Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Jawa Timur Krisis Iklim, Kebakaran Hutan Kepung 13 Kabupaten Kota

Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Jawa Timur. Setidaknya, kebakaran hutan kepung 13 kabupaten kota di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan seluruh elemen sedang berjibaku memadamkan api di kawasan hutan.

Peristiwa karhutla ini mendapat respons dari Wahyu Eka Setyawan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur. Menurutnya, Jawa Timur krisis iklim. Karhutla mengepung kawasan hutan seluas 5,047.22 hektare di Jawa Timur.

Karhutla di Jawa Timur memasuki fase waspada. Tercatat ada hampir sekitar 13 kabupaten kota yang mengalami karhutla dengan. Seperti Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Bojonegoro, Tuban, Mojokerto, Kota Batu, Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Ngawi, Lumajang hingga Pasuruan.

"Mayoritas pusat kejadian ini berada di kawasan hutan, baik produksi, lindung maupun di area taman nasional," ujar Wahyu melalui rilis resminya.

Wahyu menyampaikan, karhutla yang melanda Jawa Timur saat ini mengingatkan atas pernyataan dari Sekjen Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres pada 29 Juli 2023. Bahwasanya, era global warming (pemanasan global) telah usai dan berganti menjadi global boiling (pendidihan global).

"Pernyataan ini tidak serta merta untuk menakut-nakuti tetapi memang berdasarkan fakta riil yang tengah dihadapi oleh seluruh belahan bumi. Seperti kejadian gelombang panas yang pernah menyapu hampir seluruh wilayah eropa, serta kejadian kebakaran hutan hebat di Amerika," kata Wahyu.

Berbagai ilmuwan, terutama yang terkoneksi dengan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC), sudah memperingatkan dalam laporannya. Bahwa pada tahun 2023 ini, suhu telah mencapai 1,15 derajat celcius, serta diprediksi bahwa tahun 2050 dapat mencapai lebih dari 2 derajat celcius. Sementara di Indonesia peningkatan temperatur telah mencapai 1,3 - 1,4 derajat celcius.

Merujuk pada pemantauan dilakukan WALHI Jawa Timur, dengan bantuan aplikasi pemantau suhu dan observasi sehari-hari, telah terjadi peningkatan suhu harian rata-rata yang mulai meningkat.

Suhu rata-rata sejak 1901-2010 sekitar 25.62 derajat celcius, lalu meningkat perlahan 2010-2022 sekitar 26 derajat celcius. Kemudian, puncak suhu terpanas sejak tahun 2000-2010 sekitar 30-31 derajat celcius meningkat tajam hingga 34-36 derajat celcius pada tahun 2010-2023 ini.

"Kejadian karhutla dan kekeringan telah menjadi penanda bahwa kita tengah berada dalam situasi krisis iklim. Kejadian-kejadian bencana iklim telah melanda Indonesia khususnya Jawa Timur dalam 10 tahun terakhir," terang Wahyu.

Wahyu menyebutkan, sepanjang 2020-2023 tingkat kejadiannya semakin meningkat dan dampaknya juga meluas. Mulai dari banjir dan longsor sepanjang 2021-2022 lalu yang hampir melanda 15 kabupaten/kota. Pada tahun 2023 ini ada sekitar 15 kabupaten/kota yang hampir sebagian wilayah mengalami kekeringan serta krisis air, serta dilanda karhutla.

"Selain kejadian karhutla hingga kekeringan, pada banyak kasus juga dipengaruhi oleh kebijakan yang tidak sensitif iklim. Seperti penataan ruang yang memfasilitasi alih fungsi kawasan," kata Wahyu.

Kemudian, lanjut Wahyu, ada faktor ekonomi, di mana ada upaya land clearing (pembersihan lahan) dengan metode membakar. Serta lemahnya pengawasan dan penindakan atas bentuk-bentuk pelanggaran pemanfaatan kawasan khususnya wilayah hutan.

Menurut Wahyu, kondisi karhutla dan berbagai bencana alam akan semakin parah ke depannya, jika tidak ada konsensus untuk mengatasi bersama perubahan iklim ini, sebagaimana yang digaungkan oleh IPCC dan United Nation.

"Perpaduan dampak perubahan iklim, fenomena alam seperti La Nina dan El Nino serta faktor sosial-ekonomi dan kelirunya kebijakan tata ruang yang sebelumnya sangat berdampak, kini menjadi semakin parah keadaannya," tandas Wahyu.