Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Sawi, Solusi Cerdas untuk Menambah Penghasilan Petani Trenggalek

  • 21 Mar 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Di tengah berbagai tantangan dalam menanam padi, seperti cuaca ekstrem, serangan hama, serta proses tanam dan panen yang membutuhkan tenaga ekstra, sawi dapat menjadi alternatif untuk menambah penghasilan di samping bertani padi.

    Seperti yang dilakukan Mursali (65), warga RT 09, RW 04, Desa Sukorame. Selain menanam padi, ia juga membudidayakan sawi di salah satu sawahnya yang terletak di sebelah barat Lapangan Ngelo, Sukorame. Menurutnya, menanam sawi lebih menguntungkan dibandingkan menanam padi.

    "Kalau saya hitung, menanam sawi lebih menguntungkan karena padi tidak bisa dijual setiap hari. Berbeda dengan sawi yang bisa memberikan penghasilan harian," ujarnya.

    Mursali bercerita bahwa berkat menanam sawi, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya hingga berkeluarga. Dengan luas sawah 50 ru yang ia tanami sawi, Mursali berniat memperluas lahan untuk menanam sayuran tersebut.

    "Saya ingin menanam sawi di sawah lain jika kondisinya mendukung. Sebenarnya, tanaman utama saya adalah cabai, tapi di pinggirannya saya tanami sawi," jelasnya.

    Pada tahun 2025 ini, Mursali mengaku sudah tiga kali menanam sawi. Awalnya, ia ingin menanam cabai, tetapi cuaca ekstrem membuatnya khawatir, sehingga ia memilih bertani sawi sebagai pengganti.

    "Saya sudah mencoba menanam beberapa bibit cabai, tetapi tanaman yang seharusnya sudah berbuah malah tetap kerdil dan tidak sehat. Akhirnya, lahan yang awalnya disiapkan untuk cabai saya ganti dengan sawi," ungkapnya.

    Menurut Mursali, sawahnya yang ditanami sawi dapat menghasilkan lebih dari 1.000 ikat sawi, dengan berat sekitar 1/3 kilogram per ikat.

    "Sawi ini memiliki waktu panen yang berbeda-beda, jadi saya bisa memanen setiap hari untuk yang sudah layak panen. Jika harga stabil, saya panen dengan memotongnya di pangkal batang agar tidak tumbuh lagi. Namun, jika harga naik, saya hanya memetik daunnya agar tanaman bisa tumbuh kembali," tandasnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Mursali menjelaskan bahwa sawi memiliki umur panen sekitar 45 hari, tetapi sebagian besar waktunya dihabiskan dalam tahap penyemaian bibit. Setelah dipindahkan ke sawah, sawi bisa dipanen dalam waktu 20 hari.

    "Sebelum ditanam di sawah, sawi menghabiskan sekitar 25 hari di penyemaian. Setelah panen, saya sudah bisa mulai mempersiapkan bibit sawi baru untuk ditanam," ujarnya.

    Mursali mendapatkan benih dari salah satu toko pertanian di desanya. Menurutnya, perawatan sawi tidak membutuhkan biaya besar selama musimnya tepat. Ia menyebutkan bahwa menanam sawi pada bulan Juli, Juni, dan Agustus berisiko karena rentan terkena hama kutu daun.

    "Pada bulan-bulan itu, cuaca biasanya kering dan panas, sehingga tanah mudah kering dan hama kutu daun menyebar. Berbeda dengan musim ini, ketika hujan masih turun meski tidak sering, sehingga saya bisa menghemat penyiraman dan tidak ada serangan kutu daun," tandasnya.

    Di musim tanam saat ini, Mursali hanya menggunakan pupuk daun dan menyiram tanaman jika tanah mulai kering. Ia juga belum menggunakan pestisida.

    "Yang merepotkan saat musim hujan adalah banyaknya rumput liar yang tumbuh. Setiap hari, meski sedang berpuasa, saya selalu menyempatkan waktu untuk mencabut rumput yang mengganggu pertumbuhan sawi," ungkapnya.

    Ia mengakui bahwa harga sawi sering berubah-ubah. Saat ini, harga satu ikat sawi hanya Rp1.200, tetapi ia yakin menjelang Lebaran harga akan kembali naik.

    "Dulu, saat harga tinggi, satu ikat sawi bisa mencapai Rp3.000 dari petani. Saya berharap saat Lebaran nanti harga sawi bisa kembali normal," pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Lek Zur

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf