Kabar Trenggalek - Nelayan Trenggalek tak perlu bingung untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi untuk jadi amunisi melaut, Jumat (02/12/2022).
Karenanya, Dinas Perikanan (Diskan) Trenggalek telah memberikan layanan akses mudah menggunakan aplikasi Pastenan.
Kepala Diskan Trenggalek, Cusi Kurniawati, mengatakan sebelum harga BBM pertalite naik, BBM itu adalah nonsubsidi. Para nelayan pun lebih tertarik membeli BBM pertamax.
Pasca kenaikan BBM, para nelayan tak lagi mampu membeli BBM jenis pertamax. Mau tak mau, mereka terpaksa membeli BBM pertalite.
Baca: Mas Ipin Ingin HNSI Bisa Jadi Wadah Menghimpun Permasalahan Seluruh Nelayan Trenggalek
Minat beli BBM pertalite pun naik signifikan. Bukan sebatas kendaraan pribadi, umum, para nelayan pun turut menyasar BBM jenis tersebut.
Karenanya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan pertalite sebagai BBM penugasan. Artinya, pertalite menjadi BBM bersubsidi sehingga dibatasi dan diawasi.
“Pertalite menjadi BBM penugasan. Pertalite menjadi BBM bersubsidi, otomatis dibatasi dan diawasi,” ungkapnya, saat ditemui dalam peresmian GOR Gajah Putih.
Melihat dari sisi kebutuhan, kata Cusi, kalangan nelayan memang perlu diprioritaskan. Mengingat saat musim ikan, nelayan membutuhkan BBM untuk melaut.
Baca: Terbatas Kuota, Nelayan Trenggalek Dihantui Kelangkaan BBM Subsidi
Dengan demikian, para pelaku usaha harus mendapatkan surat rekomendasi dari instansi yang terkait. Misal nelayan itu Diskan, petani itu Dispertapan, dan UMKM itu Diskomidag.
“Nelayan kita semua jaring, siapa yang membutuhkan. Ada 500 orang lebih di tiga kecamatan [Watulimo, Panggul, dan Munjungan],” jelasnya.
Sementara dalam mengurus surat rekomendasi, Cusi mengaku para nelayan tak perlu datang ke Diskan Trenggalek. Karena sudah berbasis online dan aplikasi sehingga para nelayan bisa mengurusnya dari rumah.
“Sudah semua pakai aplikasi Pastenan jadi lebih mudah tidak harus ke kantor kami” ujarnya.
Baca: Nelayan Trenggalek Keluhkan Kenaikan BBM, Biaya Melaut Semakin Tinggi
Menyinggung kuota untuk para nelayan, pihaknya menjelaskan, tiap nelayan bisa mendapatkan jatah hingga 300 liter per bulan, dengan pengambilan 20 liter per hari, dan selama 15 hari.
Namun begitu, Cusi tak menafikkan bahwa belum tentu semua nelayan dapat menghabiskan kuota tersebut, mengingat BBM jenis pertalite juga dibutuhkan banyak orang.
“Jadi, kita tidak bisa ngelos, karena itu juga terbatas, di SPBU juga banyak yang butuh. Semua SPBU yang menyediakan pertalite boleh [asal ada surat rekomendasi nelayan],” tandasnya.