KBRT – Sejumlah siswa asal Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, memilih menempuh pendidikan di sekolah menengah atas favorit yang berjarak puluhan kilometer dari rumah mereka. Mereka rela tinggal di kos sejak usia belia demi mendapatkan lingkungan belajar yang lebih tertib dan mendukung pengembangan diri.
Helen Nadrian (17), siswi kelas XII SMA Negeri 2 Trenggalek, merupakan salah satu dari belasan pelajar asal Munjungan yang kini tinggal di kos dekat sekolahnya.
“Awalnya waktu SMP sering ikut lomba di tempat SMA di kota Trenggalek, karena lihat banyak event dan aktif ekskulnya jadi pilih di sini,” ujar Helen saat ditemui di sekolahnya.
Helen tinggal di Desa Singgihan, Kecamatan Munjungan, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari satu-satunya SMA di wilayahnya. Namun, ia merasa sekolah tersebut kurang memberikan suasana belajar yang tertib dan disiplin.
“Sekolah di sini adalah kemauan saya sendiri, syukurnya orang tua juga mendukung. Jadi dari tahun 2023 saya ngekos tak jauh dari sekolah,” imbuh Helen.
Meski enggan menjelekkan sekolah di kampung halamannya, Helen menilai ada budaya yang cenderung membiarkan pelanggaran aturan di sekolah tersebut.
“Siswa-siswa di SMA desa saya itu kadang menyeleweng dari norma. Saya ingin suasana yang lebih tertib,” katanya.
Cerita serupa datang dari Indri Anindya (17), siswi kelas XII di sekolah yang sama. Ia juga berasal dari Desa Munjungan dan kini tinggal di kos sekitar 40 kilometer dari rumah.
“Biayanya kalau pulang-pergi dari rumah lebih besar, konsentrasi belajar juga terganggu karena capek,” tutur Anin.
Anin mengatakan bahwa jumlah pelajar dari Munjungan yang bersekolah di SMA 2 Trenggalek terus bertambah setiap tahun. Tahun ini, ia menyebut ada lebih dari 20 siswa baru dari Munjungan yang mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
“Tahun ini total siswa baru ada 317 orang. Siswa dari Munjungan juga makin banyak,” ujar Anin.
Menjadi anak kos sejak SMA bukan hal mudah. Anin dan Helen mengaku sempat kesulitan menyesuaikan diri di awal, terutama dalam hal mengatur uang saku dan memasak sendiri. Mereka mencatat kebutuhan bulanan, di luar biaya kos Rp500 ribu, bisa mencapai Rp1 juta.
“Sekarang sudah terbiasa, yang jadi tantangan malah mengelola uangnya,” ujar Anin sambil tertawa.
Keduanya berharap SMA di kampung halaman mereka bisa berkembang menjadi sekolah yang disiplin dan kondusif seperti sekolah-sekolah favorit di kota. Meski demikian, mereka juga menekankan pentingnya kesadaran pribadi setiap siswa dalam menjaga ketertiban.
“Semua masih tergantung pribadi masing-masing, tapi di kampung saya itu kayak sudah biasa kalau melanggar aturan,” kata Helen.
Helen dan Anin saat ini sedang fokus menyelesaikan tahun terakhir sekolah dan menargetkan bisa lolos ke perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi. Mereka berhasil masuk SMA Negeri 2 Trenggalek lewat jalur seleksi prestasi karena tidak bisa mengandalkan zonasi akibat jarak rumah yang jauh.
“Untuk siswa yang datang jauh-jauh ke sekolah favorit atau yang bersekolah di dekat rumahnya, semoga selalu ingat, di mana pun sekolahnya tujuannya tetap sama, yaitu cari pengetahuan,” tandas Anin.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Zamz