Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Jangan Terjebak Hoaks Info di WhatsApp, Gempa Bumi Tektonik Tidak Bisa Diprediksi!

Kubah Migunani
Masyarakat Indonesia perlu mewaspadai setiap informasi tentang gempa bumi. Sebab, sering kali beredar informasi di WhatsApp bahwa ada prediksi gempa bumi. Informasi semacam itu sering membuat masyarakat panik.Merespons informasi tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik tidak bisa diprediksi. Menurut BMKG, sampai saat ini gempa bumi tektonik tidak bisa diprediksi waktu kejadiannya, baik hari, tanggal, jam, menit, hingga detiknya.Rilis resmi BMKG menyampaikan, sangat perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia tidak dapat terhindar dari kejadian-kejadian gempa bumi. Letak wilayah Indonesia yang berada dan diapit oleh tiga hingga empat lempeng utama dunia inilah yang menyebabkan kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia.Lempang-lempeng tersebut terus bergerak setiap detiknya, akibat dari panas di dalam inti bumi yang menggerakkan partikel-partikel penyusun lempeng. Ketika lempeng-lempeng tersebut sudah tidak dapat menahan aliran partikel panas dari inti bumi, maka akan bergerak dengan mengeluarkan energi yang sangat besar."Pergerakan inilah yang menimbulkan getaran gempa bumi yang dirasakan oleh masyarakat. Waktu dari pergerakan lempeng untuk melepaskan energinya inilah yang belum dapat diprediksi sampai saat ini," jelas BMKG.Lempeng Indo-Australian yang cenderung bergerak ke arah timur laut, Lempeng Eurasian (Sundaland Block) cenderung bergerak ke arah tenggara, serta Lempeng Pasifik dan Lempeng Philipina yang bergerak ke arah barat laut.Pertemuan antar lempeng ini ditandai dengan bentuk segitiga pada garis hitam Panjang. Batas pertemuan antar lempeng dunia berada di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, Bali, NTT, pesisir utara Maluku dan Papua, pesisir barat Maluku Utara, serta pesisir utara Pulau Sulawesi."Pergerakan pada batas lempeng ini sangat berpotensi memicu terjadinya gempa bumi dengan kekuatan magnitude yang sangat besar," tulis BMKG.

Bagaimana dengan wilayah Sulawesi, Halmahera, dan Laut Banda?

Hasil penelitian beberapa peneliti terhadap keberadaan sesar/patahan di Sulawesi, Halmahera, dan Laut Banda telah disebutkan dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa L Indonesia Tahun 2017 oleh PUSGEN (Pusat Studi Gempa Nasional).Bahkan, potensi magnitudo maksimum gempa bumi yang dihasilkan oleh sesar-sesar tersebut telah diteliti dan dirangkum dalam buku PUSGEN. Terdapat setidaknya ada 264 segmen sesar darat dan laut, serta 13 segmen subduksi pada batas pertemuan lempeng, yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.Proses tektonik yang terjadi di wilayah Sulawesi bukan hanya pada pertemuan lempeng di pesisir utaranya. Tenaga endogen yang sangat kuat dari dalam bumi mengakibatkan banyaknya segmen sesar/patahan di daratan Sulawesi."Keberadaan sesar/patahan ini juga tidak dapat dihindari, sehingga potensi untuk terjadinya gempa bumi di wilayah Sulawesi tetap ada," terang BMKG.Terdapat 50 sumber sesar dan 1 sumber subduksi megathrust yang dapat memicu terjadinya gempa bumi di wilayah Sulawesi. Masing-masing sesar tersebut berpotensi menimbulkan gempa bumi dengan magnitudo maksimum di atas 6 (M>6).Sama halnya dengan pergerakan lempeng, sesar/patahan terus bergerak setiap detiknya dengan kecepatan tertentu. Sesar bergerak karena adanya aliran arus konveksi pada partikel-partikel penyusunnya akibat panas dari inti bumi."Kejadian gempa bumi di Laut Banda lebih banyak di pengaruhi oleh sesar-sesar yang berada di sekitar Nusa Tenggara Timur bagian utara dan Maluku. Jika dilihat dari proses tektoniknya, keberadaan sesar di daerah ini juga sangat kompleks," papar BMKG.BMKG memonitoring adanya cluster kejadian gempa bumi di Laut Banda dengan magnitudo yang cukup besar. Terdapat sekitar 18 sumber sesar yang berpotensi memicu terjadinya gempa bumi di Laut Banda.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Gempa Bumi?

Halmahera menjadi salah satu wilayah yang diprediksi oleh peneliti Belanda akan diguncang gempa bumi pada awal Maret. Sama seperti wilayah Sulawesi dan Laut Banda, wilayah Halmahera tidak terlepas dari keberadaan sumber sesar dan sumber subduksi megathrust yang ada di sekitarnya.Bahkan jika melihat dari peta sumber pemicu gempa bumi di wilayah Indonesia, wilayah Halmahera berbatasan langsung dengan batas Lempeng Filipina di sebelah baratnya. Selain itu di sebelah selatan-timurnya terdapat sumber subduksi megathrust Papua yang merupakan batas Lempeng Pasifik."Keberadaan sumber subduksi megathrust tersebut yang berpotensi memicu terjadinya gempa bumi di wilayah Halmahera," jelas BMKG.Wilayah Sulawesi, Laut Banda, dan Halmahera memiliki potensi yang cukup besar untuk diguncang gempa bumi. Masing-masing sumber sesar/patahan dan batas lempeng (sumber subduksi megathrust) terus bergerak setiap detiknya selama bumi masih beraktivitas dan masih ada kehidupan. Hanya saja, kemampuan batuan penyusun masing-masing daerah berbeda-beda dalam menerima aliran partikel akibat panas dari inti bumi.Ketika batuan penyusun sudah tidak dapat menerima dan menahan, maka disitulah sesar ataupun batas lempeng akan bergerak lebih cepat untuk melepaskan energi yang tertahan, yang kemudian getarannya dirasakan oleh manusia di atas permukaan bumi sebagai gempa bumi. Waktu manusia merasakan getaran gempa buminya tidak dapat diprediksi, baik hari tanggal, jam, menit maupun detiknya."Mengetahui kondisi wilayah Indonesia yang berada pada batas pertemuan antar lempeng utama dunia serta keberadaan sesar yang sangat banyak baik di darat dan di laut, memerlukan kesiapsiagaan yang sangat ekstra. Masing-masing individu perlu memahami langkah mitigasi dan evakuasi mandiri ketika merasakan guncangan gempa bumi," terang BMKG.Salah satu langkah persiapan sebagai bentuk antisipasi hadapi gempa bumi yaitu tidak mendirikan bangunan tinggi pada daerah-daerah yang dilintasi oleh sesar. Jika memang harus membangun di daerah sekitar sesar, maka perlu dipastikan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan yang memenuhi kriteria bangunan tahan gempa.Belajar dari gempa bumi Turki, BMKG melalui UPT (Unit Pelaksana Teknis) di daerah terus melakukan sosialisasi tentang potensi gempa bumi di setiap daerah serta langkah upaya mitigasi mandiri di sekolah-sekolah. Kegiatan ini kami sebut sebagai BMKG Goes To School."Simulasi singkat upaya perlindungan ketika merasakan guncangan gempa bumi kepada siswa-siswi juga disertakan dalam kegiatan ini. Melalui kegiatan ini diharapkan menambah edukasi dan pemahaman pelajar sekolah untuk mengurangi resiko akibat gempa bumi," tandas BMKG.
Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *