Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Titik Awal: Komunitas Seniman Muda Gelar Pameran Drawing Pertama di Trenggalek

Kabar Trenggalek - Pukul 15.00 WIB di Jalan Nasional III No. 37-41, Kabupaten Trenggalek. Sebuah baliho bertuliskan “Titik Awal” terpampang di teras ruko Tropical Forest. Tempat itu menjadi lokasi Pameran Drawing Pertama di Trenggalek.Di bagian depan, terlihat berbagai macam pakan ikan, dan aquarium berisi ikan hias. Saat masuk ke dalam ruangan, ada dua pemuda yang sedang duduk di kursi terima tamu. Di meja, ada rokok, cemilan, dan teh yang menemani.Dua pemuda itu meminta setiap pengunjung yang datang untuk menulis di daftar hadir, sebelum memasuki ruang pameran dan menikmati karya drawing seniman muda Trenggalek.Dua pemuda itu adalah Hadak dan Yosa. Mereka juga seniman muda yang memamerkan karya-karyanya. Ruangan pameran terbagi menjadi dua. Ada ruang tengah dan ruang bagian dalam.[caption id="attachment_14167" align=aligncenter width=1280]Tampilan karya seni di Pameran Drawing Titik Awal Tampilan karya seni di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Ruangan pameran terasa lebih syahdu dengan alunan biola dan piano dari Menuet karya Toshifumi Hinata, yang diputar melalui sound system.Hadak menceritakan, pameran drawing ini digelar supaya menjadi titik awal bagi seniman muda di Trenggalek untuk menunjukkan karyanya.“Titik itu adalah akhir kalimat. Awal itu kan selalu ada. Dari titik itu selalu ada awalnya. Aku ingin pameran drawing pertama di Trenggalek ini menjadi titik awal mula untuk semua komunitas yang suka berkarya untuk berkesenian. Aku ingin teman-teman itu lebih kreatif,” cerita Hadak.Hadak berkata, nantinya seniman muda di Trenggalek memiliki wadah berkarya bersama yang bernama “Taring”, singkatan dari Trenggalek Drawing. Sebuah komunitas seni yang fokus kepada karya drawing dari pensil dan tinta, dengan gambar berwarna hitam dan putih.Catur Andy Suhada adalah nama panjang dari Hadak. Ia merupakan pemuda asal Desa Winong, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Ia memamerkan karyanya yang bernama “Tumbuh Kembali” dan “The Doll”.Ada empat gambar dalam karya “Tumbuh Kembali”. Bagi Hadak, “Tumbuh Kembali” menggambarkan dirinya yang seiring waktu terus bertumbuh, bahkan ketika saat ia terjatuh, itu adalah prosesnya bertumbuh.“Jadi ibaratnya saya itu adalah tanaman, apapun yang saya lalui, saya tetap melangkah. Setiap apapun rintangan yang saya hadapi, saya bisa bertumbuh,” ujarnya sambil memegang sebatang rokok yang menyala.Hadak juga memiliki sebuah kegelisahan. Sebagai anak muda, ia gelisah dan takut jika dikotrol oleh orang lain maupun keadaan. Kegelisahan dan ketakutannya itu digambarkan dalam karya “The Doll”.“Itu ada boneka ada tangan. Ya benar itu memang saya adalah wayang, tapi saya ingin menjadi saya sendiri. Tidak dikontrol oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun,” ucap Hadak dengan tegas.[caption id="attachment_14165" align=aligncenter width=1280]Tiga karya seni di Pameran Drawing Titik Awal Tiga karya seni di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]

Kegelisahan dan Harapan

Tidak hanya Hadak, seniman muda Trenggalek lainnya juga gelisah. Ada perbedaan jauh antara kesenian di Trenggalek dengan kota besar, seperti Surabaya. Salah satu kegelisahan itu adalah minimnya ruang publik untuk berkarya dan berkesenian.Menurut Hadak, ruang berkesenian itu seharusnya difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Meski ruang berkarya di Trenggalek minim, Hadak dan teman-temannya tetap mengadakan pameran.“Kami membuat pameran itu untuk tetap menjaga eksistensi seniman itu sendiri,” ujar Hadak.Tak hanya itu, Hadak ingin menarik perhatian masyarakat Trenggalek dengan diadakannya pameran drawing “Titik Awal”. Khususnya, ia ingin pemuda Trenggalek lain bisa memahami bahwa karya seninya itu bukan sekedar gambar, tapi ada ekspresi yang disampaikan oleh senimannya.[caption id="attachment_14164" align=aligncenter width=1280]Kumpulan karya seni di Pameran Drawing Titik Awal Kumpulan karya seni di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Senada dengan Hadak, Yosa juga merasa ada perbedaan antara kesenian di Trenggalek dengan kota besar lainnya, seperti Kediri. Sehingga, melalui pameran “Titik Awal”, Yosa ingin supaya pameran seni di Trenggalek bisa lebih hidup. Dalam artian, ada interaksi antara pengunjung dan seniman.“Kalau saya lihat di Trenggalek itu pemuda pemudanya, ya cuma lihat, belum seperti di kota besar. Kan biasanya ada pameran, seminar, workshop, musik. Bisa menggambar bareng, terus sharing [berbagi] bareng. Itu kurang ada sih di sini,” cerita pemuda dengan nama panjang Iswandha Yosa itu.“Selama ini kalau ada pameran kan dilihat doang, sudah. Harusnya ada interaksi anatara seniman dan orang yang mengunjungi pameran,” imbuhnya.Kegelisahan dan keinginan Yosa itu juga dituangkan dalam karyanya yang bernama “Exsistance of OG”. OG Lab adalah basecamp anak muda Trenggalek yang menjadi wadah untuk berkegiatan bersama. Seperti menggambar, skateboard, membuat video, menulis, dan lain-lain.“OG Lab itu kan sebenarnya basecamp teman-teman yang kulturnya mbois-mbois gitu. Orisinil Galek. Orang-orangnya OG itu ada di mana-mana. Semangatnya yang dibawa itu semangatnya anak muda. Lebih ke ekspresi pemuda Trenggalek,” ungkap pemuda Desa Karangsoko itu.Salah satu karya Yosa, ada gambar seorang lelaki yang menaiki skateboard. Di sebelahnya, tersemat kata-kata dari pemain skateboard Amerika yang terkenal, Jay Adam:“You didn't quit skateboarding because you got old, you got old because you quit skateboarding” ~ Z-Boy (Jay Adam) 1961-2014.“Harapan saya, pameran ini jadi titik awal, selanjutnya mungkin lebih baik lagi, lebih mbois lagi, lebih terkonsep. Teman-teman yang suka gambar di kertas dengan pena jadi lebih sering memamerkan karyanya,” harap Yosa.Menyambung kalimat Yosa, Hadak berkata, “Sebenarnya pengin temen-temen itu seperti bom waktu yang berjalan. Seperti pasukan jihad tapi dalam hal berkarya. Jadi jangan takut, jangan malu untuk tetap berekspresi, berkarya, dan bersenang-senang.”Harapan Hadak dan Yosa sepertinya juga sama dengan harapan para pengunjung Pameran Drawing “Titik Awal”. Waktu menunjukkan pukul 17.27 WIB. Musik berganti degan lagu Waltz for Zizi, sountrack serial Cowboy Bebop.Pengunjung pameran datang dan pergi. Ada dua perempuan yang masih menikmati karya seni di Pameran Drawing “Titik Awal”.[caption id="attachment_14161" align=aligncenter width=1280]Farah sedang menikmati karya di Pameran Drawing Titik Awal Farah sedang menikmati karya di Pameran Drawing Titik Awal/Foto: Alvina (nggalek.co)[/caption]Perempuan itu adalah Rani dan Farah. Rani berasal dari Kelurahan Surodakan. Saat ini, Rani sedang kuliah di Universitas Brawijaya. Sedangkan Farah berasal dari Kleurahan Ngantru, ia kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.“Harapannya, sering-seringlah bikin pamern gini lagi,” ujar Rani.“Seru sih, ada pameran ini, bisa menikmati gambar yang bagus semua. Harapannya seniman Trenggalek bisa berkarya terus, bikin pameran,” ucap Farah.Rani dan Farah kemudian menghampiri Hadak dan Yosa untuk berbincang-bincang mengenai kesenian di Trenggalek. Kopi pun ditambah untuk menemani obrolan itu.Mungkin dari obrolan dan pertemuan sederhana itu, para pemuda Trenggalek akan terus mengembangkan kesenian di kota kecil tercintanya.