Kabupaten Trenggalek saat ini belum memiliki stasiun kereta api. Sehingga, masyarakat yang hendak berpergian menggunakan moda transportasi tersebut, harus pergi dulu ke kota sebelah, Tulungagung.
Padahal, pada zaman penjajahan Belanda dulu, di Trenggalek telah ada jalur kereta api. Oleh karena itu, artikel kali ini akan membahas sejarah jalur kereta api di Trenggalek. Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa lebih memahami tentang sejarah kota kecil yang ditinggali ini.
Berdasarkan informasi dari laman resmi Heritage Kereta Api Indonesia, berikut sejarah jalur kereta api di Trenggalek.
Sejarah Jalur Kereta Api di Trenggalek
Sejarah jalur kereta api di Trenggalek tak bisa lepas dari awal pembangunan rute kereta di Jawa Timur. Dimulai tahun 1875, pemerintah Hindia-Belanda (Nederlandsch Indie) lewat perusahaan Staatsapowergen (SS), mulai membangun jaringan rel kereta api di kawasan Jawa Timur.
Lintasan pertama yang berhasil dibangun adalah rute Surabaya - Pasuruan sepanjang 63 km. Jalur selebar 1067 mm ini selesai dibangun pada 16 Mei 1878.
Setelah selesai, jalur kereta api di lanjutkan hingga Malang pada tahun 1879. Jaringan kereta api ini jadi jalur utama penghubung kota besar untuk kepentingan ekonomi dan militer saat itu.
Kemudian, perusahaan SS melakukan pembangunan jaringan cabang dari daerah ke pelosok. Untuk mengakses daerah pedalaman ini, pada tahun 1905 dibangunlah jalur trem.
Secara konsep, trem dan kereta api memiliki kesamaan. Namun, yang membedakan ukuran gerbong dan lokomotif trem relatif lebih kecil dibanding kereta api. Ukuran ini berpengaruh pada daya angkutnya dan jauhnya rute yang ditempuh.
Pembangunan jalur trem ini bisa dikatakan relatif mudah, terutama dari perizinan penggunaan lahan pada waktu itu. Pembukaan jaringan trem cukup diputuskan oleh kepala pemerintah setempat (residen).
Berbeda dengan jalur kereta api yang diputuskan oleh pemerintah pusat (gubernur jenderal) baik di Den haag maupun Jakarta.
Jalur rem pertama dibangun perusahaan SS adalah yang menghubungkan kota Madiun dan Ponorogo. Kemudian disusul pembangunan jalur trem lain, seperti Krian - Gempolkerep, Krian - Ploso, trem-trem di Bandung, dan lintas Tulungagung – Trenggalek - Tugu.
SS membangun jalur term lintas Tulungagung –Trenggalek - Tugu berdasarkan Undang-undang 6 Juni 1919 Staatsblad nomor 312. Jika ditotal panjang jalur term ini sekitar 48 km.
Pembangunan jalur term Tulungagung - Trenggalek - Tugu ini melalui tiga tahapan. Pertama dari Tulungagung menuju Campurdarat sepanjang 14 kilometer diselesaikan pada 15 Juli 1921. Selanjutnya Campurdarat - Trenggalek panjang 25 kilometer dapat dirampungkan pada 1 Juli 1922. Ketiga, pada 3 Januari 1923 keseluruhan jalur sudah dapat terselesaikan dengan terhubungnya Trenggalek - Tugu sepanjang 9 kilometer.
Di sepanjang jalur term Tulungagung hingga Trenggalek ini juga dibangun stasiun besar hingga kecil. Secara urut dari Tulungagung hingga Tugu (Trenggalek), yakni stasiun Jepun, Beji, Boyolangu, Pojok, Pelem, Campurdarat, Duwet, Bandung, Bandung Pasar, Bulus, Kedunglurah, Bendo, Ngetal, Ngepoh, Trenggalek, Nglongsor, Winong, dan Tugu
Pada tahun 1926, jalur term Trenggalek - Tulungagung ini cukup ramai. Sehingga dalam sehari ada tiga kali perjalanan pulang-pergi. Sementara, untuk rute langsung Tulungagung - Tugu terdapat dua kali perjalanan pulang-pergi. Dan Trenggalek - Tugu satu kali perjalanan pulang-pergi.
Dengan teknologi yang ada, waktu perjalanan trem dari Trenggalek ke Tulungagung memakan waktu dua jam. Dan Trenggalek ke Tugu memakan waktu setengah jam.
Pada masa kejayaannya, jalur trem di Trenggalek dimanfaatkan sebagai alat transportasi dan pengangkut barang komoditas perkebunan. Untuk penumpang sendiri dibagi dalam tiga kelas, kelas 3 untuk campuran, kelas 2 untuk orang Asia dan Timur Tengah (China dan Arab), sementara kelas 1 untuk orang pribumi.
Meski begitu, keberadaan trem di Trenggalek ini tidak berlangsung lama. Perusahaan SS pada bulan November 1932 menghentikan operasi trem di Trenggalek. Dugaan sementara, penutupan tersebut karena krisis ekonomi tahun 1930.
Saat ini peninggalan jalur kereta di Trenggalek sudah sangat sulit untuk ditemui. Termasuk bekas lintasan dan haltenya sudah tidak ada. Disinyalir telah ditutupi bangunan permanen. Bahkan, disinyalir kawasan SMP Negeri 1 Tugu adalah bekas Stasiun Tugu.