KBRT - Bahan bakar bensin Pertalite masih menjadi primadona di kalangan masyarakat Kecamatan Watulimo. Di tengah isu BBM Pertamax oplosan, penjualan bensin di tempat pengecer masih cenderung stabil untuk BBM jenis Pertalite. Saat ini, banyak pengecer yang enggan menyetok Pertamax. Selain karena isu Pertamax oplosan, jumlah konsumen Pertamax juga cenderung sepi.
"Sepi sekarang, Mas, kalau Pertamax. Kalau dibandingkan dengan Pertalite, ya jauh, sekitar 6 banding 1 dalam hal penjualan," ujar Sujito, pengecer bensin di Watulimo.
Di kiosnya, Sujito berhasil menjual 60 liter bensin jenis Pertalite dalam sehari. Namun, saat ini ia masih enggan menyetok Pertamax. Menurutnya, isu Pertamax oplosan juga berpengaruh terhadap tingkat penjualan BBM jenis Pertamax di kiosnya. Sehari-hari, Sujito pergi berbelanja bahan bakar minyak ke SPBU untuk dijual kembali.
"Harapannya, ya isu Pertamax oplosan itu segera mereda, Mas, supaya pembeli Pertamax ada lagi," tandasnya.
Saat ini, di kiosnya Sujito menjual bensin dalam dua ukuran, yakni 1 liter dan 1,5 liter. Harga BBM Pertamax dibanderol Rp15 ribu per liter dan Rp23 ribu untuk ukuran 1,5 liter. Sementara itu, BBM Pertalite dijual dengan harga Rp12 ribu per liter dan Rp18 ribu untuk ukuran 1,5 liter.
Bensin eceran merupakan jenis bahan bakar yang dijual dalam jumlah kecil di luar SPBU resmi, biasanya oleh pedagang individu atau warung pinggir jalan. Penjual bensin eceran umumnya menggunakan botol kaca atau botol plastik untuk menyalurkan bahan bakar kepada pengguna, terutama pengendara sepeda motor.
Keberadaan bensin eceran sangat membantu di daerah yang minim SPBU atau bagi pengendara yang kehabisan bahan bakar di lokasi terpencil. Namun, bensin eceran sering kali dijual dengan harga lebih tinggi dibanding harga resmi di SPBU karena faktor distribusi dan keuntungan penjual.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz