Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Hari Perempuan Internasional 2023, AFFC: Bangun Gerakan Perempuan dari Bawah

Setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Internasional Perempuan (International Women's Day). Masyarakat Indonesia juga memeringati hari bersejarah ini dengan berbagai aksi dan pernyataan sikap.Seperti yang dilakukan oleh kolektif Anti Feminist Feminist Club (AFFC). Pada Hari Perempuan Internasional 2023, AFFC menyuarakan tema "Bangun Gerakan Perempuan dari Bawah".Melansir dari akun Instagram resminya @anfemclub, AFFC menyampaikan dari tahun ke tahun, perjuangan perempuan terus berhadapan dengan otoritarianisme, kapitalisme, dan patriarki. Selain itu, berbagai tekanan juga datang dari kebijakan upah murah, masalah kelaparan, kerusakan lingkungan, serta rezim yang termiliterisasi."Ke mana arah perjuangan kita? Apakah kita lagi-lagi mau memasrahkan nasib kita ke tangan para perwakilan [partai politik] atau bersediakah kita mulai membangun kekuatan dengan tangan kita sendiri?" tulis AFFC.Pada Hari Perempuan Internasional 2023, AFFC menegaskan terus menyerukan bentuk aksi yang lebih langsung dan nyata. Mereka mengusulkan sebuah program yang bisa dijalankan bersama dalam prinsip otonomi dan solidaritas.Program itu seperti penciptaan dan perluasan ruang aman bagi perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan minoritas gender. Kemudian pembangunan jaringan dukungan konseling non-komersil, jaringan tenaga kesehatan reproduksi yang tidak menghakimi dan menghormati pilihan setiap orang."Akses aborsi aman, pendidikan seksual dan keberagaman gender bagi remaja, kelompok-kelompok dukungan bagi penyintas kekerasan, penguatan serikat buruh lintas sektor, dan pembangunan serikat pelajar," tambah AFFC.Dalam upaya menjalan berbagai program tersebut dengan lebih efektif dan meluas, AFFC menyerukan pembentukan organisasi/serikat/persatuan perempuan dan minoritas gender di tataran akar rumput. Menurut AFFC, budaya berorganisasi dari bawah harus dihidupkan kembali dengan prinsip yang demokratis, otonom, bersemangat, dan berdaya tempur."Organisasi ini mungkin serupa organisasi-organisasi perempuan/serikat perempuan di awal kemerdekaan Indonesia. Kali ini tanpa campur tangan partai politik!" tegas AFFC.AFFC mengatakan, serikat ini mesti punya kemampuan untuk menjaga jarak dari godaan politik parlementer. Skenario partai politik yang hanya mengubah massa menjadi sekedar konstituen pasif dan penyumbang kotak suara, harus dihindari.Sebab, lanjut AFFC, terlibat dengan partai politik hanya menghabiskan perhatian, tenaga, dan sumber daya untuk kampanye elektoral, serta aksi-aksi simbolis yang tidak memberikan manfaat apapun pada perempuan maupun minoritas gender di tataran akar rumput.AFFC menyampaikan, banyaknya politisi perempuan tidak dibutuhkan. Tapi, yang dibutuhkan adalah lebih banyak jiwa-jiwa yang berkomitmen merawat dan meregenerasi semangat perjuangan dari hari ke hari, serta solidaritas pekerja dari segala sektor (guru dan tenaga pendidikan, dokter dan tenaga kesehatan, pekerja serabutan, pekerja pedesaan, dst).Selain itu, menurut AFFC, yang dibutuhkan adalah mahasiswa dan pelajar, pengangguran, dan kaum terpinggirkan, yang bersedia merebut kembali hidupnya serta membangun gerakan pembebasan dari bawah."Gerakan pembebasan perempuan Yangs sejati hanya dapat dimulai dari akar rumput. Ia dimulai dari hati kita yang berdetak, saat ini, detik ini, bukan dari konferensi dan meja pertemuan para dewan, omong besar senior gerakan, atau perjamuan makan dan panggung narsis elit perempuan," tandas AFFC.