Kabar Trenggalek - Embun pagi telah sirna menyelimuti. Pancaran matahari tak luput menjadi hiasan indah di langit Trenggalek. Jalan raya kota tampak begitu ramai dipadati pegawai dan pelajar berseragam rapi.
Kendaraan motor berlalu lalang. Asap knalpot motor nampak ingin menembus segarnya udara pagi. Namun, ada yang berbeda dari kerumunan kendaraan motor.
Nampak bapak bersepeda dengan tas ranselnya menuju sudut sekolah sebelah Pendopo Trenggalek tepatnya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Plus Walisongo. Mukasim namanya.
[caption id="attachment_23189" align=alignnone width=1600] Mukasim sedang bergaya dengan sepeda kesayangannya/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Nama, yang singkat dan mudah diingat. Guru itu begitu luwes menceritakan perjalanan mengajar ditemani dengan sepeda ontel. Pria Kelahiran Kabupaten Pacitan 1981 itu mengaku bahwa sejak muda pergi kemana-mana ditemani dengan sepeda.
"Rumah saya dulu memang pelosok Desa, bahkan untuk dilalui sepeda saja sulit. Kemudian pada tahun 2000 saya belajar naik sepeda untuk pergi ke kuliah," ungkapnya saat menceritakan perjalanan bersama sepeda ontel.
Akunya, hingga saat ini dirinya menjadi pendidik (guru) sudah 23 tahun mengendarai sepeda ontel. Bukan waktu yang singkat dari Mukasim untuk konsistensi dalam meniti karir. Bahkan untuk menjadi guru saja tercatat sudah 18 tahun.
[caption id="attachment_23192" align=alignnone width=1600] Mukasim dengan santai bersepeda ke sekolah/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]"Saya naik sepeda bukan karena apa-apa. Namun, ada insiden yang masih saya ingat di tahun 2009. Selama sebulan naik sepeda motor terjatuh dan masih membayang-bayangi ingatan," terangnya.
Muncul niat untuk naik sepeda motor di tahun 2009 akhirnya diurungkan niatnya oleh Mukasim. Tak ayal guru yang berjiwa pramuka itu justru mengaku kalau mengayuh sepeda ontel terasa sehat di badan.
"Tidak capek, jarak rumah di Desa Ngares dengan Sekolah cukup 1,5 Kilometer sehingga membutuhkan 10 menit untuk bisa sampai," papar pria berjenggot tebal dengan karakter ramah itu.
[caption id="attachment_23191" align=alignnone width=1600] Mukasim berdiri dengan tegap bersama sepeda kesayangannya/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Walaupun dirinya ditemani sepeda ontel selama 23 tahun, hal itu tak mengurung dirinya untuk tidak memiliki sepeda motor. Namun, adanya sepeda motor itu hanya digunakan istri Mukasim untuk beraktivitas sehari-hari.
Bahkan rasa minder Mukasim saat berada di sekolahan naik sepeda ontel sendiri sudah tidak ada. Artinya, guru-guru sudah memahami. Bahkan rasa kepercayaan diri dan kesederhanaan Mukasim patut dijadikan teladan di era produk motor yang setiap tahunnya berganti.
"Sisi untungnya pertama badan sehat, kedua karena saya pribadi masih Guru Tidak Tetap [GTT] sangat hemat secara ekonomi akibat mengenakan sepeda ontel tidak harus beli Bahan Bakar Minyak [BBM]" candanya saat di ruangan Kepala Sekolah MI Plus Walisongo kala ditemui wartawan ini.
Bahkan sesekali, Mukasim bersama kawan-kawan bersepeda ontel hingga antar kecamatan. Karena sudah enjoy rasa senang pun menghampiri Mukasim dengan ditemani sepeda ontel miliknya itu.
"Keliling Gandusari, Kampak ya mengenakan sepeda ontel ini. Karena saya sangat enjoy dengan naik sepeda ontel," ujarnya menutup perbincangan asyik dengan Mukasim.