Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Pemuda Trenggalek Mengumpulkan Minyak Jelantah Jadi Rupiah

Kabar Trenggalek - Taufik Hidayat Ardi Saputra, Pemuda Muhammadiyah Trenggalek, berusaha mengubah pemikiran masyarakat jika minyak jelantah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Taufik membuktikan bahwa minyak jelantah bisa dimanfaatkan untuk menjadi pemasukan ekonomi masyarakat, Senin (18/10/2021).Taufik adalah pemuda asal Desa Gemaharjo, Kecamatan Watulimo, kelahiran 15 Oktober 1992. Awalnya, Taufik sendiri tidak percaya jika minyak jelantah memiliki nilai ekonomi. Tapi, kini Taufik mampu mengumpulkan minyak jelantah dari kalangan pengusaha maupun rumah tangga, lalu dikirim kepada pabrik pengelola minyak jelantah yang membutuhkan."Awalnya, kita tidak langsung percaya kalau jelantah minyak itu bisa bernilai ekonomi. Berawal dari koordinasi, akhirnya saya percaya kalau jelantah bisa bernilai rupiah," katanya saat dikonfrimasi melalui sambungan telepon.Bagi Taufik, pemikiran bahwa minyak jelantah tidak bisa digunakan lagi itu sangat disayangkan. Pemikiran seperti itu membuat masyarakat memilih untuk membuang minyak jelantah. Terlebih, minyak jelantah yang dibuang sembarangan bisa mencemari lingkungan.Baca juga: Menikmati Senja Dengan Suguhan Nasi Gegok Mbah Tumirah Khas TrenggalekMinyak jelantah merupakan limbah non-B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) bisa berdampak buruk bagi kesehatan serta berdampak pada pencemaran lingkungan. Dampak membuang minyak jelantah sembarangan salah satunya dapat menyumbat saluran air. Akibatnya saluran air akan kotor karena menjadi tempat berkembang biak bakteri dan akan menimbulkan penyakit.Membuang minyak jelantah ke tanah juga bukan tindakan yang baik. Tanah akan menyerap gumpalan minyak jelantah dan menutup pori-pori tanah. Sehingga, tanah menjadi keras dan bisa menyebabkan banjir.Oleh karena itu, Taufik berusaha membuktikan bahwa limbah rumah tangga ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar jika dikelola dengan benar.Taufik membeli minyak jelantah tersebut dengan harga Rp. 3.500 sampai Rp. 4.500 per kilo. Dengan usahanya itu, Taufik berharap warga yang terbiasa membuang minyak jelantah bisa berubah, lalu mulai menjualnya untuk pemasukan ekonomi.Baca juga: Menikmati Sensasi Ayam Ungkep Mbah Wandi, Masakan Khas Pule TrenggalekMinyak jelantah tentu bukan menjadi komoditas yang kecil, karena warga menghasilkan minyak jelantah dari hasil aktivitas sehari-hari, salah satunya memasak. Dalam satu bulan, Taufik mampu mengumpulkan 2,5 kwintal sampai 3 kwintal minyak jelantah di wilayah Kecamatan Munjungan dan Kecamatan Watulimo, Trenggalek."Jadi sistem saya tim. Kebetulan saya menjadi koordinator wilayah Munjungan dan Watulimo, dan teman yang lainnya tersebar di kecamatan lain," jelasnya.[caption id="attachment_4244" align=aligncenter width=1080]Poster pembelian minyak jelantah Poster pembelian minyak jelantah/Foto: Pemuda Muhammadiyah Trenggalek (facebook)[/caption]Taufik mengaku, ia masih kesulitan untuk mendapatkan minyak jelantah dari warga. Sedangkan, pemasok terbesar minyak jelantah masih dari outlet besar seperti warung lalapan dan jajan gorengan."Karena minimnya sosialisasi nilai ekonomi minyak jelantah kepada warga, ketika mengumpulkan limbah jelantah kami baru mendapatkan sedikit. Warga masih terbiasa membuang minyak jelantah begitu saja," terang Taufik.Baca juga: Keindahan Wisata Pantai Kebo Trenggalek, Rekomendasi Liburan Saat Covid-19 MeredaTaufik menggandeng Pemuda Muhammadiyah Trenggalek untuk memudahkan warga dalam mengumpulkan minyak jelantah. Hal ini juga menjadi niatnya untuk mengembangkan ekonomi dalam organisasinya."Kami bentuk tim dari Pemuda Muhammadiyah dengan metode satu kecamatan satu orang atau lebih, untuk memudahkan pengumpulan limbah jelantah," jelas Taufik.Ketika mengumpulkan minyak jelantah, Taufik memiliki kendala lain, yaitu dianggap akan menggunakan minyak jelantah sebagai oplosan."Ketika saya mau beli minyak jelantah, ada juga masyarakat yang berfikir kalau saya mau buat oplosan minyak goreng yang masih asli. Ini menjadi tantangan bagi kami, padahal kegunaan minyak jelantah ini diolah menjadi bahan biodiesel" ucap Taufik.Baca juga: Menikmati Kesejukan Wisata Kali Temon TrenggalekBiodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Biodiesel bisa dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan.Dilansir Mongabay, saat ini ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan biodiesel dari minyak jelantah untuk konsumsi. Seperti Cargill, Adaro, Aqua, dan Unilever. Potensi minyak jelantah untuk menjadi bahan baku biodiesel terbilang besar. Kalau dimanfaatkan dengan baik, bisa berdampak bagi pengurangan limbah.Meski minyak jelantah berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan, masih ada tantangan besar pemanfaatan minyak jelantah. Seperti proses pengumpulan, tranportasi, pengolahan dan standardisasi kualitas biodiesel minyak jelantah.Pengolahan minyak jelantah juga memerlukan dukungan kebijakan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek.Baca juga: Menikmati Nasi Bakar Kang Hamim Khas TrenggalekPemkab Trenggalek bisa membuat regulasi supaya masyarakat tidak membuang minyak jelantah, tapi menyerahkan limbah jelantah kepada pihak terkait. Pemkab Trenggalek juga bisa merencanakan model bisnis untuk mengelola industri pemanfaatan minyak jelantah. Sistem model bisnis itu bisa melalui sinergi antara pemerintah dan masyarakat, seperti organisasi masyarakat sipil, bank sampah atau bank jelantah.Selain itu Pemkab Trenggalek juga bisa mewajibkan hasil biodiesel minyak jelantah untuk kendaraan pemerintah. Sehingga, anggaran belanja operasional Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bisa lebih hemat serta berpotensi menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).[caption id="attachment_4245" align=aligncenter width=1000]Taufik Hidayat Ardi Saputra membawa kantong minyak jelantah Taufik Hidayat Ardi Saputra membawa kantong minyak jelantah/Foto: Dokumentasi Taufik[/caption]Dengan kondisi saat ini, Taufik tidak gentar dan tidak ingin berhenti begitu saja dalam mengumpulkan minyak jelantah. Taufik mengaku juga berkoordinasi dengan berbagai cafe yang ada di Trenggalek untuk menginformasikan bahwa dirinya bisa membeli minyak jelantah dari mereka."Kebetulan saya juga perangkat desa, peluang ini kami sosialisasikan kepada masyarakat dan tim penggerak PKK [Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga] Desa Gemaharjo, Watulimo," tegasnya.Baca juga: Kuliner Khas Trenggalek Cocok untuk Memanjakan Lidah, Lengkap dengan AlamatnyaMenurut Taufik, semua pemerintah desa di Kabupaten Trenggalek memiliki tugas untuk menyampaikan potensi ekonomi dari minyak jelantah ini kepada warga. Mulai tingkat RT dan RW, dan pihak terkait yang ada di Kabupaten Trenggalek."Kalau minyak jelantah ini dipandang secara ekonomi, pasti memiliki peluang yang sangat besar bagi desa. Katakanlah seperti Bumdes [Badan Usaha Milik Desa] dan Karang Taruna, bisa mengambil peranan dalam mengumpulkan minyak jelantah," terang Taufik.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *