KBRT - Orang tua generasi alpha perlu memberikan ekstra perhatian, kewaspadaan, dan pengawasan. Akan sangat berbahaya jika pengawasan orang tua kendor pada era teknologi ini.
Ketika dewasa pun, generasi alpha masih menghadapi tantangan yang tak kalah berat. Perkembangan teknologi tentunya semakin canggih. Adanya Artificial Intelligence yang mengikuti penemuan robot dan alat-alat mekanis dapat mengurangi ketersediaan lapangan pekerjaan.
Posisi-posisi tertentu pada suatu perusahaan sudah dapat digantikan tenaga buatan. Penguasaan ilmu pengetahuan terkini, keterampilan-keterampilan, serta kemampuan multitasking menjadi keniscayaan jika generasi alpha hendak bersaing.
Kemampuan tersebut dapat menjadi nilai lebih di mata perekrut pekerjaan. Generasi alpha dapat mempersiapkan diri untuk 10 hingga 20 tahun ke depan.
Generasi alpha harus pandai memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan diri yang berguna pada masa mendatang. Tidak ada gunanya lagi berpangku tangan mengingat ketatnya persaingan pada masa depan.
Menurut McCrindle, seorang peneliti dan konsultan generasi menyatakan bahwa generasi alpha akan mencapai jumlah hingga 2 miliar orang di seluruh dunia pada saat orang termuda dilahirkan pada tahun 2025.
Daftar Isi [Show]
Kekurangan Generasi Alpha
Berikut kekurangan-kekurangan generasi alpha akibat perkembangan teknologi yang semakin pesat, dilansir dari buku Kiat Mengasuh Generasi Alpha karya Nadhirul Wismiyati, dkk.
Bergantung Pada Gawai dan Internet
Kemudahan mengakses gawai dari orang tua dan lingkungan dapat mengakibatkan ketergantungan gawai pada generasi alpha. Beragam aktivitas dilakukan dengan fasiltas gawai. Mulai dari aktivitas hiburan hingga belajar dilakukan dengan gawai dan internet.
Lebih Menyukai yang Instan
Kecanggihan teknologi dan fasilitas yang serba ada membuat generasi alpha terbiasa dengan hal-hal yang mudah, instan, dan berorientasi hasil. Mereka terbiasa mendapatkan hasil dengan cepat dan mudah tanpa proses yang lama dan melelahkan.
Bahkan, tanpa mengetahui bagaimana mendapatkannya. Generasi alpha akan lebih berorientasi pada hasil. Tidak mudah bagi mereka untuk mengikuti proses yang menuntut ketelatenan dan kesabaran.
Rentan Sakit
Kemalasan bergerak karena kecanduan gawai dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan pada generasi alpha. Penggunaan gawai mereka anggap lebih cepat, praktis, efisien, memperpendek jarak, mempersingkat waktu dan tidak merepotkan karena tidak mengharuskan mobilitas fisik.
Salah satu penyakit yang sering mengintai generasi alpha adalah kerusakan mata karena mereka terus menerus terpapar sinar biru pada gawai.
Mudah Stres dan Depresi
Apabila generasi terdahulu lebih banyak ruang dan waktu untuk bermain di luar ruangan, berbeda dengan generasi alpha yang hidupnya lebih banyak di dalam ruangan karena segala hal sudah bisa diakses lewat gawai dalam genggaman.
Generasi alpha juga tumbuh dalam dunia yang lebih kompetitif. Anak-anak generasi alpha berlomba-lomba untuk berprestasi di sekolah dan memanfaatkan waktu demi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar berprestasi.
Meskipun cara tersebut berhasil untuk beberapa dari mereka, tetapi tak jarang ada yang merasa stres dan cemas.
Individualis, Apatis, dan Sulit Ditebak
Terbiasa menggunakan alat bantu gawai yang dibiarkan terjadi tanpa interupsi orang tua dan lingkungan dapat membuat generasi alpha menjadi individu yang lebih individualis dan apatis.
Kuantitas dan kualitas komunikasi tatap muka cenderung menurun bahkan minim. Interaksi sosialisasi di dunia maya mereka anggap cukup sebagai sarana bergaul. Mereka akan sulit berbagi dan peduli dengan lingkungan sekitar jika ini terjadi terus menerus.
Pragmatis
Menurut dr. Neil Adrin, M.Psi, seorang psikolog, generasi alpha cenderung bersikap pragmatis materialistik seiring dengan kemajuan teknologi. Mereka cenderung berpikir praktis serta kurang memperhatikan nilai-nilai yang ada.
Enggan Taat Aturan
Generasi alpha ini cenderung tidak menyukai aturan. Mereka tidak suka dikekang. Hal ini didukung sifat dominan dan ambisius. Mereka merasa lebih pintar dan lebih tahu banyak hal dibanding pendahulu.
Suka Mendominasi, Mengatur, dan Memerintah
Generasi alpha akan merasa lebih nyaman jika mereka dapat mendominasi lingkungan. Mereka cenderung suka mengatur dan memerintah orang lain. Bahkan, jika dibiarkan kecenderungan ini dapat mengarah hal yang negatif.
Kecenderungan mengoreksi kekurangan orang lain dan mengeksploitasi orang lain dapat terjadi pada generasi alpha.
Matang Semu
Menurut Yee Jhin Shin, seorang psikiater dan praktisi pendidikan anak di Korea Selatan, keberadaan gawai besar pengaruhnya dalam menjadikan anak “matang semu”. Anak-anak generasi alpha dapat memperoleh apa yang diinginkan dalam waktu singkat.
Sekali mereka bosan, mereka cenderung lari ke televisi, telepon pintar dan komputer yang dapat menghibur mereka secara instan. Informasi-informasi negatif seperti konten pornografi akan dengan mudah mereka dapatkan. Padahal anak-anak cenderung belum piawai mengontrol keinginan dan mengendalikan emosi.
Kecanduan gawai pada generasi alpha memunculkan masalah moralitas baru. Mereka menjadi lupa waktu ketika asyik berselancar di dunia maya.
Ketika orang tua mengingatkan dan menasehati untuk berhenti bermain gawai, mereka akan marah. Lupa waktu membuat mereka melupakan tanggung jawab harian, seperti belajar, makan, mandi, dan beribadah.
Menurut Ratuliu, ciri-ciri tersebut menunjukkan adiksi gawai. Ciri-ciri lain yaitu mulai berbohong agar bisa menggunakan gawai tanpa gangguan, hal pertama yang dilakukan saat bangun tidur adalah mencari gawai, selalu mencari permainan digital yang menantang.
Kurangnya Pengalaman Kerja
Dikarenakan baru terlahir pada tahun 2010-an, generasi alpha tentunya masih berusia muda. Ini membuat pengalaman mereka bekerja di dunia nyata masih minim.
Kabar Trenggalek - Edukasi
Editor:Zamz