Foto: KABARTRENGGALEK |
Tak hanya demikian, konsistensi sebagai masyarakat yang berperan dalam pembangunan juga sangat diharapkan sebagai tolok ukur di negara berkembang ini. Seperti hanya Sukiran, pria kelahiran 1951 ini masih konsistensi menggeluti kerajinan merajut jala sebagai peluang ekonomi keluarganya.
Perlu diketahui, pria yang beralamat Desa Margomulyo RT 11 RW 02 Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek itu tak mau memasarkan hasil rajutan jalanya. Hanya saja sukiran memanfaatkan teman dekat sebagai pemesan dari jala yang ia buat.
"Saya tidak pernah memasarkan, hanya saja yang membeli biasanya teman yang berprofesi sebagai penjala ikan," tutur Sukiran.
Foto: KABARTRENGGALEK |
"Saya tidak memiliki keturunan dari pengrajin jala. Ya hanya saja dulu hobi menjala kemudian belajar perlahan-lahan dan akhirnya bisa seperti ini," ujar Sukiran.
Sukiran mengaku, bahwa bekal konsistensi dalam merajut jala juga dirasakan pembeli temannya sendiri tersebut. Tak kalah dengan kualitas buatan mesin modern, Sukiran mampu bersaing.
"Kalau buatan mesin modern kurang memuaskan. Namun kalau buatan tangan dan alat tradisional ini kita bisa membuatnya dengan kualitas yang sangat baik," kata Sukiran.
Dalam masa pandemi yang serba terdampak dan dibarengi moment peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-76 tahun Republik Indonesia, Sukiran menegaskan bahwa mengenai setiap apapun usaha harus konsisten. Sepertihalnya Pahlawan dulu, dia selalu konsisten dalam memperjuangkan kemerdekaan.
"Kalau masalah dampak dari pandemi ya sebelum pandemi saya juga terasa dampak, karena saya tidak pernah memasarkan hasil rajutannya. Yang penting konsistensi. Masalah rejeki itu buah hasil dari konsistensi yang kita pertahankan," ujar pria separuh baya itu dengan ramah. (kbrt).
Baca Juga: