KBRT – Menjelang Hari Raya Idulfitri, banyak petani padi di Trenggalek yang memasuki musim panen. Berpuasa sambil bekerja di sawah tentu menjadi tantangan tersendiri, sehingga sebagian petani memilih menyewa jasa mesin perontok padi guna mempercepat proses panen, terutama di tengah meningkatnya kesibukan menjelang Lebaran.
Nikmatus Sholihah (45), seorang petani di Desa Ngadirejo, mengaku sangat terbantu dengan adanya mesin perontok padi. Ia menggunakan mesin tersebut untuk memanen sawahnya yang berjarak sekitar 250 meter di utara Balai Desa Ngadirejo.
“Menggunakan mesin perontok jauh lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Panen di bulan puasa seperti ini cukup melelahkan dan biasanya memakan waktu lebih lama. Berbeda dengan mesin yang dapat menyelesaikan panen dalam hitungan menit,” ujarnya.
Wanita yang akrab disapa Nikmah ini juga menilai biaya menggunakan mesin perontok lebih ekonomis dibandingkan menyewa tenaga kerja manual. Menurutnya, ongkos pekerja panen saat ini berkisar Rp75.000 per orang per hari. Dalam sekali panen, biasanya dibutuhkan lebih dari lima orang jika sawah cukup luas.
“Seperti sawah saya yang luasnya 25 ru, setidaknya butuh dua orang untuk membantu panen selama dua hari. Itu berarti saya harus mengeluarkan sekitar Rp300.000. Sedangkan jika menggunakan mesin, hanya perlu membayar Rp350.000 untuk sawah seluas 100 ru,” jelasnya.
Nikmah bercerita bahwa tetangganya sempat berencana memanen sawah seluas 50 ru secara manual. Namun, setelah menghitung perkiraan biaya yang mencapai Rp1.000.000, niat tersebut akhirnya dibatalkan karena terlalu mahal. Sementara itu, Nikmah sendiri hanya mengeluarkan Rp90.000 untuk memanen sawahnya yang berukuran 25 ru.
“Hasil dan kualitas padi yang dipanen menggunakan mesin maupun manual juga tidak jauh berbeda. Jadi, saya lebih memilih menggunakan mesin panen. Apalagi, sekarang semakin sulit mencari tenaga kerja untuk buruh tanam atau panen,” ungkapnya.
Menurut Nikmah, tenaga kerja di sektor pertanian semakin berkurang karena generasi muda enggan bekerja di sawah. Sementara itu, petani yang lebih tua sudah banyak yang tidak lagi kuat bekerja berat.
“Anak muda zaman sekarang tidak mau turun ke sawah. Sedangkan para petani tua semakin banyak yang sudah tidak kuat. Jadi, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian semakin berkurang,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz