Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Enam Rumah di Watulimo Terdampak Tanah Gerak, Ini Langkah Mas Ipin 

Bencana alam di Kota Alen-Alen Trenggalek masih menyisakan dampak kepada masyarakat. Seperti tanah gerak di Dusun Gelang, Desa Watulimo, RT 15 RW 05. Kecamatan Watulimo.

Melihat kondisi demikian, Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, berusaha untuk melakukan relokasi kepada warga terdampak, selain itu dirinya bakal membangun sabuk air. 

Saat ini, tanah tersebut terus bergerak dan kondisinya semakin parah ketika hujan turun. Ada 3 rumah yang mengalami kerusakan parah dan tidak memungkinkan untuk ditinggali karena kondisinya berbahaya. 

"Kita ini berada di Desa Watulimo, Dusun Gelang. Kita bersama Pak Kades dan juga Camat Watulimo ngecek tanah gerak yang ada di sini," ungkap bupati yang akrab disapa Mas Ipin, itu.

Tiga rumah sudah relokasi dan kejadian sejak tahun lalu. Namun, Mas Ipin belum sempat melihatnya. Ia mengatakan, lokasi di bawah ada yang masih kritis, sehingga harus ada penanganan dan relokasi. 

"Kalau bisa [rumah] jangan di lahan tanah hutan atau tanah hak, sehingga masyarakat nanti bisa aman. Saat ini desa kami minta cari tanah perpajakan untuk kita bisa membeli," katanya. 

Tegas Mas Ipin, yang penting relokasi dulu, kemudian dilakukan drone bongkahannya. Hal itu nantinya dibuatkan sabuk, guna mengalirkan air ketika hujan. 

"Dengan demikian, air tidak mencari celah sehingga mengakibatkan gesekan tanah sehingga terjadi longsor," tandas Mas Ipin.

Jumeno, salah satu warga, menambahkan kejadian tanah gerak di desanya itu terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Tanah terus bergerak ketika hujan turun. Segala upaya telah dilakukan oleh warga namun tanah tetap bergerak.

"Mulai pertama harinya Akad Kliwon, kurang lebih sampai sekarang 3 bulan lebih. Setiap ada hujan tanah terus bergerak," terang Jumeno.

"Ada 3 rumah yang mengalami kerusakan parah, sambung pria paruh baya itu, 3 rumah lain mulai terancam. Jadi totalnya ada 6 rumah," tambahnya.

Sekadar menambahkan informasi, saat ini 2 KK terdampak sudah membuat rumah di lahan hutan karena untuk tinggal di rumah sebelumnya tidak memungkinkan. 

Kemudian 1 KK lainnya pindah ke Desa Slawe. Warga terdampak berharap segera ada upaya penanganan dari pemerintah karena pergerakan tanah terus terjadi ketika hujan turun.