Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sosok Yasir, Seniman Trenggalek Semangat Lestarikan Karawitan di Usia Senja

Kamis (17/08/2023) malam, terdengar sayup-sayup musik gamelan dari arah utara Alun-Alun Kabupaten Trenggalek. Ternyata, suara tersebut berasal dari sebuah gang kecil di RT 09 RW 03, Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek.

Nampak warga duduk rapi, berjejer menyaksikan seniman Trenggalek yang lincah memainkan alat musik gamelan. Kian mendekati panggung, gamelan tersebut ditabuh oleh tangan-tangan keriput grup Karawitan Among Rasa.

Group Karawitan Among Rasa ini dicetuskan oleh Yasir, pria lanjut usia (lansia) yang telah hidup di dunia selama 82 tahun. Ia mendirikan grup karawitan ini sejak tahun 2017.

Tahun 2023 ini jadi momen berharga bagi Yasir dan rekan-rekannya di grup Karawitan Among Rasa. Sebab, kali pertama pentas dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI).

"Baru kali ini mau saya tampilkan di depan umum untuk menghormati untuk menghormati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78," ungkap Yasir pada Kabar Trenggalek.

Baginya, pentas dan disaksikan masyarakat umum dan bertepatan peringatan HUT RI ke-78 ini adalah suatu kebanggaan. Menurut Yasir, makna kemerdekaan ialah merawat dan melestarikan warisan kesenian seperti karawitan ini.

"Makna hari kemerdekaan ini adalah kami ini sudah menerima dan merawat warisan negara, warisan alam, warisan Indonesia. Warisan itu termasuk kesenian [karawitan] ini," ungkap Yasir.

Hal ini senada perjuangannya dulu saat merintis grup Karawitan Among Rasa ini. Pada awalnya, ia hanya memiliki kecintaan yang besar pada seni karawitan. Kecintaannya itu bermula kala dirinya bersekolah di Sekolah Guru A (SGA) Trenggalek tahun 1963.

Perlu diketahui, SGA adalah suatu lembaga pendidikan untuk mencetak calon guru. Lembaga pendidikan ini aktif di masa awal-awal kemerdekaan Indonesia.

Yasir mengungkapkan, untuk memiliki satu set gamelan penuh perjuangan. Harganya yang bisa dibilang cukup mahal, membuat ia harus menyisihkan uang pribadinya sendiri.

Ia mulai menabung untuk membeli gamelan tahun 2014. Dengan mengandalkan uang pensiunan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sedikit demi sedikit uang terkumpul untuk membeli gamelan. Namun ia tidak langsung membeli satu set.

"Nyicil gamelan satu-satu. Punya uang gaji gitu 1.500.000 saya bawa ke Ponorogo. Nanti dilaras [diselaraskan nadanya] di rumah sendiri," ungkap Yasir.

Baru, setelah satu set gamelan itu lengkap, di tahun 2017 Yasir mulai mengajak para tetangganya untuk berlatih. Meski hanya para orang lansia seperti dirinya yang mau berlatih. Bahkan ia melatih sendiri, sebelum memanggil orang lain untuk melatih.

"Sekarang ini saya sudah tidak melatih, saya serahkan teman. Tenaganya sudah tidak kuat. Duduk lama juga tidak kuat. Berjalan lama saya juga tidak kuat, kalau tidur kuat," ungkapnya sembari ketawa.

Kini grup Karawitan Among Rasa mulai ramai, bahkan ada warga dari luar RT dan kelurahan turut belajar. Namun, masih jarang anak-anak muda di sekitar rumahnya yang tertarik belajar karawitan.

Padahal, menurut Yasir seni karawitan bisa jadi sarana pendidikan, terutama untuk mengasah budi pekerti dan perasaan. Oleh karena itu ia mempersilahkan siapapun menggunakan alat musik gamelannya untuk belajar.

"Sebab, karawitan ini kalau dipukuli akan menjadi halus budi pekerti. Contohnya halus itu kan tidak ada seni karawitan itu lunjak-lunjak. La itu mah kreatif," tandasnya.