Masalah sampah dan pencemaran mikroplastik di Sungai Surabaya menjadi perhatian generasi muda. Seperti yang dilakukan ECOTON bersama mahasiswa mahasiswa sosiologi dan mahasiswa manajemen sumberdaya perairan, Universitas Trunojoyo Madura.
Mereka mengajak 18 Kader Lingkungan SD Muhammadiyah 1 Wringinanom berkunjung ke Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Wringin Asri dan Sungai Surabaya di Desa Wringinanom, kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.
ECOTON menyampaikan, tujuan kegiatan itu untuk menumbuhkan kepedulian para Kader Lingkungan mengenai masalah sampah dan sumber-sumber pencemarannya.
Para Kader Lingkungan SD Muhammadiyah 1 Wringinanom belajar untuk mengidentifikasi sampah yang diolah di TPS3R. Tiga jenis yakni sampah yang dikelola yaitu sampah organik, anorganik, dan residu.
Sampah organik terdiri dari sisa makanan ataupun sayuran yang nantinya akan diolah menjadi kompos serta makanan bagi magot yang digunakan sebagai pakan bagi ikan.
Lalu, sampah anorganik terdiri dari plastik seperti halnya botol nantinya akan di daur ulang dan diangkut ke pengepul. Sedangkan sampah residu seperti pembalut dan kemasan saset dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Zahrotun, Kader Lingkungan Kelas 4 SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, mengatakan di TPS3R, ia mencium aroma yang tidak sedap. Sambil menutup hidung dengan kerudung, Zahrotun bertanya kepada petugas sampah, kenapa bau sekali?
"Petugas sampah menjawab aroma ini berasal dari sampah yang tercampur. Bapak itu kemudian mempraktikkan langsung memilah sampah dari sampah yang sudah tercampur. Saya juga melihat petugas di sana kesusahan memilahnya. Bapaknya juga menghimbau kita untuk memilah sampah dari rumah,” ujar Zahrotun.
Diva, mahasiswa sumber daya perairan, Universitas Trunojoyo Madura, mengatakan setelah berkunjung dari TPS3R Wringin Asri, para Kader Lingkungan berjalan menuju ke Sungai Surabaya. Mereka diajak untuk memeriksa keberadaan mikroplastik di Sungai Surabaya dengan mengambil sampel air sebanyak 10 liter menggunakan gelas stainless.
Selanjutnya, pengambilan sampel air menggunakan mesh filter. Hasil saringan yang menempel pada mesh filter dibersihkan menggunakan aquades dan meletakkannya pada cawan petri. Kemudian dilakukan identifikasi menggunakan mikroskop stereo.
"Hasil sebanyak 5 dari jenis fragmen, 3 dari jenis fiber dan 3 dari jenis filamen," ucap Diva.
Sementara itu, Firly Mas’ulatul Janah, Koordinator Zero Waste Cities, mengatakan kunjungan ke lapangan serta melihat lebih dekat permasalahan sampah seperti ini penting untuk dilakukan. Supaya, generasi muda merasakan secara langsung bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi petugas sampah jika sampah kita tidak terpilah serta pencemaran mikroplastik yang ada di sungai.
"Melalui kegiatan ini harapannya siswa menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan dan keinginan berkonstribusi positif. Berpartisipasi dalam upaya memberikan solusi, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah dan melakukan pengomposan di rumah,” tandas Firly.