Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Peternakan Kelinci Pedaging di Trenggalek: Bertumbuh Meski Minim Persaingan

  • 13 May 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Di kaki pegunungan Kecamatan Bendungan, Trenggalek, di sebuah kandang sederhana yang jauh dari hiruk-pikuk kota, kehidupan baru bermula. Seekor demi seekor kelinci lahir dari keheningan, tumbuh dengan tenang, dan pada waktunya, menjadi sumber penghidupan bagi sang pemilik kandang: Sucipto (37), warga RT 09 RW 03, Desa Srabah.

    Bukan tanpa alasan Sucipto menjuluki tempat usahanya sebagai "Kandang Kelinci Belis". Di situlah ia memulai kisahnya pada 2017, hanya dengan 30 ekor kelinci dan tanpa bayangan akan menjadi peternak penuh waktu.

    Namun dari kegigihan dan kesabaran, kini ia mengelola lebih dari 200 ekor kelinci seorang diri. Suara lirih kelinci menjadi musik harian yang menemaninya merawat, menyilangkan bibit, hingga menyembelih hewan-hewan tersebut untuk dijual.

    "Awalnya saya memulai peternakan ini pada tahun 2017, dengan memelihara sekitar 30 ekor kelinci. Saat itu saya belum berniat menjadikannya sebagai usaha," kenangnya.

    Sucipto tak hanya menjaga kelinci-kelincinya tetap sehat dan produktif, tapi juga membesarkan harapannya dalam setiap panen. Dengan bobot mencapai 5 kilogram per ekor untuk ukuran dewasa, kelinci-kelincinya menjadi sumber daging berkualitas. Harga jual pun bervariasi, mulai dari Rp35.000 hingga Rp45.000 per kilogram dalam kondisi hidup, dan menyentuh angka Rp75.000 jika sudah bersih dikuliti.

    "Kelinci dapat dipanen ketika sudah berumur tiga bulan atau lebih. Biasanya pelanggan datang langsung ke sini untuk membeli dagingnya," jelasnya.

    Minimnya kompetitor justru menjadi pemicu semangat bagi Sucipto. Ia menekuni dunia peternakan kelinci secara total, bahkan pelanggan setianya kini datang dari berbagai daerah di luar Trenggalek: Ponorogo, Pacitan, hingga Nganjuk.

    Ratusan kelinci Sucipto yang dipelihara. KBRT/Nandika

    Tak hanya kelinci pedaging, Sucipto juga menjual bibit kelinci unggul bagi para pemula yang ingin mencoba peruntungan di bidang peternakan. Harga jualnya jauh lebih tinggi dari kelinci konsumsi, dan menjadi nilai tambah bagi usahanya.

    "Belum lama ini saya menjual tiga ekor bibit kelinci seharga satu juta rupiah. Sekarang, uang segitu bisa untuk membeli seekor kambing, mengingat harga kambing sedang turun," ujarnya, sembari tersenyum.

    Di balik kesuksesannya, ada inovasi sederhana namun efektif yang ia terapkan. Kandang kelincinya dibuat dari pipa berisi beton, menggantikan kayu yang mudah lapuk. Untuk suplai air minum, ia merancang sistem pengairan otomatis dengan selang, sehingga kelinci-kelincinya tak pernah kehausan.

    Makanan utama ternaknya adalah rumput segar yang ia cari sendiri setiap hari. Namun, musim hujan belakangan ini membuatnya harus menggantungkan harapan pada pelet pakan kelinci.

    "Kalau sempat mencari rumput, pelet yang dibutuhkan hanya sekitar 4 kilogram per hari. Tapi kalau tidak sempat, bisa habis hingga 10 kilogram pelet dalam satu hari," ungkapnya.

    Kisah Sucipto bukan hanya tentang beternak, tapi tentang bagaimana keyakinan dan kesederhanaan bisa tumbuh menjadi kekuatan ekonomi keluarga. Di antara sunyinya persaingan, ia membuktikan bahwa ketekunan bisa membuka jalan rezeki yang tak biasa.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Zamz