Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Minim Hasil Tangkapan, Banyak Kapal di Pantai Prigi Trenggalek Merugi

  • 06 Mar 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Saat ini, tangkapan ikan di wilayah pesisir Pantai Prigi mengalami penurunan karena bukan musim ikan di laut. Faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti cuaca yang tidak menentu serta perubahan suhu air laut yang mengganggu habitat serta pola migrasi ikan. Selain itu, perubahan arus laut yang memengaruhi ketersediaan plankton sebagai makanan utama ikan juga menjadi faktor penting.

    Minimnya hasil tangkapan ikan ini tentunya berpengaruh terhadap aktivitas nelayan di pesisir Prigi. Para nelayan tetap berangkat melaut meskipun jumlah ikan yang didapat tidak menentu. Mereka berharap keberuntungan berpihak pada kapalnya, dengan harapan kembali ke dermaga membawa hasil tangkapan yang memuaskan, seperti yang dialami Edi Purwanto (46), seorang nelayan yang bertugas sebagai penguras Kapal SP. Jaya di pesisir Pantai Prigi.

    Sebagai penguras, ia bertugas menyiapkan segala kebutuhan kapal untuk berlayar, mulai dari menyiapkan BBM, merawat kapal, dan menyiapkan segala ubo rampe berlayar. Dalam satu kali berlayar, biasanya satu kapal harus menyiapkan 10 jeriken BBM berukuran 32 liter per jeriken.

    "Kalau kapal kami itu tidak membawa makan minum, jadi ya kami cuma menyiapkan solar kalau mau berangkat. Sekali berangkat, kami biasanya membawa sekitar 320 liter BBM, Mas," ujar Edi Purwanto, penguras Kapal SP. Jaya di pesisir Pantai Prigi.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Edi juga menjelaskan bahwa saat ini tidak jarang para juragan pemilik kapal mengalami kerugian akibat minimnya jumlah tangkapan ikan. Menurutnya, ketersediaan solar di pesisir Pantai Prigi saat ini masih bisa dibilang mencukupi karena tidak semua kapal berani berlayar mengingat minimnya tangkapan yang ada. Saat ini, para nelayan menggunakan solar subsidi dengan harga Rp6.800 per liter.

    "Kebanyakan itu kalau sekarang rugi, Mas. Seperti kemarin, kami membawa perbekalan BBM habis Rp3.200.000, terus hari ini tadi tidak dapat ikan sama sekali," ujarnya ketika dikonfirmasi Kabar Trenggalek pada Rabu (05/03/2025).

    Selain BBM solar, operasional ketika berlayar juga mencakup perawatan alat-alat kelengkapan berlayar, seperti perawatan kapal dan perawatan jaring. Tidak jarang, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk operasional tidak dapat tertutupi dengan hasil tangkapan ikan yang diperoleh. Maka, untuk mengatasi masalah itu, biasanya ketika mendapatkan ikan dalam jumlah banyak dalam sekali berlayar, hasilnya dipotong untuk menutupi biaya operasional sebelumnya.

    "Biaya operasional itu keluar terus. Nanti kalau dapat ikan banyak ya dipotong untuk menutupi kerugian sebelumnya. Seumpama dalam satu bulan itu 22 hari bekerja, biaya operasionalnya kalau standar habis Rp30 juta sampai dengan Rp40 juta, tapi juga tidak pasti tertutupi, Mas. Kalau rugi, itu risiko juragan yang punya kapal," tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf