KBRT - Pada bulan Ramadhan, Pasar Jongke di Desa Sukorame tetap aktif seperti biasanya pada pasaran Wage dan Pahing. Namun, beberapa pedagang mengaku rindu dengan suasana ramai sebelum pasar direhabilitasi.
Parmudah (58), pedagang sayur dan buah di Pasar Jongke, merasakan peningkatan jumlah pembeli pada bulan Ramadhan tahun ini, meskipun belum seramai sebelum pasar direnovasi.
“Saya rasa saat ini berdagang di Pasar Jongke semakin susah. Lapak yang saya dapat jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang dulu. Selain itu, pembeli yang tidak seramai dulu membuat sebagian pedagang enggan berjualan,” ujarnya.
Parmudah mengaku telah berjualan di Pasar Jongke jauh sebelum pasar direnovasi. Ia sudah belasan tahun menjadi pedagang di sana. Menurutnya, bulan puasa kali ini memang meningkatkan jumlah pembeli, tetapi tetap tidak seramai Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
“Saya mulai membuka lapak sekitar pukul 06.30 WIB dan pulang sebelum waktu Dzuhur tiba. Terkadang saya memilih pulang pukul 10.00 WIB karena sepinya pasar. Dalam bulan Ramadhan kali ini, pembeli bisa bertahan sampai pukul 11.00 WIB,” jelasnya.
Meski pasar sedikit lebih ramai, Parmudah mengatakan masih ada pedagang yang enggan berjualan. Ia pun kerap menggunakan lapak milik rekannya yang tidak terpakai untuk memperluas tempatnya berjualan.
“Pada pagi hari saya sudah menghubungi teman-teman pedagang. Jika mereka tidak berjualan, saya izin untuk memakai lapaknya,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Eni (41), pedagang sembako dan bumbu dapur. Menurutnya, jumlah pembeli di Pasar Jongke semakin menurun dari tahun ke tahun.
“Ramadhan kali ini memang pembeli bertambah. Namun, maraknya jual beli online dan toko kelontong juga mengurangi jumlah pembeli di pasar. Saat ini, pembeli kebanyakan berasal dari orang tua, berbeda dengan dulu ketika pemuda masih ramai berbelanja di pasar,” ujarnya.
Eni adalah warga Dusun Ngelo, Desa Sukorame, yang berlokasi tak jauh di timur Pasar Jongke. Ia sudah berjualan sejak sebelum pasar direnovasi. Sebagai strategi dagang, Eni menjual berbagai kebutuhan yang tidak tersedia di toko kelontong biasa.
“Lapak saya berisi barang yang tidak tersedia di toko biasa, seperti ikan asin, kacang tanah kupas, ketan, kedelai, hingga biji kopi, agar dagangan saya dapat bersaing dengan yang lain,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz