Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel
ADVERTISEMENT

Puncak Festival Film Layar Bawah Bukit, Langkah Awal Ekosistem Sinema Trenggalek

  • 03 Aug 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRTFestival film "Layar Bawah Bukit" resmi ditutup pada Sabtu, 2 Agustus 2025, di Pasar Pon, Kabupaten Trenggalek. Festival yang digagas oleh Kabul Cultural Space ini telah menggelar pemutaran dan diskusi film sejak Mei 2025, dengan menjangkau enam desa dan ribuan penonton.

    Gemuruh tepuk tangan menjadi penutup setiap pemutaran film, mencerminkan antusiasme masyarakat terhadap sinema di sudut-sudut pedesaan Trenggalek. Layar tancap yang selama ini identik dengan hiburan tradisional, menjadi media untuk memperkenalkan sinema sebagai ruang apresiasi dan diskusi.

    Yanu Andi (29), penyelenggara Festival Layar Bawah Bukit, menyebut kegiatan ini sebagai langkah awal untuk membangun ekosistem perfilman yang berkelanjutan di Bumi Menak Sopal.

    “Sebenarnya ini adalah awal karya-karya film dari Trenggalek akan memiliki ruang apresiasi dan distribusi,” kata Yanu saat ditemui seusai pemutaran film di gedung Bhawarasa.

    Menurutnya, pemutaran film di Pasar Pon merupakan puncak dari seluruh rangkaian festival, sekaligus penutup dari kegiatan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Dari total sekitar 2.500 penonton yang hadir di enam desa, pemutaran terakhir sengaja dilangsungkan di pusat kota dengan segmentasi penonton yang berbeda.

    “Dengan tema film yang diputar serta penonton yang dipilih, Layar Bawah Bukit mencoba menyampaikan nilai dan pesan film yang penting untuk dipahami masyarakat Trenggalek,” ungkap Yanu.

    Film-film yang diputar mengangkat isu-isu sosial yang relevan, mulai dari korupsi, kesetaraan gender, hingga pendidikan seksual. Seluruh tema tersebut dirancang untuk merangsang diskusi dan pemahaman kritis di kalangan penonton.

    “Kami rasa film-film ini penting bagi teman-teman Trenggalek karena bisa membangun pemahaman dan diskusi,” tambahnya.

    Selain pemutaran film, festival juga menghadirkan sesi diskusi bersama pembuat film dan narasumber yang relevan. Diskusi berlangsung interaktif dan dihadiri berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga komunitas film dan budaya.

    Yanu menjelaskan bahwa Layar Bawah Bukit bukan satu-satunya upaya membangun ruang budaya berbasis audio-visual. Festival serupa pernah dilakukan sebelumnya, namun belum terorganisir secara berkelanjutan. Ke depan, pihaknya berkomitmen untuk terus mengembangkan festival film yang menyasar pedesaan dan memperluas akses terhadap karya sinema.

    “Layar tancap di pedesaan, dengan penonton mulai dari kakek-kakek hingga anak muda, tetap menarik dan menjadi tempat diskusi serta srawung,” ucap Yanu.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz