KBRT – Ribuan koleksi buku tersedia di Perpustakaan Kabupaten Trenggalek, mulai fiksi, ilmu pengetahuan, hingga majalah dan koran. Namun, literatur yang secara khusus membahas sejarah daerah Trenggalek masih minim.
Doni Aria (22), pengunjung asal Desa Cakul, Kecamatan Dongko, mengaku kecewa karena tidak menemukan buku yang membahas asal-usul atau babad Trenggalek.
“Seharusnya ada sih, buku yang bahas asal-usul Trenggalek. Namanya perpustakaan Trenggalek, masa tidak ada,” ujarnya.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dispusip) Trenggalek, Catur Budi Prasetyo, membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, penulisan literatur sejarah lokal masih terbatas karena minimnya penulis yang konsen meneliti sejarah.
“Memang masih sedikit karena yang menulis belum banyak. Meskipun ada pelatihan menulis, mayoritas masih seputar mitos dan legenda,” terangnya.
Hal serupa disampaikan Endah Susilowati (41), pustakawan Perpustakaan Umum Trenggalek. Ia menyebut jumlah buku sejarah lokal masih di bawah puluhan judul.
“Buku konten lokal tahun 2025 ada 197 judul. Yang membahas sejarah Trenggalek masuk kategori tersebut, jumlahnya masih sedikit,” jelas Endah.
Meski begitu, jumlah buku konten lokal mengalami peningkatan signifikan. Dari 19 judul dengan 50 eksemplar pada 2024, kini bertambah menjadi 197 judul dengan 495 eksemplar.
Catur menambahkan, keterbatasan literatur sejarah juga dipengaruhi minimnya akademisi yang fokus meneliti Trenggalek.
“Kalau pun ada akademisi, jarang yang konsen pada sejarah ataupun publikasi. Bahkan, untuk meneliti naskah kuno kami masih harus mendatangkan ahli dari universitas di luar kota,” imbuhnya.
Endah mencontohkan, pengetahuan masyarakat terhadap sejarah lokal pun mulai luntur.
“Jangankan sejarah lama, sekarang saja kalau ditanya tentang cerita berdirinya Tugu 360 di Pantai Prigi, banyak yang sudah tidak tahu,” ujarnya.
Ke depan, Catur berharap ada sinergi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah daerah untuk menggali sejarah Trenggalek.
“Harapannya masyarakat, didukung pemda dan dinas terkait seperti Dinas Kebudayaan, bisa bersama-sama menggali dan merangkai pohon sejarah Trenggalek,” katanya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz