan Jalan Terus Residensi Seni/Foto: @grobakhysteria (Instagram)[/caption]Eksistensi street art Trenggalek kian merambah dalam kancah nasional. Sebab, dalam perhelatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 ini, Trenggalek jadi peserta Residensi Seni dan jadi kali pertama.Keikutsertaan Trenggalek itu diwakilkan lewat komunitas Serikat Suket. Ada dua seniman yang dikirimkan dari Trenggalek, yakni Saga Tanjung yang memiliki latar belakang Street Art dan Bimo seni rupa kontemporer.Bagi ceklek dan kawan-kawannya ini menjadi suatu kebanggaan. Mengingat Trenggalek adalah kota yang kecil dan untuk seni rupa tidak masuk dalam peta kesenian yang diperhitungkan."Trenggalek itu ndak termasuk ke dalam peta kesenian yang diperhitungkan. Untuk seni kontemporer, terutama seni rupa, di Trenggalek belum. Tapi kalau untuk seni tari sudah," terang Ceklek.Ceklek bercerita bagaimana Trenggalek bisa jadi peserta PKN. Itu bermula saat kurator Jawatan Jalan Terus Residensi Seni Purna Cipta asal Komunitas Hysteria Semarang berkunjung ke Tulungagung. Kemudian tanpa sengaja mereka bertemu di Trenggalek (20/05/2023) dan berbincang-bincang."Awalnya kami bergabung dengan manajemen mereka Histeria. Kami gabung dalam acara Lawatan Jalan Terus," ujarnya.Yang menarik dari kegiatan Lawatan Jalan Terus Residensi Seni ini tiap kota yang jadi peserta saling bertukar seniman. Seperti Brebes Artdictive ke Trenggalek dan berkarya di Trenggalek. Sementara delegasi Trenggalek dikirim ke Magelang dan diterima oleh komunitas Gothak-Gathuk.Sebagai host atau tuan rumah, Serikat Suket memiliki peran untuk menyuplai informasi isu yang ada di Trenggalek. Akan tetapi, untuk isu yang diangkat tergantung dari senimannya.Lanjutnya, ada tema besar yang diangkat dalam PKN 2023. Yakni Merawat Bumi Merawat Kebudayaan. Selain itu, tiap kota yang menjadi peserta Jawatan Jalan Terus Residensi Seni juga memiliki tema turunan masing-masing."Tema kami [sebagai host] 'Tata Kelola', yang karyanya nanti berfokus mengenai tata kelola ruang sebagai eksperimentasi. Kalau untuk itu kami dari tim hosting memberi kegiatan-kegiatan untuk seniman yang sesuai tema," terang Ceklek."Isunya bebas yang penting sesuai dengan tema besar. Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan. Ada keterkaitan dengan lingkungan juga," lanjutnya.Hasil karya dari Jawatan Jalan Terus Residensi Seni ini akan dipamerkan di Museum Nasional yang ada di Jakarta. Serta, meskipun sang seniman telah memiliki latar belakang seni tertentu. Tak dipungkiri karya yang dihasilkan akan berbeda jenis."Jadi nanti untuk karya yang ditampilkan belum tentu grafiti, bisa media yang lain," ungkap Ceklek.Dengan terlibatnya Trenggalek dalam ajang kebudayaan nasional itu Ceklek berharap agar anak muda di Trenggalek bisa terus berkarya. Karena berkarya itu menyenangkan."Kalau bisa kami bisa tampil seoptimal mungkin bisa memotivasi teman-teman lainnya kalau Trenggalek ini punya kesempatan. Semoga semakin lama yo lebih baik lagi. Terutama anak-anak muda," kata Ceklek."Berkarya itu menyenangkan, jadi yo menyenangkan. Berkarya ya memang menyenangkan. Mencari kesenangan dengan hal-hal positif," tandasnya