Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Jejak Peternak dari Pogalan: Merintis dari Nol, Merajut Sukses di Bisnis Perkawinan Kambing

Kisah inspiratif dari seorang sarjana Bahasa Indonesia yang sukses sebagai peternak.

  • 05 Feb 2025 12:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Sejak SMA, Teguh bercita-cita menjadi peternak kambing.
    • Usahanya sempat jatuh karena sakit, Teguh memulai kembali dari nol hingga akhirnya sukses menjalankan bisnis kawin kambing.
    • Teguh meyakini tiga prinsip dalam berwirausaha: pesti (takdir), jodo (jodoh), dan wahyu (kepasrahan kepada Tuhan).

    KBRT - Di sudut Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek suara berisik kambing menggema dari sebuah kandang sederhana. Di dalamnya, Dharma Teguh Prasetya berkutat merawat ternak-ternaknya. 

    Pria 35 tahun yang akrab disapa Teguh ini menyambut dengan ramah ketika Kabar Trenggalek berkunjung ke peternakannya. 

    Tanpa banyak basa-basi, ia mengisahkan awal mula perjalanannya. "Sejak SMA saya memang sudah bercita-cita jadi wirausaha ternak kambing. Waktu itu saya sudah punya 18 ekor," ujarnya.

    Namun, setelah lulus SMA, jalan hidupnya sempat berbelok. Ia merantau ke luar pulau, mengadu nasib di tanah orang. Hingga suatu hari, ayahnya memintanya pulang untuk melanjutkan kuliah. 

    Ia pun memilih jurusan Bahasa Indonesia. Tapi tekadnya tetap teguh, seperti namanya. Dia tak ingin bergantung sepenuhnya pada orang tua. Di sela-sela aktivitas kuliah, ia tetap beternak kambing, merawat cita-citanya pelan tapi pasti.

    bisnis-kawin-kambing-pogalan.jpg
    Pakan kambing teguh adalah rumput hijau yang segar. KBRT/Nandika

    Sempat Jatuh, Memulai Lagi dari Nol

    Setelah meraih gelar sarjana, Teguh tak ragu kembali ke dunia yang dicita-citakannya. Ia menyiapkan lahan untuk sumber pakan ternaknya. 

    "Hal yang paling awal harus disiapkan untuk usaha peternakan adalah pakan. Kalau punya lahan sendiri, akan lebih bagus karena mengurangi biaya harian," jelasnya.

    Namun, usaha tak selalu mulus. Teguh pernah jatuh sakit hingga harus merelakan ternaknya demi bertahan hidup. "Saya pernah sakit tipes karena suka telat makan. Selama dua bulan saya tidak bisa bekerja. Akhirnya, saya harus menjual 15 kambing untuk biaya berobat dan kebutuhan sehari-hari," kenangnya.

    Bangkit dari keterpurukan, Teguh memulai lagi dari nol. Ia meminjam modal untuk membeli seekor pejantan dan satu induk yang tengah bunting. Tahun 2018 menjadi titik balik bagi peternakannya.

    "Saat itu, pakde saya membawa induk kambing untuk dikawinkan dengan pejantan saya. Ternyata, anak hasil kawinannya bagus dan langsung ditawar Rp1,5 juta begitu lahir," katanya.

    Dari situlah bisnis kawin kambing Teguh mulai dikenal. Semakin banyak orang datang meminta jasanya. Awalnya, ia tak memasang tarif. Orang-orang yang meminta jasanya cukup membawakan sekarung pakan. Tapi lama-kelamaan, jumlah pakan yang ia terima justru terlalu banyak dan terbuang percuma.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Akhirnya, ia memutuskan menetapkan tarif untuk jasanya. "Untuk tetangga sendiri saya tarif Rp50 ribu sebagai kompensasi limbah suara dari kandang. Untuk luar desa Rp60 ribu sampai Rp80 ribu tergantung jarak, dan kalau beda kecamatan saya pasang Rp100 ribu," paparnya.

    kambing-bakal-pejantan.jpg
    Kambing pejantan milik teguh yang siap membuahi betina. KBRT/Nandika

    Kini, Teguh memiliki 35 ekor kambing dengan tujuh pejantan unggul yang aktif dipakai untuk membuahi. "Biaya perawatan kambing sehari sekitar Rp100 ribu, termasuk suplemen dan tambahan pakan. Untuk penghasilan dari benih kambing, tidak menentu. Sehari bisa dapat Rp200 ribu sampai Rp300 ribu, meski tidak setiap hari ada permintaan. Tapi saya rasa sudah cukup berdikari dalam ekonomi," jelasnya.

    Kiat-Kiat Wirausaha ala Teguh

    Kesadaran generasi muda untuk memiliki penghasilan itu sudah harus dibangun sedari awal. Menurut Teguh, kalau sedang kuliah, harus berpikir bagaimana caranya berkembang, bukan sekadar berkuliah.

    Menurut dia, dunia kerja tak selalu ramah. Lapangan pekerjaan yang sesuai dengan spesialisasi para lulusan sangat terbatas, sementara jumlah pencari kerja terus bertambah. Karena itu, Teguh tak mau hanya bergantung pada ijazah. Selain beternak, ia juga menekuni ilmu pasrah manten (nyondro), yang kini menjadi salah satu profesinya.

    Teguh berbagi filosofi hidup yang selalu ia pegang dalam berwirausaha. "Sampean pernah dengar istilah Tigan?" tanyanya.

    Dalam bahasa Jawa, tigan berarti telur. Dalam dunia sepak bola, tim yang belum mencetak gol disebut "belum pecah telur". Belum mendapatkan momentum. Begitu pula dalam berwirausaha, menurut Teguh. Jika belum "pecah telur", seorang wirausahawan belum menemukan ritmenya.

    Filosofi Tigan ini, katanya, terdiri dari tiga unsur utama: pesti, jodo dan wahyu.

    Pesti artinya takdir. Setiap orang, lanjut Teguh, lahir dengan takdirnya masing-masing. "Seorang wirausahawan harus menyadari potensi dirinya, lingkungan tempat ia dilahirkan, dan modal yang ia miliki," jelasnya. Dalam dunia akademik, ini serupa dengan analisis SWOT: mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam bisnis.

    Jodo (jodoh). Banyak wirausahawan yang usahanya baru berkembang setelah menikah. "Saya pun begitu. Pakde saya yang datang mengawinkan kambingnya ternyata kakak dari mertua saya. Menikah membuka banyak pintu rezeki," katanya.

    Lalu, wahyu yang diartikan sebagai keikhlasan dan kepasrahan. Teguh percaya bahwa setelah segala usaha dilakukan, hasil akhirnya tetap berada di tangan Tuhan. 

    "Rezeki itu sudah diatur. Sebaik-baiknya usaha adalah yang sudah dimulai, bukan hanya yang sekadar direncanakan," tuturnya. 

    Dari seorang mahasiswa yang gigih memelihara kambing di sela-sela kuliah hingga kini menjadi peternak sukses, perjalanan Teguh adalah bukti bahwa kerja keras dan ketekunan dapat membawa seseorang mencapai impiannya. 

    "Kunci utamanya cuma satu: mulai saja dulu," pungkas Teguh sembari tersenyum. 

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Danu S

    ADVERTISEMENT
    journey scarpes