Desa Jajar, yang terletak di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, dikenal sebagai salah satu desa yang aktif menggelar berbagai acara adat dan budaya.
Beberapa di antaranya adalah Pasar Kamardikan dan Jajar Gumregah, yang semakin mengukuhkan desa ini sebagai pusat kegiatan tradisional.
Selain acara-acara tersebut, Desa Jajar juga menjaga tradisi luhur seperti Jamasan dan Tiban yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Tidak hanya kaya akan tradisi, Desa Jajar juga memiliki beragam kuliner khas yang unik. Salah satunya adalah Cukdeh atau yang dikenal juga sebagai Pincuk Lodeh.
Cukdeh merupakan makanan tradisional yang menggambarkan kearifan lokal serta memiliki makna filosofis yang mendalam.
Mengutip dari situs resmi Desa Jajar, Cukdeh terbuat dari lontong yang dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan aneka sayuran serta lauk pauk sederhana.
Sayuran yang digunakan dalam hidangan ini antara lain kluwih, genjer ceng gleyor, daun mlinjo atau waluh, dan terong. Sementara lauk pauknya terdiri dari tempe goreng.
Kuah lodeh yang digunakan memiliki cita rasa pedas dengan kandungan santan, menambah kekayaan rasa pada hidangan tradisional ini.
Yang menarik, Cukdeh dibungkus menggunakan daun jati dan daun pisang, dibentuk menyerupai kerucut dengan dua sisi yang disatukan menggunakan lidi bambu.
Penggunaan daun jati dan daun pisang dalam membungkus makanan ini juga memiliki alasan yang sangat logis dan filosofis.
Daun jati dipercaya dapat mengawetkan lontong dan mencegahnya basi, sementara daun pisang yang dikukus mampu menambahkan aroma harum yang alami pada makanan.
Manfaat Penggunaan Daun Jati dan Daun Pisang:
1. Daun jati mencegah lontong cepat basi.
2. Daun pisang memberikan aroma khas dan cita rasa alami.
3. Keduanya dipilih karena ramah lingkungan dan tidak mudah robek.
Lebih dari sekadar hidangan, Cukdeh menyimpan makna filosofis yang mendalam. Dalam setiap unsur bahan dan penyajiannya, terdapat pesan spiritual yang diyakini oleh masyarakat Desa Jajar. Berikut terjemahan filosofi dari makanan Cukdeh:
Lodeh, ngludaha ana lakon riyak. Aji iki tolak'e, ngger; sayur lodeh. Tempe, temna anggonmu dhepe-dhepe maring Pangeranira. Kluwih kudu luwih anggonira njaga raga nira. Ceng gleyor, arep ana lakon gleyar-gleyore jagad. Godhong so, padhaha ngedong maring sholat ira. Wohing mlinjo sak kulite, aja nguwasi sedulur ira saka kulite. Waloh, uwala saka eluh-eluh. Terong cilik, samiya rerangkulan karo uwong cilik.
Masyarakat setempat meyakini bahwa Cukdeh memiliki kekuatan spiritual untuk tolak balak, atau menangkal malapetaka dan musibah. Tradisi ini menjadi salah satu bukti kekayaan budaya yang dimiliki Desa Jajar, yang terus dilestarikan hingga kini.
Editor:Bayu Setiawan