Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Mengenal Setiyono Nggalek, Sosok Bapak-Bapak di Balik Lagu 'Trenggalek itu Mana?'

Arena Parfum
Siang itu, Kamis, 23 November 2023. Sekilas, tak ada yang berbeda dengan penampilan Setiyono (60 tahun). Ia nampak seperti bapak-bapak pada umumnya: berpenampilan sederhana, berkacamata dan kerap melempar lelucon saat bercerita.Secara kasat mata, tak akan ada yang menyangka bahwa lelaki bercucu empat itu punya ribuan pendengar di platform streaming musik Spotify. Nama panggungnya ialah Setiyono Nggalek. Bak musisi indie nge-hits, Setiyono telah merilis 21 single di Spotify. Di platform itu, Setiyono Nggalek punya lebih dari dua ribu pendengar bulanan. Lagunya yang paling ikonik bertajuk "Trenggalek itu Mana?".Kendati berumur 60 tahun, Setiyono tetap aktif di platform media sosial. Laman akun Facebook miliknya, Setiyono Nggalek, diikuti oleh 4,9 ribu akun. Seperti tipikal bapak-bapak pada umumnya, Setiyono memosting konten seperti video karaoke, tempat ngopi, atau foto selfie dengan ekspresi datar.Namun, Setiyono memilih musik sebagai hobi. Hal inilah yang menjadikannya lain dari bapak-bapak seumuran. Tak tanggung-tanggung, ia merilis lagunya sendiri dengan genre elektronik. Ya. Genre elektronik. Bukan dangdut koplo.Saat ditanyai perihal genre musik, Setiyono punya jawaban sendiri. Pria asal Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek itu menyebut ciptaannya sebagai musik "indie"."Dangdut enggak, reggae enggak, pop perasaanku kok juga enggak. Terus aku buka-buka [internet], wah ternyata ada. Ada itu namanya musik indie. Berarti aku kan indie. Jadi musik indie itu bebas, bebas dalam menilai netizen," ujar Setiyono pada Kabar Trenggalek.Setiyono juga tak mengelak apabila musiknya dikatakan sebagai musik elektronik. Sebab di Spotify, ia juga merilis musiknya dalam sub kategori elektronik.

Perjalanan Bermusik Setiyono Nggalek

Setiyono menjalani keseharian sebagai pensiunan pegawai perusahaan di bagian Research and Development. Sejak tahun 1989, Setiyono sering berpindah dari kota ke kota sebab pekerjaannya. Kota yang pernah ia singgahi di antaranya Surabaya, Malang, Gresik dan Sidoarjo. Namun di tahun 2013, Setiyono memutuskan kembali ke tempat kelahirannya.Lelaki kelahiran bulan Mei 1963 itu kini bersemayam di Gang Langsep, Kelurahan Kelutan, Kabupaten Trenggalek. Di sela-sela kesehariannya, Setiyono memproduksi musiknya sendiri. Sebetulnya, kegandrungannya pada musik telah nampak sejak belia.Ia mengingat betul masa kecilnya di Desa Malasan, Kecamatan Durenan. Setiyono kerap mendengar lagu-lagu di radio milik tetangga. Musisi favoritnya ialah Waldjinah, Koes Plus, Rhoma Irama hingga Ernie Djohan.Saat Setiyono mulai duduk di bangku SD pada tahun 1971, kegandrungannya pada musik tak hilang. Ia bercerita, nilai mata pelajarannya yang paling tinggi saat itu ialah seni budaya.Singkat cerita, Setiyono lulus SMA di tahun 1983. Dirinya sempat ingin melanjutkan pendidikan ke Akademi Musik Indonesia (AMI) Yogyakarta (sekarang ISI). Namun, keinginan Setiyono tak sejalan dengan jawaban dari orang tua.Kendati demikian, Setiyono tak bisa lepas dari musik hingga dewasa. Setelah ia pensiun bekerja dan kembali ke kampung halaman, Setiyono mulai merekam lagu.Ia memproduksi musik secara mandiri dengan software audio digital. Terkadang, juga dengan gitar dan piano organ. Bermodal sebuah laptop dan seperangkat alat musik, Setiyono mampu memproduksi lagu-lagunya. Ia mengenal software audio digital dari putri bungsunya.Mulanya, ia merekam lagu hanya untuk konsumsi pribadi. Namun, ia akhirnya merilis karyanya secara digital sebab saran keluarganya."Saya terbukti di media sosial membuat lagu tahun 2014. [Awalnya] Cuma tak masukin di hp, hp kan ada android mudah sekali. Atau di laptop itu tak dengerin sendiri. Anakku kadang-kadang ya pusing 'panggah [melulu] musik itu wae ya pusing!' hahaha," Setiyono bercerita sambil tertawa.Setelahnya di tahun 2020, Setiyono mulai merilis lagunya di Spotify. Lagi-lagi sebab saran keluarganya. Ia sendiri juga tekun untuk mencari tahu cara merilis lagu secara digital lewat internet. Setelah menemukan agregator, akhirnya lagu-lagu milik Setiyono Nggalek dapat terpajang rapi di platform streaming hingga kini.Dirinya juga menceritakan kisah di balik moniker "Setiyono Nggalek". Saat dirinya masih bekerja di luar kota, ia banyak mengenal karyawan dari berbagai daerah. Perbincangan mengenai daerah asal masing-masing seringkali terjadi. Sebab itu, kata "Nggalek" yang berasal dari kata "Trenggalek" sengaja dilekatkan pada namanya.Selain itu, Setiyono juga memang berniat mengenalkan Trenggalek kepada kawan lamanya sewaktu bekerja. Setiyono pun menjadikan moniker "Setiyono Nggalek" sebagai nama akun media sosial."Aku pikir-pikir, aku ingin mengenalkan Trenggalek. Aku setuju kalo Trenggalek itu dikenal orang. Semampuku lah. Temen-temen perusahaan yang dulu-dulu, di media sosial itu kan banyak kenal saya. [Maka saya pilih nama] 'Setiyono Nggalek'. Dulu sebenarnya pernah [memilih nama] 'Setiyono Trenggalek'. Maksud saya untuk mengenalkan Trenggalek," ujar Setiyono.Keinginan besar Setiyono untuk mengenalkan daerah tercinta tak hanya terlihat dari nama. Karya musiknya pun menyiratkan hal yang sama. Selain hal yang dekat dengan keseharian pribadi, Setiyono juga mengangkat identitas daerah sebagai tema lagu. Ciptaannya yang paling ikonik ialah lagu berjudul "Trenggalek itu Mana?".

Lagu Ikonik 'Trenggalek itu Mana?'

Lagu "Trenggalek itu Mana?" dirilis secara digital pada tahun 2021. Lagu ini telah didengar ribuan kali di Spotify. Kisah yang melatarbelakangi terciptanya lagu ini terjadi saat Setiyono masih bekerja di luar kota.Setiyono mengaku agak jengkel saat teman-temannya dari berbagai daerah menanyakan daerah asal Setiyono. Di antara mereka hampir tak ada yang tahu pasti letak Kabupaten Trenggalek.Ketika koleganya bertanya mengenai daerah asal, Setiyono selalu menjawab bahwa dirinya berasal dari Kabupaten Trenggalek. Setelah itu, hampir selalu muncul pertanyaan lanjutan: "Trenggalek itu mana?".Pertanyaan itu lantas dijadikan tajuk lagu oleh Setiyono. Bagi warga asal Trenggalek lain, pertanyaaan seperti itu sering dijumpai saat melawat ke luar kota. Hal inilah yang menjadikan tajuk "Trenggalek itu Mana?" begitu ikonik.Selain itu, lagu "Trenggalek itu Mana?" muncul sebagai ungkapan ketidaksepakatan Setiyono bila Kabupaten Trenggalek disebut sebagai "kota kecil".Ia berujar, "Aku gak setuju itu. Aku akhirnya ya mbatin [bergumam], Trenggalek jangan [dikatakan] 'kutho kecil' lah, gak usah [dikatakan] kecil lah. Ya [harusnya] berbangga [-lah] anak-anak putu [anak cucu] jangan kecil. Lek digedhekne ya kenek [jika dibesarkan juga bisa]."Bagi Setiyono, Kabupaten Trenggalek memiliki segudang kekayaan. Di antaranya kekayaan alam dan sosial. Menurutnya, Kabupaten Trenggalek harus dikenalkan dengan jujur dan apa adanya.Kawan-kawan semua, jika ada yang tanyaTrenggalek apakah motto nyaJawablah dengan apa adanyaKotanya bersih, lumayan enak dipandang mata"Berteman hati" itulah motto nyaBegitulah penggalan lirik dari lagu "Trenggalek itu Mana?". Setiyono menulis sendiri lirik lagu ini dengan sederhana namun tetap relevan.Setiyono juga menambahkan bahwa pengambilan tajuk lagu tersebut murni dari pengalaman personalnya."Aku tapi keduluan orang yang membuat kaos [dengan tagline] 'Trenggalek itu mana?' lho ya. Hahaha," ujarnya sembari tertawa.Setiyono mengimbuhkan, "Tak pikir-pikir [aku pikir-pikir] lagunya judulnya sama. Ya wis lah, gak papa sama ritek [ya sudahlah, tidak apa-apa walau sama]. Kan itu [tagline brand] kaos. Kan malah mayokne sing dodol kaos [malah sekalian ikut melariskan penjual brand kaos] 'Trenggalek itu Mana?'".Lagu "Trenggalek itu Mana?" sendiri telah dirilis dalam lima versi gubahan. Setiyono begitu mengistimewakan lagu itu dan terus membuat versi gubahan yang berbeda. Ada versi gubahan yang Setiyono sebut sebagai "versi rock", "versi remix" hingga "versi instrumen". Terdapat pula versi vokal yang diisi oleh Wojo, kawan Setiyono.Terlepas dari berbagai macam versi gubahan yang dirilis oleh Setiyono, lagu-lagunya tetap memberikan nuansa khas. Setiyono Nggalek menyuguhkan karakter kental musik elektronik yang terkadang coba dipadukan dengan elemen pop, rock bahkan dangdut.Setiyono pada akhirnya mengajak masyarakat Trenggalek untuk mencintai daerah asalnya. Ia juga menyampaikan ajakan untuk memperkenalkan Trenggalek dengan banyak cara dan karya kreatif."Ya seharusnya gitu. Orang Trenggalek ikut membantu untuk [kemajuan] Trenggalek," tandas Setiyono Nggalek.
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *

This site is protected by Honeypot.