- Sungai-sungai di Kecamatan Dongko, Munjungan, Watulimo dan Kampak masih alami. Dari uji fisika, kimia, dan biologi, kualitasnya secara umum masih memenuhi baku mutu PP 22/2021, layak menjadi bahan baku air minum.
- Sungai-sungai ini menyediakan habitat alami dengan kadar Oksigen tinggi, nutrisi bagi biota air. Perubahan fungsi DAS dan pencemaran Domestik akan merubah kualitas air sungai.
- Perlu upaya monitoring untuk mempertahankan kesehatan sungai agar tetap alami sehingga bisa mendukung kehidupan masyarakat Trenggalek.
Daftar Isi [Show]
10 Lokasi Riset Kualitas Air Sungai di Trenggalek
[caption id="attachment_60189" align=aligncenter width=1280] Riset kualitas air di Sungai Ngringin, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek/Foto: Wahyu AO (Kabar Trenggalek)[/caption]- Sungai Kedung Gamping, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak
- Sungai Ngringin Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak
- Sungai Bawok, Watulawang, Area Hutan Desa Sawahan Kecamatan Watulimo
- Sungai Bawok, Dusun Jurang Mangu, Desa Prigi, Kecamatan Watulimo
- Sungai Bawok, Desa Mergomulyo, Kecamatan Watulimo
- Sungai Nglancur, Desa Bangun, Kecamatan Munjungan
- Sungai Song, Desa Bangun, Kecamatan Munjungan
- Sungai Konang, Desa Pandean, Kecamatan Dongko
- Sungai Ponggok, Sumberbening, Kecamatan Dongko
- Sungai Pancuran, Sumberbening, Kecamatan Dongko
Hasil Riset Kualitas Air Sungai di Trenggalek
[caption id="attachment_60232" align=aligncenter width=1080] Lampiran hasil riset kualitas air di Trenggalek/Foto: ECOTON for Kabar Trenggalek[/caption]Amirudin menyampaikan hasil riset kualitas air sungai di keempat kecamatan secara umum. Sebagian besar, sungai-sungai di Trenggalek dalam kondisi belum tercemar atau dalam kondisi sehat.“Parameter kunci yang kita ukur untuk mengukur kualitas air seperti kandungan Oksigen dalam air, kandungan ion dalam air, pH, Suhu menunjukkan hasil sesuai dengan baku mutu peraturan pemerintah 22 Tahun 2021, bahkan lebih bagus,” ujar Amirudin.Amirudin menjelaskan lebih lanjut, ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu seperti phospat dan ammonia hal ini wajar karena sungai-sungai berada di kawasan karst dan kapur yang mengandung kadar phospat tinggi.Sedangkan tingginya ammonia bisa dikarenakan masuknya polusi limbah cair peternakan (kotoran kambing/sapi). Lalu, tingginya proses dekomposisi seresah daun disebabkan oleh masih tingginya tutupan hutan pada kawasan sungai yang diuji.“Peningkatan pencemaran ammonia di Sungai Bawok terjadi dari hulu ke hilir, pada lokasi hulu kadar Amonia sebesar 1,6 mg/L, pada lokasi tengah meningkat menjadi 3,6 mg/L, dan makin meningkat sebesar 4,4 mg/L di lokasi hilir, peningkatan ini disebabkan masukkan limbah cair dari aktivitas peternakan dan limbah cair domestik,” papar Amirudin.Amirudin menambahkan, peningkatan kadar ammonia di air sungai bisa menjadi alarm bahwa sedang terjadi pencemaran. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengambil tindakan pemulihan.Sungai Trenggalek Masih Alami
[caption id="attachment_60191" align=aligncenter width=1280] Riset kualitas air di Sungai Ponggok, Desa Sumberbening, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek/Foto: ECOTON for Kabar Trenggalek[/caption]Prigi Arisandi, Peneliti Tim Sambang Kali, mengatakan, selain melakukan pengukuran parameter fisika kimia, pihaknya juga melakukan inventarisasi biotilik.“Sungai dimasukkan dalam kategori alami atau sehat jika kualitas airnya sesuai baku mutu dan menjadi habitat bagi keanekaragaman hayati. Di dalam sungai alami menyediakan kandungan oksigen tinggi, penuh nutrisi dan minim bahan-bahan polutan,” ungkap Prigi Arisandi, Peneliti Tim Sambang Kali.Prigi menjelaskan, di dalam sungai-sungai Trenggalek terdapat dua golongan biotilik, yaitu golongan sensitif dan golongan toleran. Golongan yang sensitif adalah biotilik yang tidak tahan pada kondisi air tercemar. Sedangkan golongan toleran adalah biotilik yang bisa hidup dalam kondisi air tercemar.Tim Sambang Kali melakukan inventarisasi biotilik pada 8 sungai (Song, Bawok, Nglancur, Ngringin, Konang, Senden, Pongok dan Pancuran). Kedelapan sungai itu, pada umumnya, populasi biotilik sensitif lebih dominan (di atas 90%) dibanding biotilik yang toleran. Temuan ini menunjukkan bahwa kondisi sungai masih alami mampu menyediakan nutrisi berupa serasah daun.Rekomendasi Tim Sambang Kali
[caption id="attachment_60190" align=aligncenter width=1280] Riset kualitas air di Sungai Song, Desa Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek/Foto: Aliansi Rakyat Trenggalek[/caption]- Sungai bisa menjadi alat ukur terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Perubahan ruang atau aktivitas manusia yang terjadi dalam DAS akan mempengaruhi kualitas air sungai.
- Sungai-sungai yang mengalir di Wilayah Kecamatan Dongko, Watulimo, Munjungan dan Kampak, saat ini dalam kondisi Sehat belum tercemar. Namun ada ancaman pencemaran dari aktivitas manusia seperti kegiatan perkebunan, peternakan, industri, dan limbah cair domestik. Perlu upaya pengendalian pencemaran dan alih fungsi lahan di kawasan DAS supaya tidak semakin meningkatkan kerusakan sungai.
- Sungai berperan vital bagi sumber air minum pada keempat kecamatan. Maka, perlu upaya monitoring kualitas air secara berkala (rutin) untuk mengukur kesehatan sungai dan menjaga kualitas, kontinuitas dan kuantitas air sungai.
- Perlu keterlibatan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pelajar, dan komunitas untuk terlibat dalam melakukan pemantauan rutin kesehatan sungai dengan menggunakan parameter fisika kimia dan biotilik.