Kolektor Benda Antik Trenggalek, Sesekali Untung Dani Andrianto Berjubel Cuan
Kabar Trenggalek - Kolektor tak jauh beda seperti sejarawan atau arkeolog. Mereka punya pengetahuan mendalam mengenai benda-benda bersejarah. Bedanya, pengetahuan itu mereka dapat dari riset secara otodidak, mulai dari membaca artikel, menggali data di lapangan, dan sebagainya.Aktivitas itu sudah menjadi makanan keseharian Dani Andriyanto, kolektor benda antik Trenggalek. Pria kelahiran 1981 itu benar-benar memasang telinga lebar-lebar terhadap cerita rakyat, karena melalui tutur lisan itu membuatnya bisa menemukan benda antik.Dani bercerita, mencari benda antik bukanlah perkara gampang, sebab cerita rakyat belum tentu benar adanya. Dan, sudah menjadi barang tentu jika Dani harus kesana-kemari hanya demi menemukan meriam peninggalan zaman Belanda yang diisukan berada di sekitar jembatan Plengkung.Mental Dani sudah kebal, ketika mengetahui meriam itu hanya berakhir cerita rakyat. Dia pun memakluminya, karena benda bersejarah merupakan benda yang telah terkubur dari zaman ke zaman. Sehingga kecil kemungkinan apabila meriam itu masih ada.Metode pencarian benda antik ala Dani bukan sekadar melalui cerita rakyat. Di balik itu, dia juga sering membeli benda-benda antik dari kalangan sesama kolektor, teman, maupun beli online.Perjalanan Dani tertarik dengan benda antik lebih dari separo hidupnya. Dia memang berangkat dari keluarga kolektor. Kakeknya seorang mandor pengairan, sehingga punya perabot rumah tangga yang antik-antik."Pernah saya marah ke nenek, karena barang-barang antik itu diberikan ke saudara. Dan, saya minta diganti," ucap Dani sembari bersimpuh di latar rumahnya.Warga Desa Parakan, Kelurahan Trenggalek itu mengaku, benda antik membuatnya banyak belajar tentang sejarah. Karena itu, Dani fasih kala menjelaskan benda-benda antik miliknya. Bahkan mendetail saat menerangkan benda itu berasal dari zaman kolonial atau zaman kerajaan.Beranjak usia remaja, Dani mulai lihai memanfaatkan keahliannya di bidang benda antik. Meski masih duduk di bangku SMK, dia sudah pandai mencari benda antik dari penjual rongsokan.[caption id="attachment_16731" align=aligncenter width=1296] Benda antik koleksi Dani Andriyanto/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Tempat itu bagaikan ladang gandumnya. Selain bisa lebih mudah menemukan benda antik, juga dapat membelinya dengan harga rendah.Namun begitu, Dani tidak semata-mata mencari benda antik untuk dijual. Sering kali dia menyimpan benda antik yang punya nilai historis yang begitu tinggi.Semisal, peta Provinsi Jawa Timur dan peta Kabupaten Trenggalek yang masih buatan zaman Kolonial. Di peta itu, Kota Alen-Alen itu pun masih masuk wilayah Kabupaten Tulungagung."Peta ini tidak saya jual, karena nilai historisnya," kata Dani sembari mengacungkan jari telunjuk pada bingkai yang terpajang di dindingnya.Benda-benda antik milik Dani cukup banyak. Meliputi, bajak, peta, jam bandul, sepeda tua, perabot rumah, uang zaman kolonial, uang zaman kerajaan, meja, kursi, alat las tempo dulu, kompor patri, lampu, dan masih banyak lagi.Dani tak memungkiri, benda antik tidak semuanya orisinil. Di zaman kini, sudah banyak benda antik imitasi. Sehingga cukup rumit ketika dirinya menjelaskan bagaimana membedakan antara benda yang orisinil atau mitasi."Misal bel kuda tempo dulu campuran dari tembaga dan kuningan, jadi sesudah termakan zaman, warnanya jadi kemerah-merahan pucat. Atau benda yang terbuat dari kayu, biasanya terdapat banyak patina alias kotoran [debu]," ujar Dani.Kecintaan dengan benda antik yang berasal dari Trenggalek itu membuat Dani mulai menggelar pameran setiap akhir pekan di Pasar Pon.Melalui pameran, dia berharap agar generasi penerus bisa melihat secara langsung benda yang memiliki historis asli Bumi Menak Sopal.
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow