Kegelisahan dan Harapan
Tidak hanya Hadak, seniman muda Trenggalek lainnya juga gelisah. Ada perbedaan jauh antara kesenian di Trenggalek dengan kota besar, seperti Surabaya. Salah satu kegelisahan itu adalah minimnya ruang publik untuk berkarya dan berkesenian.Menurut Hadak, ruang berkesenian itu seharusnya difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Meski ruang berkarya di Trenggalek minim, Hadak dan teman-temannya tetap mengadakan pameran.“Kami membuat pameran itu untuk tetap menjaga eksistensi seniman itu sendiri,” ujar Hadak.Tak hanya itu, Hadak ingin menarik perhatian masyarakat Trenggalek dengan diadakannya pameran drawing “Titik Awal”. Khususnya, ia ingin pemuda Trenggalek lain bisa memahami bahwa karya seninya itu bukan sekedar gambar, tapi ada ekspresi yang disampaikan oleh senimannya.[caption id="attachment_14164" align=aligncenter width=1280] Kumpulan karya seni di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Senada dengan Hadak, Yosa juga merasa ada perbedaan antara kesenian di Trenggalek dengan kota besar lainnya, seperti Kediri. Sehingga, melalui pameran “Titik Awal”, Yosa ingin supaya pameran seni di Trenggalek bisa lebih hidup. Dalam artian, ada interaksi antara pengunjung dan seniman.“Kalau saya lihat di Trenggalek itu pemuda pemudanya, ya cuma lihat, belum seperti di kota besar. Kan biasanya ada pameran, seminar, workshop, musik. Bisa menggambar bareng, terus sharing [berbagi] bareng. Itu kurang ada sih di sini,” cerita pemuda dengan nama panjang Iswandha Yosa itu.“Selama ini kalau ada pameran kan dilihat doang, sudah. Harusnya ada interaksi anatara seniman dan orang yang mengunjungi pameran,” imbuhnya.Kegelisahan dan keinginan Yosa itu juga dituangkan dalam karyanya yang bernama “Exsistance of OG”. OG Lab adalah basecamp anak muda Trenggalek yang menjadi wadah untuk berkegiatan bersama. Seperti menggambar, skateboard, membuat video, menulis, dan lain-lain.“OG Lab itu kan sebenarnya basecamp teman-teman yang kulturnya mbois-mbois gitu. Orisinil Galek. Orang-orangnya OG itu ada di mana-mana. Semangatnya yang dibawa itu semangatnya anak muda. Lebih ke ekspresi pemuda Trenggalek,” ungkap pemuda Desa Karangsoko itu.Salah satu karya Yosa, ada gambar seorang lelaki yang menaiki skateboard. Di sebelahnya, tersemat kata-kata dari pemain skateboard Amerika yang terkenal, Jay Adam:“You didn't quit skateboarding because you got old, you got old because you quit skateboarding” ~ Z-Boy (Jay Adam) 1961-2014.“Harapan saya, pameran ini jadi titik awal, selanjutnya mungkin lebih baik lagi, lebih mbois lagi, lebih terkonsep. Teman-teman yang suka gambar di kertas dengan pena jadi lebih sering memamerkan karyanya,” harap Yosa.Menyambung kalimat Yosa, Hadak berkata, “Sebenarnya pengin temen-temen itu seperti bom waktu yang berjalan. Seperti pasukan jihad tapi dalam hal berkarya. Jadi jangan takut, jangan malu untuk tetap berekspresi, berkarya, dan bersenang-senang.”Harapan Hadak dan Yosa sepertinya juga sama dengan harapan para pengunjung Pameran Drawing “Titik Awal”. Waktu menunjukkan pukul 17.27 WIB. Musik berganti degan lagu Waltz for Zizi, sountrack serial Cowboy Bebop.Pengunjung pameran datang dan pergi. Ada dua perempuan yang masih menikmati karya seni di Pameran Drawing “Titik Awal”.[caption id="attachment_14161" align=aligncenter width=1280] Farah sedang menikmati karya di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Alvina (nggalek.co)[/caption]Perempuan itu adalah Rani dan Farah. Rani berasal dari Kelurahan Surodakan. Saat ini, Rani sedang kuliah di Universitas Brawijaya. Sedangkan Farah berasal dari Kleurahan Ngantru, ia kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.“Harapannya, sering-seringlah bikin pamern gini lagi,” ujar Rani.“Seru sih, ada pameran ini, bisa menikmati gambar yang bagus semua. Harapannya seniman Trenggalek bisa berkarya terus, bikin pameran,” ucap Farah.Rani dan Farah kemudian menghampiri Hadak dan Yosa untuk berbincang-bincang mengenai kesenian di Trenggalek. Kopi pun ditambah untuk menemani obrolan itu.Mungkin dari obrolan dan pertemuan sederhana itu, para pemuda Trenggalek akan terus mengembangkan kesenian di kota kecil tercintanya.Kabar Trenggalek - Feature