Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Nardi, Buruh Nelayan Trenggalek yang Bertaruh Nasib di Lautan

  • 01 May 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Pesisir selatan Kabupaten Trenggalek tak hanya menyajikan keindahan panorama laut, tetapi juga menjadi saksi bisu perjuangan para buruh nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan. Salah satunya adalah Nardi (39), warga Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, yang sejak remaja mengarungi kerasnya kehidupan di laut.

    “Saya sejak SMP itu sudah ikut melaut Mas, dulu ya ikut orang tua main-main di laut akhirnya ya bekerja buruh nelayan sampai sekarang,” tutur Nardi, buruh nelayan asal Trenggalek.

    Setiap hari, Nardi melaut bersama kapal motor KM. Sahabat. Ia sudah kenyang merasakan manis-pahitnya menjadi buruh nelayan. Fluktuasi hasil tangkapan ikan adalah hal biasa yang ia hadapi dalam setiap perjalanan mencari rezeki di laut.

    “Suka dukanya itu banyak Mas, kalau musim ikan itu ya kita tentu senang, tapi kalau ikan sedikit itu ya mau bagaimana lagi,” ujarnya.

    Menurut Nardi, faktor cuaca dan kondisi alam sangat mempengaruhi hasil tangkapan. Belakangan ini, cuaca buruk dan minimnya jumlah ikan di perairan Trenggalek menjadi tantangan tersendiri. Namun, saat musim ikan melimpah pun, nelayan tetap menghadapi masalah: harga ikan anjlok drastis.

    “Saat ini cuaca itu buruk Mas, dan ikan di laut pun sangat minim. Tapi kalau ikan banyak itu kami juga senang tapi juga susah karena harga ikan itu pasti anjlok drastis saat ikan banyak itu,” ungkapnya.

    Tak jarang, kapal yang ia tumpangi kembali ke darat tanpa membawa hasil tangkapan. Kondisi ini tentu berdampak besar pada biaya operasional kapal dan penghasilan mereka sebagai buruh nelayan.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Saya juga pernah Mas, melaut itu tidak mendapatkan ikan ketika kembali, tapi ya apa boleh buat karena pekerjaan kami memang di laut itu sudah risiko,” ujarnya.

    Nardi mengaku kerap kecewa saat harga ikan jatuh saat panen raya. Menurutnya, harga yang ditawarkan pembeli seringkali tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang mereka keluarkan selama melaut. Pengalamannya saat menjadi buruh nelayan di Pantai Sendang Biru, Malang, berbeda jauh — di sana harga ikan lebih stabil, meski pasokan melimpah.

    “Sekarang ini kalau ikan banyak harga itu anjlok, kami nelayan kecewa Mas. Hal itu tidak sama dengan waktu saya buruh nelayan di Sendang Biru dulu. Di sana itu meskipun ikan banyak atau sedikit, harga itu tetap stabil,” terangnya.

    Hari Buruh 1 Mei 2025, Nardi menitipkan harapan besar agar ke depannya harga ikan bisa lebih adil dan stabil. Ia berharap kehidupan buruh nelayan di Trenggalek bisa lebih sejahtera dan terjamin.

    “Harapan ke depannya sebagai buruh nelayan ya harga ikan itu bisa bagus dan stabil. Semoga ke depannya ketika melaut itu diberi kelancaran Mas,” tandasnya.

    Di balik debur ombak dan terik matahari, kisah Nardi dan para buruh nelayan lainnya adalah potret ketangguhan pekerja maritim Indonesia. Mereka adalah pahlawan pangan dari laut yang layak mendapat perhatian dan penghargaan, apalagi di momen Hari Buruh ini.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Zamz