Prof. Djoko Saryono: Perguruan Tinggi Masuk Tahap Bisnis Pendidikan
Pendidikan di Indonesia masuk tahap komersialisasi dan bisnis, menempatkan pendidikan sebagai produk niaga. Tak heran ketika transaksi finansial dalam dunia pendidikan kerap terjadi.Faktanya, sejumlah sekolah dasar di Kota Malang bahkan mematok dana pengembangan pendidikan sampai Rp40 juta. Sedangkan Taman Kanak-kanak antara Rp15 juta-Rp10 juta. Demikian halnya pendidikan tinggi.“Khusus pendidikan tinggi bukan komersialisasi tapi masuk tahap bisnis pendidikan,” kata Profesor Djoko Saryono, Guru Besar Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang dalam orasi budaya Festival Literasi di Toko Buku Togamas, Jumat 19 Juli 2024.Sebagai konsekuensi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH), menurut dia, perguruan tinggi dianggap setara dengan korporasi, sehingga ditarik pajak.Sementara alokasi pendidikan sebesar 20 persen, menurut Djoko, jika anggaran sebesar Rp 655 triliun hanya Rp 98,9 triliun yang disalurkan ke Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi. Selebihnya, anggaran mengalir ke sejumlah kementerian dan lembaga.“Bahkan belum ada pemerintah daerah yang mengalokasikan dana 20 persen untuk pendidikan. Rata-rata hanya 10-11 persen dengan berbagai siasat,” ujarnya.Sesuai Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan ditanggung bersama oleh negara, orang tua dan masyarakat. Pascareformasi, pendidikan ditempatkan sebagai ekonomi dan dicengkeram sebagai barang dagangan.Padahal, sejak 1978, kurikulum pendidikan ditetapkan berdasar kompetensi. “Benih pertama ekonomi masuk dalam dunia pendidikan,” katanya.Perguruan Tinggi dianggap tidak kompeten jika tak sesuai kebutuhan industri. Sehingga dibentuk akreditasi berkaitan dengan penjaminan mutu. Proses pendidik diibaratkan seperti pabrik, dengan mengabaikan humanitas, toleransi.“Kita jauh dari cita-cita Bapak Pendidikan Nasional jika pendidikan membentuk manusia merdeka, pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Djoko.Terjadi komodifiasi pendidikan terjadi secara formal yang diakui negara. Ditandai dengan ledakan perguruan tinggi swasta pada 1990-an. Sehingga memicu munculnya pendidikan siap saji. Muncul monetisasi pendidikan, pendidikan dilihat sebagai uang. Seperti Fakultas Kedokteran yang dianggap sumber uang.Meski kelompok kritis terus berteriak, komersialisasi pendidikan terus berlangsung. Padahal, pendidikan menentukan perkembangan sebuah bangsa.Roadshow Festival Literasi berlangsung di Toko Buku Togamas Dieng Malang 18-21 Juli 2024. Acara diinisiasi Intrans Publishing, Komunitas Bambu (Kobam), Sosial Movement Institute (SMI), dan Dompet Dhuafa.sumber : Pers Rilis Panitia Festival Literasi Togamas
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow