Gairah seni dari para pemuda Trenggalek terus tumbuh dengan kreatifitas tanpa batas. Para seniman muda Trenggalek biasanya mengekspresikan karya seni di jalanan atau yang biasa disebut street art. Tapi pada awal tahun 2023 ini, pegiat Street Art Trenggalek melakukan hal yang berbeda dari . Mereka mengekspresikan karya melalui pameran stiker.
Bertepatan dengan Bulan Ramadan 1444 H, para seniman muda yang tergabung dalam Wall Wull Art Collective melangsungkan pameran dengan tema “Slapp Well”. Pameran Stiker Slapp Well menampilkan karya-karya stiker yang telah terdokumentasikan di jalanan maupun stiker yang baru saja rilis.
Pameran stiker ini juga berkolaborasi dengan seniman di kota luar Trenggalek. Ad seniman dari Kertosono, Malang, Solo, hingga Yogjakarta. Selain itu, ada juga pameran stiker dari kolektor seni Trenggalek, namanya Akbar Bernama. Lelaki yang akrab disaba Bernard itu mengoleksi stiker skate brand dan band early mulai tahun 2000 hingga saat ini.
Pameran Stiker Slapp Well berlangsung pada tanggal 23 – 29 Maret 2023 di Kantin Wall Wull. Tepatnya di Ngemplak, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek. Pameran terdiri dari sesi 1 (pukul 15.00 WIB – berbuka) dan sesi 2 (20.00 – 22.00 WIB). Ada sekitar 38 seniman muda yang berkontribusi dalam pameran stiker ini.
Dalam Pameran Stiker Slapp Well, ada beberapa acara lainnya, seperti pameran lukisan (recycle exhibition), live mural/graffiti, talkshow, pop up market, lelang karya, gatcha stiker, nonton bareng, dan buka bersama.
Zain, salah satu seniman muda Trenggalek, mengatakan stiker itu simpel dan bisa ditempel di mana saja. Misal, ketika tidak tidak bisa menggambar yang bagus di kursi, Zain bisa menempelkan stiker karyanya secara langsung.
Sebagai salah satu seniman jalanan Trenggalek, Zain menampilkan karyanya yang berupa karakter burung berwarna biru. Burung itu ia namai sebagai Minix, kependekan dari Mini Phoenix. Jika dilihat sekilas, karakter Minix terkesan imut karena berbentuk burung mungil.
“Makna Minix itu merupakan semangatku untuk menyuarakan ekspresiku di tembok. Aku bisa bebas berkarya di jalan mengekpresikan gambar,” ujar Zain dalam sesi talkshow.
Melalui karya Minix itu, Zain ingin menyampaikan pesan kepada semua orang, khususnya anak-anak muda. “Lakukan yang kamu cintai dan cintai yang kamu lakukan,” ucap Zain.
Seniman muda Trenggalek lainnya, Peldon, memiliki semangat yang sama dengan Zain. Peldon juga mencintai kegiatan berkeseniannya dengan total. Ketika berkarya di jalanan, Peldon ingin menunjukkan eksistensi dari karyanya. Sedangkan ketika di pameran, ia ingin menjelaskan makna dari karyanya.
Karya Peldon merupakan karakter kartun remaja kekinian berwarna pink, namanya Bayi Bajang. Nama Bayi Bajang terinspirasi dari masa kecil Peldon yang wajahnya sering berwarna kemerahan. Karakter itu merupakan representasi dari kepribadian Peldon. Sering kali, Bayi Bajang ditampilkan dengan outfit baju trendi, bola basket, skate, serta gitar.
“Saya ingin mencetak sejarah. Saya ingin menunujukkan karakter saya. Ada yang memegang bola basket juga. Karena sub culture graffiti itu gak jauh dari hip-hop, skate dan basket. Grafiti dan hip-hop itu berdampingan,” jelas Peldon.
Selama berkegiatan di street art, Peldon bercerita pernah ketahuan oleh polisi saat menggambar di jalan. Ia pun berusaha menjelaskan kepada polisi tentang makna dari karyanya. Setelah peristiwa itu, Peldon semakin seangat untuk mengembangkan karya seninya.
“Semoga karya saya bisa tersampaikan ke orang lain. Cintai apa yang kamu lakukan, dan harus total juga,” kata Peldon.
Tak jarang, seniman muda Trenggalek memilih lokasi spesifik untuk menuangkan karyanya. Seperi yang dilakukan Pigz. Ia biasanya memilih tempat sampah sebagai lokasi menggambar.
Ada keinginan dari Pigz untuk mengubah tempat yang dipandang jelek menjadi lebih baik. Tak sekedar jadi tempat yang lebih baik, Pigz ingin menyampaikan edukasi melalui karyanya.
“Tempat sampah kan pandangannya tempat membuang sampah. Buangan gitu. Sebenarnya tempat sampah itu penting. Kalau gak ada tempat sampah itu dibuang kemana? Ke sungai? Ya banjir lah,” ucap Pigz.
Street Art di Kota Kecil
Ada beberapa kendala yang dialami bagi seniman jalanan di kota kecil seperti Trenggalek. Mulai dari kurangnya toko kaleng sprey (pylox) hingga street art yang masih dianggap sekedar corat-coret saja.
Hal ini diungkapkan oleh dua seniman muda Trenggalek, Kobra dan Kosko. Mereka seniman jalanan dengan gaya graffiti. Sebelum ada Wall Wull Art Collective, mereka sering melakukan aksi jalanan sendirian.
“Di Trenggalek baru banget ada seni-senian graffiti karena adanya Wall Wull. Saya dulu sendiri ngorek-ngorek, pernah kena kasus juga. Dulu seneng gambar di tembok, di rumah. SMA dan SMP suka vandal,” ucap Kobra.
“Anak-anak yang sering [berkesenian] masih kurang. Jarang juga ada toko kaleng. Kalau gak ada kaleng, bisa juga pakai cat. Tergantung diri sendiri, suka ke kaleng atau cat,” tambah Kosko.
Sebagai pemuda yang terus mencari jati diri dan eksistensi, Kobra dan Kosko dengan berani mengakui diri mereka sebagai pemuda orang yang tidak berguna. Meski demikian, Mereka optimistis untuk mengenalkan street art di Trenggalek melalui berbagai pameran yang dilakukan Wall Wull.
“Wall wull kolektifnya anak-anak muda yang suka seni dan salah satu wadah untuk menuangkan ide-idenya untuk berkarya dan berkesenian di Trenggalek,” terang Kobra.
“Saya anak baru di street art. Wall Wull bagi saya sebuah wadah untuk seniman mengembangkan seni ke arah yang disukai,” kata Kosko.
Dengan keterbatasan yang ada untuk berkesenian di Trenggalek, para seniman muda ini tak patah semangat. Menurut mereka, sebuah kota bisa juga dinilai maju dengan berkembangnya street art.
“Kami ingin ngenalin juga ke orang awam kalau di Trenggalek juga ada street art, gak sekedar oret-oret, tapi ada konsep,” ucap Kobra.
“Kami juga ingin mengenalkan Trenggalek punya sesuatu yang wahh, bisa ada pameran graffiti art. Seniman di luar kota juga bisa berpartisipasi, biar tahu di Trenggalek ada seni graffiti,” ujar Kosko.
Wall Wull melakukan pameran untuk mengenalkan street art di Trenggalek. Dengan keterbatasan fasilitas dan ruang berkesenian, mereka tetap mampu mengemas pameran dengan simpel sekaligus kreatif. Semua itu juga dilakukan untuk menjaga gairah street art di Trenggalek.
Hal tersebut diungkapkan oleh Hallo Peck, salah satu seniman street art graffiti Trenggalek. Ia menyampaikan pameran stiker ini diinisasi bersama teman-temannya di Wall Wull yang vakum lama mulai dari Januari 2023.
“Kami bikin pameran yang mikro karyanya. Tidak makan ruang dan bisa dimanajemen lebih gampang. Di mana karya-karya yang tidak besar bisa dikelola dengan baik. Yaudah, muncul gagasan pameran stiker ini,” ujar Hallo Peck.
Terlebih, Hallo Peck melihat bahwa di luar kota sudah banyak yang melakukan pameran stiker, sedangkan Trenggalek belum. Wall Wull juga sering berpartisipasi kirim stiker untuk pameran di luar kota Trenggalek. Selain itu, stiker juga bisa difungsikan sebagai arsip karya para seniman muda Trenggalek.
Hallo Peck mengatakan, kebanyakan karya seniman muda Trenggalek ditepel di tempat yang tidak terang atau di palng rambu-rambu jalan. Dengan adanya pameran stiker ini, mereka mampu lebih kreatif untuk menyediakan ruang menempel stiker, yaitu di plang rambu jalan yang dibuat secara sendiri.
“Rambu awas ada beruang, terus karena Trenggalek tidak punya kereta, kami bikin rambu palang kereta. Dan rambu-rambu ini bukan hasil maling. Kami bikin. Karena kalau maling, kami beresiko ditangkap oleh pihak kepolisian,” canda Hallo Peck.
Menurut Hallo Peck, salah satu tujuan kehadiran Wall Wull di Trenggalek adalah untuk memberi edukasi, khususnya kepada seniman muda yang berkarya di jalan. Sehingga, Wall Wull bisa hadir untuk memberi keindahan di jalanan Trenggalek.
“Sehingga mereka bisa membedakan mana yang sifatnya merusak dan menambah sampah visual, atau memang menambahkan sudut yang jelek bisa punya estetika,” jelas Hallo Peck.
Hallo Peck menyampaikan, Wall Wull memang ingin menunjukkan bahwa ada pesan baik dan edukasi dari street art. Meski demikian, ia tak menampik bahwa tetap ada orang yang menganggap street art itu tidak baik.
Oleh karena itu, berbagai pameran terus dihadirkan Wall Wull, salah satunya supaya orang yang menganggap street art tidak baik, itu bisa bertemu langsung dengan senimannya.
“Kita bisa tanya ke senimannya tentang sebenernya ingin menyampaikan pesan apa ke orang-orang. Biasanya kalau di pameran bisa dapat wacana baru, sharing, diskusi,” terangnya.
Hallo Peck punya pesan kepada seniman muda Trenggalek lainnya yang ingin berkarya di jalan. Ia berharap, seniman bisa membedakan vandal dengan karya bagus yang tidak merusak.
“Mungkin image kalian berpameran di jalanan itu kan diterima positif juga. Ingat, estetika itu penting. Berkaryalah yang bagus, serius, dan sepenuh hati di jalanan maupun di galeri,” tandas Hallo Peck.
Keseruan Pameran Stiker Slapp Well oleh Wall Wull Art Collective: