Hari itu, Sabtu pagi yang cerah, Kampak sedang bersolek. Dari halaman kantor kecamatan hingga pelosok beberapa desa, suasana ramai tak biasa. Adalah ledhang, tradisi yang bisa dikatakan baru dalam dunia sosialisasi Pilkada, yang membuat warga tak hanya sekadar mendengar imbauan tapi juga merasakannya lewat iringan armada (pick up) ber-sound system yang menggema ke segala penjuru. KPU melalui PPK Kampak benar-benar berusaha memastikan pesan mereka diterima—pesan sederhana, tapi krusial: “Gunakan hak pilih Anda pada 27 November 2024.”
Daftar Isi [Show]
Dari Jalan Sehat ke Ledhang, Semangat Tak Pernah Lekang
Kalau ditilik ke belakang, upaya PPK Kampak bukanlah sekali ini saja. Sebelumnya, tanggal 10 November 2024, mereka sukses menggelar jalan sehat dalam rangka sosialisasi Pilkada Serentak. Jalan sehat itu bukan sekadar ajang olahraga ringan, tapi juga strategi halus untuk mengingatkan warga bahwa Pilkada sudah di depan mata. Namun, tak semua warga bisa hadir ke acara semacam itu. Maka, ledhang dianggap sebagai solusi jitu untuk menjangkau mereka yang berada di desa-desa.
“Kami ingin masyarakat ingat dan sadar bahwa tanggal 27 November adalah hari penting. Dengan ledhang, kami tidak hanya berbicara, tapi juga datang langsung ke mereka,” ujar Bandung Setyabudi, Ketua PPK Kampak, dengan senyum optimis.
Apel Pagi, Pelepasan Semangat
Acara dimulai pukul tujuh pagi. Suasana halaman kantor Kecamatan Kampak penuh dengan orang berbaju seragam, diiringi obrolan ringan para peserta. Forkopimcam, PPK, hingga PPS se-Kecamatan Kampak berkumpul, berdiri dalam barisan apel. Budi, Sekretaris Camat Kampak, Di tengah apel, memberi arahan singkat yang sarat motivasi. “Kita bukan hanya menyosialisasikan, tapi juga menanamkan kesadaran demokrasi. Jangan lelah mengingatkan,” ucap Budi dengan nada tegas.
Begitu apel selesai, konvoi ledhang pun dimulai. Armada lengkap dengan pengeras suara yang dirancang mobile melintasi desa-desa: dari Dunggamping Desa Ngadimulyo, menembus Bogoran, masuk Gupili, hingga Senden, lalu Sugihan, Mapahan, dan akhirnya melewati jalan utama menuju perempatan pasar Kampak sebelum kembali ke titik awal.
Berjalan Pelan, Berpesan Panjang
Iring-iringan itu tak sekadar lewat begitu saja. Di setiap desa yang dilalui, suara lantang dari pengeras menyuarakan pesan:
“Jangan lupa, datang ke TPS tanggal 27 November! Pilihan Anda menentukan masa depan daerah ini!”
Beberapa pengendara motor yang berpapasan dengan rombongan ledhang sempat melambat, mencoba memahami apa yang dikatakan pengeras suara. Pesannya jelas, lugas, dan tak perlu terlalu banyak basa-basi. Ini sosialisasi yang mendekati rakyat, bukan menunggu mereka datang.
Kembali Menghidupkan Tradisi Lama
Ledhang ini sebenarnya tak jauh dari konsep budaya lama: berkeliling kampung menyampaikan kabar. Kalau dulu kabarnya biasanya soal pernikahan atau selamatan, kini kabar pentingnya adalah Pilkada. Bandung Setyabudi menyebutnya sebagai adaptasi modern dari tradisi lokal.
“Kami ingin membangkitkan antusiasme, sekaligus mengingatkan warga bahwa suara mereka sangat berarti. Pilkada bukan sekadar memilih, tapi merawat masa depan bersama,” ujar Bandung sambil menambahkan bahwa pendekatan personal seperti ini cukup efektif untuk masyarakat desa.
Setelah berkeliling, rombongan akhirnya kembali ke kantor kecamatan. Lelah? Pasti. Tapi senyum tetap mengembang, karena pesan sudah disampaikan. Meski tak ada survei langsung untuk mengukur efektivitas ledhang, antusiasme warga yang terlihat sepanjang rute memberikan harapan besar bahwa masyarakat Kampak akan hadir ke TPS pada hari H.
“Setidaknya, mereka sekarang tahu tanggalnya. Tinggal bagaimana kita semua menjaga agar antusiasme ini terus terjaga sampai 27 November nanti,” tutup Bandung sebelum rombongan bubar.
Ledhang bukan sekadar pawai, ia adalah pengingat dalam bentuk nyata. Bahwa Pilkada, meski sering kali dipandang sebelah mata, adalah momen menentukan. Bahwa hak pilih, meski terlihat kecil, adalah investasi besar untuk masa depan. Dan Kampak, dengan segala semangat dan caranya yang unik, sedang mengajarkan kita semua bahwa demokrasi harus dijemput, bukan sekadar ditunggu.