Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sejarah Jembatan Gladak Perak Lumajang yang Kini Putus Akibat Erupsi Gunung Semeru

Kabar Trenggalek - Erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu (04/12/2021) lalu menyisakan kerusakan fasilitas masyarakat. Seperti Jembatan Gladak Perak di Kabupaten Lumajang yang putus.Padahal Jembatan Gladak Perak menjadi salah satu sarana mobilitas terdekat evakuasi putus terdampak Erupsi Gunung Semeru. Putusnya Jembatan Gladak Perak membuat jalur alternatif ditutup dan dialihkan sesuai dengan arahan petugas.Jembatan Gladak Perak kini sudah berstatus cagar budaya. Dilansir dari situs Visit Lumajang, Kamis, (09/12/2021), Jembatan Gladak Perak dibangun pada jaman kolonial belanda sekitar tahun 1925-1940.Baca juga: Update Terkini Korban Erupsi Gunung Semeru: 22 Meninggal Dunia dan 27 Belum ditemukanDalam sejarahnya, Agresi Militer Belanda I yang dimulai pada 21 Juli 1947 menyerang beberapa daerah di Jawa Timur termasuk Lumajang. Sehingga, untuk menghambat mobilitas pasukan tentara Belanda, Zeni Pioneer 22 Jatiroto, batalion tempur TNI AD, meledakan Jembatan Gladak Perak.Oleh karena itu, Jembatan Gladak Perak kembali dibangun dan difungsikan pada tahun 1952 setelah kondisi wilayah Indonesia mulai membaik.Pada tahun 1998, sebuah jembatan baru dibangun di sisi selatan Jembatan Gladak Perak yang lama. Jembatan baru itu dibangun dengan pondasi beton bertulang, mengingat kondisi jembatan lama yang sudah tua. Panjang jembatan mencapai sekitar 130 meter dan terlihat lebih kokoh dibanding jembatan lama.Baca juga: Update Terkini Kondisi Jaringan Telekomunikasi Pasca Erupsi Gunung SemeruJembatan Gladak Perak memiliki sebutan lain, yaitu Jembatan Piket Nol dan Jembatan Pancing. Jembatan yang sudah berusia tua tersebut memiliki lebar sekitar empat meter dengan panjang 100 meter.Sebutan Jembatan Pancing diberikan kepada Jembatan Gladak Perak karena banyak masyarakat sekitar yang memancing di lokasi tersebut.Di sekitar jembatan, terdapat beberapa warung dengan aneka jajanan. Biasanya, fasilitas tersebut digunakan masyarakat untuk beristirahat sebelum kembali melanjutkan perjalanannya. Sebelum akhirnya putus karena bencana alam, Jembatan Gladak Perak Baru bisa dilalui sampai ratusan kendaraan setiap harinya.