- Istiqomah, perempuan dengan keseharian memproduksi tempe keripik bersama 6 orang tenaga kerja. Pembeli terus berdatangan tiada henti.
- Ia mengawali usahanya sejak tahun 2010 bersama suaminya pasca banjir tahun 2006 melanda Kota Trenggalek.
- Sehari ia mampu memproduksi 2.500 tempe keripik dengan sajian fresh, renyah, dan gurih.
Proses penggorengan tempe keripik/Foto: Deva Elisia (Kabar Trenggalek)[/caption]Perempuan itu memulai produksi tempe keripik dari nol. Dalam proses memproduksi tempe keripik, ia mempunyai 6 tenaga kerja. Belum lagi saat hari Raya Idul Fitri tiba, tenaga kerja bertambah mencapai 12 orang. Permintaan dari konsumen seakan-akan datang seperti banjir.Sampai 2023 ini, Istiqomah setiap hari memproduksi tempe keripik. Per hari, ia mampu memproduksi tempe keripik sebanyak 2.500 lembar tempe atau 2 wajan besar penggorengan. Ia mengaku menggunakan kedelai jenis impor yang dibeli dari toko."Kedelai impor untuk pakai yang lokal itu kalau pemula terlalu rumit. Karena kalau kedelai impor besar-besar jadi gak repot" ujar Istiqomah.Setiap sudut rumah Istiqomah terdapat tempe keripik yang sudah di kemas secara rapi menggunakan plastik yang beragam. Dimulai dari plastik kecil hingga plastik yang paling besar.Setiap kemasan plastik memiliki harga yang berbeda. Tetapi untuk 1 kg tempe keripik seharga Rp40 ribu. Ia juga membungkusnya melalui kemasan kecil dengan harga yang beragam. Sebab, ia membungkus sesuai dengan permintaan dari pembeli."Kalau dihitung sering lupa jadi enggak dikilo. Ada yang 25, 20, 15 tergantung permintaan" ujar perempuan itu.Istiqomah menjual tempe keripik itu paling jauh di Kota Blitar. Tetapi ia tidak berani jika mengantarkan lebih jauh lagi. Untuk pembeli yang jauh, biasanya mengambil sendiri di rumah produksi Istiqomah.Menurut Istiqomah, bisnis tempe keripik ini menjadi tantangan baginya. Karena tempe keripik yang memiliki sifat renyah, maka untuk kota-kota yang jauh Istiqomah meminta supaya pembeli mengambil sendiri.Istiqomah juga selalu memberikan tempe keripik yang fresh serta tidak membuat persedian terlalu banyak. Sebab ia tidak menginginkan pembelinya merasa kecewa."Kalau tempe keripik itu gampang hancur kalau dijual terlalu jauh. kalau saya itu ndak mau nyetok [tidak ingin persedian] banyak. Kalau terlalu banyak stok nanti rasanya nggak enak, kita juga jualnya yang fresh. jangan sampai pembeli kecewa," ujar IstiqomahIstiqomah berharap produk tempe keripiknya bisa berkembang dan bisa terjual di kota yang jauh. Ia pun berharap ada pengganti yang akan meneruskan bisnisnya."Penerusnya dari saya untuk mengembangkan, sekarang sulit ndak bisa dijual di luar kota, bisa dijual jauh. Moga-moga kalau bisa ada penerusnya" tambah Istiqomah.Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Feature















