KBRT - Kenaikan harga kelapa muda di Trenggalek kian menekan pedagang es degan. Harga kelapa muda yang menjadi bahan baku utama minuman tersebut melonjak tajam, memperparah penurunan penjualan yang sudah terjadi sejak beberapa waktu terakhir.
Ifah (42), pedagang es degan yang berjualan di depan Gedung Olahraga Gajah Putih Trenggalek, mengungkapkan bahwa harga kelapa muda mulai merangkak naik sejak awal bulan puasa.
"Diawal bulan puasa harga kelapa muda yang awalnya Rp 8.000 per butir naik menjadi Rp 12.000 per butir, baik besar maupun kecil," ujar Ifah.
Kenaikan ini membuat Ifah menghadapi dilema. Ia khawatir menaikkan harga jual es degan akan membuat pelanggan enggan membeli, sementara menjual dengan harga lama membuatnya merugi.
"Satu butir kelapa ukuran normal biasanya cukup untuk dua porsi es degan seharga Rp 5.000. Tapi sekarang, kalau kelapanya kecil, airnya tidak cukup buat dua porsi," ungkapnya.
Ifah telah berjualan es degan selama enam tahun. Ia mengakui bahwa penurunan penjualan semakin terasa sejak pandemi Covid-19 berakhir.
Sebelumnya, saat masa pandemi, penjualan es degannya bahkan sempat melonjak hingga 200 butir kelapa per hari, didorong oleh tingginya permintaan dari masyarakat yang menjalani vaksinasi dan karantina.
"Saat wabah Covid-19 malah ramai. Tapi sekarang, untuk menghabiskan 20 butir kelapa saja bisa sampai lima hari. Padahal kelapa muda hanya bisa bertahan sekitar 10 hari sebelum basi," tambahnya.
Kelapa muda yang dijual Ifah dipasok dari daerah Panggul, Munjungan, dan Kampak. Dulu, pada hari-hari biasa, ia bisa menghabiskan 50 butir kelapa dan jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat saat ada event di sekitar lokasi jualannya.
Ifah kini mulai memperluas jualannya dengan menambah makanan dan minuman ringan lainnya, menyadari bahwa ketergantungan pada es degan saja sudah tidak mencukupi.
"Kalau hanya mengandalkan es degan, sekarang sulit. Saya harus cari tambahan dari jualan lain supaya tetap bisa bertahan," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz