KBRT - Hijaunya rumput yang dimakan hewan ternak di Trenggalek biasa disediakan dan dicari oleh pemilik ternak sendiri. Namun, berbeda dengan warga RT 10 RW 05, Desa Wonocoyo, Kecamatan Pogalan. Mereka memang mencari dan mengumpulkan rumput, tetapi tidak untuk hewan ternak milik mereka sendiri.
Mursini (64), warga setempat, memilih menjual rumput dan jerami yang ia kumpulkan bersama pakan ternak milik teman-temannya di pinggir Jalan Gandusari-Trenggalek, tepatnya 850 meter selatan Pos Lalu Lintas Ngetal.
"Di sini telah berjualan pakan ternak sejak nenek-nenek kami dahulu. Saat masih kecil, saya awalnya kebingungan kok ada yang jualan rumput, tapi pada akhirnya saya juga meneruskan perjuangan mereka," cerita Mursini, wanita yang bertugas menunggu jualan pakan ternak warga.
Di bawah bangunan kecil dari kayu, Mursini dan kawan-kawan menunggu datangnya pelanggan yang membeli pakan ternak mereka. Tak hanya rumput dan jerami, mereka juga menyediakan rambanan, yaitu dedaunan tumbuhan hijau yang biasa dimakan kambing.
"Kami pasang harga Rp15.000 untuk seikat rambanan, lalu Rp25.000 untuk sekarung besar rumput. Dalam sehari kami bisa menjual lebih dari 25 ikat pakan ternak," jelasnya.
Mursini menuturkan bahwa lebih dari 15 orang biasa menitipkan hasil kumpulan pakan ternak di tempatnya. Jika musim panen padi tiba, tak jarang ada yang membawa jerami segar dari sawah dan dihargai Rp20.000 per ikat.
"Walaupun bulan puasa, kami tidak libur, kecuali jika menjelang hari raya. Kami tidak bisa mengumpulkan rumput karena disibukkan dengan pekerjaan rumah," ujarnya.
Dalam kunjungan Kabar Trenggalek, Mursini sedang menerima titipan pakan ternak yang telah dikumpulkan oleh salah satu temannya. Meskipun sengatan terik matahari di bulan puasa sangat melelahkan, hal itu tak menghilangkan tekad sekumpulan ibu-ibu untuk mencari pakan ternak demi mendapatkan sejumlah uang.
"Di sini sebagian pengumpul pakan ternak memang ibu-ibu seusia saya. Ada yang sudah memiliki cucu dan ada yang masih punya dua anak. Selebihnya adalah suami dari para ibu-ibu tadi," ungkapnya.
Mursini mengaku bahwa pelanggan pakan ternaknya kebanyakan berasal dari luar desa mereka, ada yang dari Karangan, Durenan, hingga yang terjauh dari Bandung, Tulungagung.
"Pembeli adalah peternak yang kesulitan mencari pakan dan juga peternak yang malas mencari pakan. Karena ada pelanggan yang selalu bawa mobil jika beli pakan," tukasnya.
Menurut keterangan Mursini, ketersediaan pakan yang dijualnya juga bergantung pada cuaca dan musim. Jika masuk musim kemarau, maka ketersediaan rumput akan berkurang.
"Seperti saat ini yang mulai masuk musim penghujan, maka ketersediaan rumput banyak. Sangat jarang pakan jualan kami tersisa, sama halnya di bulan Ramadan," tandasnya.
Ia menambahkan, meskipun di bulan Ramadan penjualan mereka tetap sama larisnya seperti di bulan biasa, keadaan di bulan Ramadan membuat para pengumpul rumput semakin kelelahan.
"Meski di bulan Ramadan, kami tak pernah menaikkan harga untuk pakan yang kami jual. Selain karena pelanggan, kami telah sepakat dengan beberapa penjual lain agar tidak menaikkan harga," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz