Perawat Trenggalek Jadi Abdi Desa, Dua Belas Tahun Layani Masyarakat
Embun pagi tampak malu muncul kala sinar matahari terbit dari ujung timur. Kepulan asap dapur masyarakat desa menandai aktivitas keseharian.Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, sosok perempuan mulai subuh sibuk dengan aktivitas dapur. Bukan berhenti sibuk di dapur, perempuan itu kini tengah menghayati perannya sebagai abdi masyarakat dengan menjadi salah satu perawat Trenggalek.Nurma Yulita, perempuan Kelahiran 1984 mengabdikan diri sebagai perawat desa sejak dua belas tahun silam. Pahit getir ia lakoni, namun tak begitu memadamkan semangat dalam jiwanya.Perempuan yang akrab disapa Nurma memiliki cita-cita jadi perawat sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1999. Pernah merasakan kebimbangan antara dua pilihan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.Keluarga Nurma yang tinggal di RT 19 RW 04 Desa Jajar itu memberikan dua pilihan. Pertama untuk jadi Polisi Wanita (Polwan) kedua mengabdi sebagai Tenaga Kesehatan (Nakes).Kala lulus SMA tahun 2003, Nurma tak ambil pusing. Dirinya menancapkan tekad untuk menempuh jalur pendidikan keperawatan di sekolah Diploma (D-III) hingga lulus pada tahun 2006."Dulu cita-cita hanya ingin punya ilmu yang bermanfaat terhadap diri sendiri, kemudian keluarga. Saya melihat lowongan pekerjaan juga semakin sempit," kata Nurma sambil bercerita.Usai lulus pendidikan perawat D-III berkas lamaran Nurma dimasukkan sana sini, namun selang 2 tahun pada 2008 baru ia diterima menjadi perawat di rumah sakit plat merah Trenggalek dengan status bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS)."Kemudian pada tahun 2010 ada program dari pemerintah di Pondok Kesehatan Masyarakat [Ponkesdes] saya melamar dan diterima. Kebetulan kebutuhan Ponkesdes adalah perawat yang berdomisili di desa," terang ibu anak satu itu.[caption id="attachment_31702" align=aligncenter width=548] Kiri: Nurma Yulita keliling saat bencana banjir melanda di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari/Foto: Dokumen Nurma For Kabar Trenggalek[/caption]Satu tahun lebih mengabdi di rumah sakit, Nurma harus pulang ke kampung halaman untuk mengabdikan sebagai perawat Ponkesdes. Banyak dinamika pahit manis ia jalani kala baru mendapatkan tugas."Pertama saya harus banyak belajar, bagaimana diterima masyarakat desa yang notabene dalam Ponkesdes itu tidak hanya merawat masyarakat yang sakit namun memberi penyadaran masyarakat agar terhindar dari penyakit," tegasnya.Salah satu dinamika pertama saat Nurma menjadi perawat yaitu banyak masyarakat yang belum sadar untuk ke pelayanan kesehatan. Bahkan menuai penolakan ketika rintisan Posyandu Lansia saat ia rintis."Ada pendekatan tersendiri agar bisa diterima, seperti ke tokoh agama, pemerintah desa. Kemudian masuk di kegiatan masyarakat sebagai bentuk penyadaran, bahwa penyakit itu tidak seperti orang haus kemudian minum dan hilang hausnya, namun perlu pencegahan dan pengobatan," ucapnya.Nurma pernah merasa tidak boleh sakit. Hal itu ia rasakan saat badai Coronavirus Disease (Covid-19) pada tahun 2019-2021. Pengabdian Nurma sangat diuji untuk lebih fokus dalam melayani masyarakat.Karakter masyarakat yang majemuk dan minta dilayani seperti apa, ia lakoni. Bahkan ia memantau 24 jam ketika ada masyarakat yang isolasi di rumah. Pro kontra saat pandemi sering ditemui namun tak merobohkan kegigihan Nurma."Ada masukan positif dan ada masukan yang negatif, ternyata menjadi kekuatan saya untuk lebih sabar, ikhlas dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat," tegas Nurma.Berstatus Non PNS, semangat Nurma membara. Bahkan saat wartawan ini menanyakan tentang kesejahteraannya, ia menjawab dengan tegas 'cukup'. Bahkan kepuasan Nurma ketika dirinya bisa bermanfaat untuk orang banyak."Banyak bersyukur, dan memberikan pelayanan dengan sebuah senyuman, kemudian bagi saya kebahagiaan orang lain akan menjadi kebahagiaan kami. Selamat Hari Ulang Tahun [HUT] Persatuan Perawat Nasional [PPNI] ke-49, dengan tajuk 'Gapai Sejahtera dengan Profesionalisme' semoga benar-benar bisa menjiwai tema itu," ujarnya kepada Kabar Trenggalek.
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow