Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Mengintip Lebih Dekat Pementasan Budaya Sinongkelan Desa Prambon Trenggalek 

Kabar Trenggalek - Suara gamelan dan kendang membisik ke dalam telinga warga Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Suara gamelan itu menarik masyarakat dari halaman depan, untuk mendekat ke dalam Balai Desa Prambon.Iringan gamelan yang selaras tersebut merupakan iringan dari pementasan warisan budaya tak benda, Sinongkelan, yang digelar setiap tahunnya secara turun menurun dalam bersih desa.Blangkon dan baju lurik khas Jawa Timur yang dikenakan pemeran melingkar seakan membaca mantra. Namun tidak demikian, orang melingkar itu sedang memerankan prajurit Kanjeng Sinongkel pada masa memperjuangkan rakyat.[caption id="attachment_15566" align=aligncenter width=1296]Pemeran Kanjeng Sinongkel memakai baju putih compang-camping Pemeran Kanjeng Sinongkel memakai baju putih compang-camping/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Dari lingkaran tersebut, ada yang berbeda dalam pemakaian baju. Karena kakek paruh baya dengan menggunakan udeng dan kepalanya yang dililiti tali tambang menjadi pembeda dalam Upacara Adat Sinongkelan."Itu Kanjeng Sinongkel mas, bajunya compang camping sebagai bentuk penyamaran waktu dulunya," jelas Tohari, Sekretaris Desa (Sekdes) Prambon.Tabuh kentongan 9 kali menjadi pertanda budaya sinongkel dihelat, gamelan pun tak ketinggalan untuk mengiringi. Kemelut menyan menjadikan suasana sakral dengan harum wewangian dari kayu gaharu itu.[caption id="attachment_15567" align=aligncenter width=1296]Pemeran para prajurit pengikut Kanjeng Sinongkel Pemeran para prajurit pengikut Kanjeng Sinongkel/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Warga Desa Prambon yang berperan menjadi kanjeng sinongkel menjiwai peran itu layaknya pemimpin yang gagah dan tegas walaupun menggunakan baju yang compang-camping.Bersahut tutur dengan patih layaknya ketoprak menjadi ciri unik, pasalnya usai sahut tutur itu ada minuman yang diambil dari kwali yang diminumkan kepada prajurit."Kalau dulu kwali tersebut isinya tuak, dan sekarang hanya air gula saja," ungkap Sekdes.[caption id="attachment_15569" align=aligncenter width=1296]Jani, pemeran Kanjeng Sinongkel di Upacara Adat Sinongkelan Jani, pemeran Kanjeng Sinongkel di Upacara Adat Sinongkelan/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Ternyata terjawab, prajurit yang disirami air tersebut adalah mereka yang salah gerakan dalam Upacara Adat Sinongkelan itu. Hal demikian menjadi tantangan dan hukuman jika prajurit salah dalam gerakan."Kalau ada yang salah gerakan hukumannya minum air itu, jadi di pentas sinongkel itu gerakannya harus kompak," tuturnya.[caption id="attachment_15535" align=aligncenter width=1280]Proses Upacara Adat Sinongkelan di Desa Prambon Proses Upacara Adat Sinongkelan di Desa Prambon/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Budaya yang sudah turun temurun itu menjadikan pegangan sendiri bagi masyarakat desa prambon untuk menghargai leluhur. Seperti dalam pementasan properti pendukung pun tak luput ketinggalan.Seperti ada "Branjang", dan "Kembang Sumpit", menjadi kiasan yang bermakna dalam kebudayaan sinongkelan yang dimiliki Kabupaten Trenggalek ini."Alhamdulilah setiap tahun ada sinongkelan, walaupun pada masa pandemi kemarin hanya kecil kecilan," ujarnya.