Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Intip Tangan Lentik Warga Binaan Rutan Trenggalek, Kerajinan Perahu Dari Bambu

Terik matahari menyinari Kota Alen Alen Trenggalek kala pukul 10.00 WIB, utara Alun-Alun, rumah budaya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Rutan Kelas II B berdiri di balik sekat jeruji besi. Namun, di dalam tak sekadar meratapi nasib yang dilakoni WBP.

Saat penulis ini berkunjung, Warga Binaan Pemasyarakatan sedang sibuk bertemu keluarga pada Kamis, (10/08/2023). Memang hari itu adalah jam jenguk. Keluarga berdatangan masuk, sebelum masuk harus melewati pengecekan petugas.

Penulis diarahkan masuk dalam ruang jeruji. Namun, di balik jeruji besi itu sejumlah WBP sedang sibuk dengan tangan lentiknya. Ada yang membuat kerajinan handicraft perahu dan ada yang membuat kerajinan reyeng wadah ikan yang biasa ditemui di pasar.

Meski berada di balik jeruji besi, WBP tak dibiarkan begitu saja. Contohnya warga binaan yang membuat kerajinan, pemasaran dengan menggunakan digital atau pasar online disediakan oleh Rutan Kelas II B itu. Sesekali kerajinan dipamerkan di tempat keramaian, seperti Alun-Alun Trenggalek.

WBP Sedang membuat kerajinan reyeng dari bambu/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

"Saya di sini membuat kapal berbahan dasar bambu. Kapal ini bisa saya kerjakan selama 3 sampai 4 hari jika ukuran besar. Untuk ukuran kecil bisa saya selesaikan hanya dengan waktu 1 sampai 2 hari," terang Bram, salah satu Warga Binaan yang ditemui penulis.

Meski pria itu mengatakan keterbatasan bahan, dirinya tak mudah putus asa dengan memanfaatkan bahan yang ada, di sela-sela menjadi warga binaan. Kreativitasnya diakui dapat menarik pembeli merogoh isi dompetnya.

"Kalau harga jual tergantung ukuran. Kalau yang saya buat ini harga 200 ribu, kalau lebih besar harga bisa berubah. Kalau mau di-finishing dengan pilox biasanya nambah 200 ribu," katanya sambil memegang karya buatan tangannya.

Bram tak sungkan menjelaskan bagaimana cara membuat kerajinan. Katanya, pertama bambu dipotong tipis-tipis ukuran lebar 2 centimeter, kemudian digabungkan dengan lem membentuk sketsa kapal pesiar maupun kapal layar.

"Bedanya kalau kapal pesiar ada bambu yang saya susun membentuk rumah, kalau kapal layar tidak ada. Kalau rumit ya paling rumit adalah kapal pesiar," ungkapnya kepada penulis.

Tampak perahu dari bahan bambu karya tangan Warga Binaan Pemasyarakatan/Foto: Raden Zamz (Kabar Trenggalek)

Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Trenggalek, Zainal Fanani, yang mengantar penulis ini ke bilik jeruji besi kreativitas itu menerangkan, kegiatan itu dilakoni warga binaan sekitar pukul 09.00 sampai 11.00 WIB pasca kegiatan senam pagi dan bersih-bersih kamar.

Warga Binaan katanya saat menjalani proses di dalam Rutan Kelas II B Trenggalek dihadapkan dengan dua program. Pertama program kepribadian, kedua adalah program kemandirian. Kreativitas tersebut masuk dalam program kemandirian warga binaan.

"Kemandirian semacam keterampilan plus teknisnya seperti, modal, proses, dan pemasaran akan dikemas satu paket. Paket handicraft adalah paket lain keterampilan sederhana, memberikan sumbangsih mereka ketika pulang," terang Zainal.

Katanya, warga binaan tak hanya membuat keterampilan perahu dan reyeng wadah ikan, namun ada batik shibori, rajut, membuat kemoceng, makanan kemarin pernah kursus pembuatan cilok, reyeng, ada kapal. Pemasaran, katanya melalui scan barcode.

"Untuk pemasaran melalui dua metode, pertama online yaitu ada scan barcode yang kami sediakan kemudian menuju marketplace. Kemudian melalui pameran seperti di Alun Alun Trenggalek. Kemarin satu hari pameran ngantong pendapatan 800 ribu," paparnya.

Di sisi lain, pendapatan jualan dari dalam rutan kisaran sebulan laku 6 kapal dikalikan 200 ribu. Manfaat warga binaan dengan ekspresi kreativitasnya dapat ilmu, keterampilan, dan nilai bisnis, yang bisa diterapkan saat warga binaan sudah pulang.

"Uang hasil penjualan sebagian buat bahan produk. Kedua, mereka dapat premi yang hasilnya dimasukkan ke register D terserah mereka bisa belanja di sini atau kirimkan ke rumah," ujarnya mengakhiri wawancara dengan penulis.