Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Menikmati Nasi Bakar Kang Hamim Khas Trenggalek

Kabar Trenggalek - Hujan gerimis membasahi jalanan di kota Tempe Kripik, Trenggalek. Lampu gerobak menarik pundi rezeki Ahmad Hamim. Pria berumur 33 tahun itu menjajakan berbagai macam makanan di angkringan miliknya yaitu Nasi Bakar Kang Hamim Khas Trenggalek.

Ahmad Hamim, sejak 2017 menjajakan nasi bakar di Bumi Minak Sopal. Laki-laki yang akrab disapa Kang Hamim itu telah menjalani pahit manis usahanya. Berbekal niat dan konsistensi, Kang Hamim merasakan hasil jerih payah perjuangannya.

"Apapun yang diniati serta dengan konisten, bakal panen apa yang ditanam," kata Kang Hamim sambil memanggang nasi bakar.

Beberapa kali, Kang Hamim mendapatkan pesanan di perusahaan swasta maupun negeri untuk mengantar nasi bakar buatannya.

Kang Hamim memiliki tiga cabang lapak nasi bakar. Nasi bakar Kang Hamim, bisa ditemukan di depan Gedung NU Trenggalek, Jln. Ra Kartini No. 62, dan di rumahnya Desa Parakan, RT 13 RW 05, Kecamatan Trenggalek.

[caption id="attachment_2989" align=aligncenter width=1000]Menikmati Nasi Bakar Kang Hamim Khas Trenggalek Ahmad Hamim sedang memanggang nasi bakar khas Trenggalek/Foto: Kabar Trenggalek.[/caption]

Bumbu Nasi Bakar Kang Hamim berbeda dengan bumbu nasi bakar di angkringan Jogja pada umumnya. Kang Hamim menggunakan bumbu khas Trenggalek. Sehingga, Nasi Bakar Kang Hamim memiliki daya tarik tersendiri untuk memanjakan lidah pemburu kuliner di Kabupaten Trenggalek.

"Saya lebih tertarik membawa budaya makanan Trenggalek yang ada di bumbu nasi bakar, sundukan ayam, dan baceman," terang Kang Hamim.

Kang Hamim mengungkapkan perbedaan bumbu nasi bakarnya dengan bumbu angkringan Jogja. Jika makanan khas Jogja ada sayur kemangi, maka nasi bakar buatan Kang Hamim tidak ada sayur kemangi, sehingga rasa nasi bakarnya lebih pedas.

"Sundukan jerohan ayam lebih identik dengan bumbu lodho khas Trenggalek dan baceman tidak terasa manis," tambah Kang Hamim.

Pada masa pandemi Covid-19, Kang Hamim memperkirakan dagangannya terdampak sekitar 40%. Menurut Kang Hamim, sebelum pandemi ia bisa memproduksi 60 porsi nasi bakar, tapi saat pandemi hanya bisa produksi 36 porsi saja di tiga cabang.

"Untuk cabang baru di Jln, RA Kartini saya sediakan untuk jam 9 pagi, untuk melayani masyarakat yang ingin sarapan nasi bakar di pagi hari," ujar pria kelahiran Desa Parakan, Kecamatan Trenggalek itu.