- Pindang daging sapi merupakan kuliner khas Kota Alen-Alen Trenggalek yang patut dicoba. Meski bernama pindang sapi, masakan ini berbeda dengan pindang yang umumnya dapat ditemui di daerah lain.
- Salah satu pindang daging sapi yang terkenal legendaris ialah milik Siti Asmurah (55 tahun). Siti berjualan sejak tahun 1985 di samping Pasar Gandusari, Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari.
- Pindang daging sapi masakan Siti menyuguhkan cita rasa gurih dan pedas dengan penyajian yang khas. Ingin tahu kisahnya? Simak tulisan feature berikut
Dini hari, pukul 03.22 WIB, Minggu, 19 November 2023. Trenggalek usai diguyur hujan saat itu. Rintik air masih turun di sepanjang jalan. Jarang sekali terlihat pengendara yang melintas. Hampir tak ada. Namun, keadaan sangat berbeda di sudut Pasar Gandusari, Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari. Lapak pindang daging sapi milik Siti Asmurah (55) ramai didatangi pemburu kuliner. Ada perjalanan di balik sepiring kenikmatan pindang sapi legendaris Bu Siti Trenggalek. Sajian pindang daging sapi dapat ditemui di Kabupaten Trenggalek. Meski bernama pindang sapi, masakan ini berbeda dengan pindang yang umumnya kita temui di daerah lain. Apabila pindang umumnya dikenal berupa ikan yang diasapi atau direbus hingga kering, lain dengan pindang daging sapi. Pindang daging sapi lebih mirip dengan masakan rawon. Bedanya, kuah pindang daging sapi ditambahkan santan. Masakan ini juga disajikan dengan ditaburi serundeng. Sehingga pindang daging sapi menyuguhkan cita rasa yang lebih beragam dibanding rawon. Pindang daging sapi milik Siti Asmurah menjadi salah satu kuliner legendaris di Trenggalek. Siti mulai berjualan dari tahun 1985. Ia berjualan bersama suaminya, Wahidin. Siti dan Wahidin berjualan tepat di sudut utara Pasar Gandusari. Letaknya sekitar 11 km dari pusat kota. Apabila menggunakan kendaraan, lama perjalanan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit. Lapak kuliner Trenggalek ini hanya buka jam 01.00 dini hari hingga jam 06.00 pagi. Pemburu kuliner yang tiba di lapak Siti dapat melihat ramai lalu lalang aktivitas pasar. Di teras sebuah bengkel, terdapat susunan meja berbentuk huruf "L" yang menjadi lapak Siti berjualan. Semerbak aroma kuah daging sapi menyebar dari tempat itu. Kompor di atas meja Siti tak pernah padam. Di dalamnya, ada tusukan daging yang diikat beserta letupan-letupan kuah yang mendidih. Berjejer pula wadah-wadah besar berisikan serundeng kelapa dan nasi. Pengunjung silih datang bergantian mengisi kursi dan tempat duduk beralaskan terpal. Siti dengan cekatan membuat hidangan lezat untuk pengunjung. Suaminya turut membantu menata rapih setiap bungkusan nasi. Saking banyaknya pengunjung yang silih berganti, Siti hingga tak pernah duduk. Sudah tak terhitung berapa kali Siti melakukan hal yang sama: melipat kertas, menyauk nasi, dan mengambil dua tusuk daging. Tak lupa setelah itu, ia mengguyur nasi dengan kuah pekat yang masih hangat. Sajian itu siap ketika telah ditaburi serundeng kelapa kecoklatan beraroma gurih. Kebanyakan dari pembeli datang dari aktivitas keramaian pasar. Tak jarang pula anak-anak muda yang datang. Salah satunya Budi (30 tahun). Ia datang bersama temannya, David (21 tahun). Mereka memang sengaja datang untuk menikmati hidangan pindang daging sapi. Malam itu merupakan kali kedua mereka singgah. Budi dan David mengaku cocok dengan sajian pindang daging sapi buatan Siti. Dagingnya yang empuk disajikan dengan nasi nyemek bersiram kuah gurih menjadi daya tarik tersendiri. Rasa gurih semakin terasa dengan taburan serundeng kelapa yang tak pelit. Masakan itu tambah nikmat dengan rasa pedas dari cabai utuh yang direbus bersama kuah. "Enak, harganya terjangkau. Waktu [dini hari] seperti ini juga jarang yang buka. Enak di sini," kata Budi.
Perjalanan di Balik Sepiring Kenikmatan Pindang Sapi
[caption id="attachment_47902" align=aligncenter width=1280] Sepiring pindang daging sapi Bu Siti Trenggalek/Foto: Ghani Yoseph (Kabar Trenggalek)[/caption]Sejak 38 tahun silam, Siti tak pernah beralih. Tempatnya berjualan sekarang merupakan tempat yang sama sejak mulai berjualan. Ia juga berjualan di jam yang sama. Di hari biasa, ia mulai membuka lapak di jam 01.00 WIB dini hari. Sedangkan di akhir pekan, Siti memulai setengah jam lebih awal. Alasan mengapa Siti hanya berjualan saat dini hari ialah karena ramainya aktivitas pasar di jam-jam tersebut. Banyaknya anak muda yang memiliki kebiasaan keluar malam juga menjadi alasan. Sepi dan lengangnya Kota Trenggalek saat dini hari seringkali menyulitkan anak muda yang lapar untuk mencari santapan. Lapak pindang daging sapi milik Siti hadir untuk menjadi solusi atas masalah itu. Perempuan paruh baya itu bercerita, "Kalau kelewat sudah tidak banyak duit. Anak-anak muda kan sudah bubar. Jadi jam satu [dini hari] harus sudah datang. Dari dulu seperti itu". Lapak pindang daging sapi ini masih berada di tangan generasi pertama. Siti menemukan sendiri resep masakannya. Awalnya Siti hanya ibu rumah tangga biasa. Berkat keahlian memasaknya, ia memberanikan diri untuk berjualan. Hidangan yang disajikan Siti lantas laku oleh pembeli. Utamanya, pembeli yang menggandrungi olahan daging sapi. Siti menjaga hidangannya agar tetap menggunakan bahan baku daging sapi seutuhnya. Wahidin juga diketahui pernah menjadi jagal sapi di Pasar Bendo, Kecamatan Pogalan. "Bapaknya [Wahidin] kan kemarin tukang mbeleh [menyembelih] sapi. Jagalan di [pasar] Bendo. Jadi sudah terbiasa [memotong daging sapi]," ujar Siti. Setiap hari, Siti bersama suaminya mulai menyiapkan hidangan untuk dijual sejak jam 10.00 WIB, pagi hari. Mereka butuh waktu cukup panjang untuk mengolah daging sapi. Proses merebus daging memakan waktu kurang lebih dua jam. Biasanya, Siti dan suami baru usai mempersiapkan hidangan hingga jam 16.00 WIB, sore hari. Tak ayal, daging hasil olahan Siti memiliki tekstur yang betul-betul empuk. Ia sendiri memiliki ciri khas penyajian daging sapi, yakni dengan ditusuk mirip sate bersama bagian jeroan sapi. Jeroan yang dipilih kebanyakan ialah bagian ati sapi. Kuah pindang daging sapi masakan Siti akan selalu hangat. Rasa gurih daging sapi, gajih (lemak) dan santan berpadu dengan aroma khas kluwek yang menggugah selera. Pedas cabai dan gurih serundeng kelapa menyempurnakan hidangan pindang daging sapi masakannya. Satu porsi pindang daging sapi olahan Siti dibandrol dengan harga Rp.10 ribu saja. Harga yang terjangkau ini juga menjadi alasan pelanggan untuk kembali datang ke lapaknya. Sekali berjualan, biasanya Siti menyiapkan 20 kg nasi. Semuanya ludes dalam waktu enam hingga tujuh jam. Bagi pendatang yang berniat berburu kuliner di Kota Alen-Alen Trenggalek, lapak pindang daging sapi milik Siti menjadi tempat yang patut dicoba. Terlebih saat malam hari, masakan ini hadir menyuguhkan kenikmatan bagi pecinta olahan daging sapi.