KBRT - Kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe membuat resah para produsen tahu lokal di Trenggalek. Kondisi ini diperparah dengan sepinya pasar yang dirasakan sejumlah pelaku usaha.
Imam Abroi (53), produsen tahu asal Desa Sukorame, Kecamatan Gandusari, mengungkapkan bahwa harga kedelai mulai naik sejak hari ini. Harga yang sebelumnya stabil di angka Rp8.000 per kilogram kini melonjak menjadi Rp9.500.
"Saya kaget hari ini saat belanja stok kedelai dari Tulungagung, harganya tiba-tiba naik. Padahal sejak bulan Ramadan lalu, harga masih stabil," ujar pria yang akrab disapa Bero, Rabu (23/4/2025).
Bero mengaku biasanya membeli 1 hingga 1,5 ton kedelai setiap bulan, tergantung permintaan pasar. Namun kali ini ia hanya memesan 1 ton karena penjualannya sedang lesu.
"Hari-hari ini penjualan turun drastis karena lagi musim nikah. Tadi saya cuma buat 30 kilogram tahu, padahal biasanya bisa sampai 50 bahkan 70 kilogram," terangnya.
Ia menyadari bahwa kedelai yang digunakan bukan berasal dari petani lokal, dan pernah mengalami harga puncak hingga Rp15.000 per kilogram sekitar dua hingga tiga tahun lalu.
"Waktu itu penjualan lagi bagus-bagusnya, saya bisa habiskan sampai 2 ton kedelai sebulan. Sekarang 1 ton saja masih sisa," tambahnya.
Menurut Bero, persaingan yang semakin ketat membuatnya hanya fokus berdagang di Pasar Gandusari. Ia mengaku enggan membuka pasar baru karena tantangan logistik dan promosi yang menyulitkan.
"Kedelai itu banyak jenisnya. Saya selalu pilih kualitas terbaik dari langganan saya, karena kualitas buruk akan pengaruhi proses dan hasil tahu," jelasnya.
Meski situasi sedang sulit, Bero masih bertahan berkat diversifikasi usahanya. Ia juga beternak sapi dan kambing serta bertani untuk menopang ekonomi keluarga.
"Saya sudah pikirkan kemungkinan seperti ini. Makanya selain produksi tahu, saya juga pelihara ternak dan bertani. Jadi, tidak hanya mengandalkan satu usaha saja," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz