KABARTRENGGALEK.com - Seiring berjalannya waktu, kegiatan nelayan di pantai pesisir selatan Trenggalek alami kemrosotan drastis. Hampir setengah tahun data yang masuk dalam Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek hanya lima ton saja. Jumlah tersebut, jika disandingkan dengan rentan waktu yang sama, terlihat lebih rendah dari sebelum-belumnya (30/06).
Kemerosotan drastis tersebut, Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Trenggalek, Cusi Kurniawati, menegaskan bahwa tangkapan ikan per Mei 2021 ini tidak sebanding dengan tahun lalu. Penurunan ini disebabkan adanya pergantian musim.
"Pada tiga bulan pertama di tahun 2020 saja sudah menjapai 6,5 ton, tahun ini mersosot drastis, kalau di tiga bulan pertama di tahun 2021, ikan tidak ada sama sekali," tegas Cusi.
Tangkapan ikan oleh para nelayan di Trenggalek, kata Cusi, mulai muncul dan banyak pada April dan Mei 2021. Diskan menargetkan produksi ikan tangkap dari para nelayan mencapai 25 ton. Jumlah itu kurang lebih sama dengan total hasil tangkapan sepanjang 2020, yakni 25,4 ton.
"Kami berharap pada Agustus dan September nanti bisa meningkat cukup signifikan. Karena biasanya puncak hasil tangkap ikan pada bulan itu," tutur Cusi
Tak hanya ikan tangkap laut, ikan tangkap daratan juga menurun produksinya jika dibandingkan tahun lalu. "Untuk perairan umum daratan, dengan telah dilakukan penebaran ikan di awal bulan April, diharapkan akan ada kenaikan produksi pada triwulan kedua dan ketiga," ujar Cusi.
Sementara itu, Dian, warga Desa Margomulyo, Kecamatan Watulimo, mengaku cukup kesulitan mendapatkan ikan kegemarannya, khususnya tuna. Kalaupun mendapatkan ikan incarannya itu tidak seperti yang diharapkan.
Tidak mustahil, saat saudaranya dari luar kota menanyakan, dia pun harus menjelaskan kondisi sebenarnya. “Ikan sebenarnya tetap ada, tetapi tidak sebanyak biasanya,” kata Dian.
Diskan melirik Pantai Joketro, Desa Nglebeng, Kecamatan Panggul, menjadi prioritas pengembangan perikanan tangkap laut. Diskan menilai Jokerto lebih potensial dibanding Pantai Konang karena tempatnya lebih mendukung. Cusi mengatakan, "Pantai Joketro adalah sentra nelayan".
Kendati masih berskala kecil, dari sisi lokasi pantai tersebut lebih potensial untuk meningkatkan produksi tangkap nelayan. "Ya, Joketro yang menjadi prioritas. Di sana lokasinya terpusat di satu lokasi, seperti terlokalisasi, tapi lebih potensial," ungkap Cusi.
Sisi potensial, kata Cusi, dapat ditinjau melalui profesi nelayan yang lebih dominan. Sehingga masyarakat dapat lebih konsentrasi untuk menangkap ikan. Berbeda dengan Pantai Konang, profesi masyarakatnya mulai berkembang ke arah kepariwisataan. "Kalau di sana itu campur dengan tempat wisata," imbuhnya.
Secara infrastruktur, Joketro masih memerlukan peningkatan. Salah satunya keberadaan cold storage (gudang berpendingin). Cusi mengatakan, karena Jokerto masih kategori sentra nelayan kecil, investor belum melirik untuk membangun cold storage di sana.
Sementara infrastruktur Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sudah tersedia. "Produktivitas ikan tangkapannya belum terlalu banyak. Karena mereka juga masih nelayan tradisional. Investor yang mau masuk juga mempertimbangkan produktivitas mereka," ucap Cusi.
Dalam meningkatkan hasil ikan tangkap, Diskan menargetkan tahun ini melalui pemberdayaan, pembinaan sumber daya manusia (SDM) nelayan, serta mendukung sarana dan prasarana.
Di sisi lain, satu hal yang menjadi prioritas SDM, kata Cusi, yaitu bagaimana membangun kesadaran nelayan menggunakan rantai dingin. "Sebuah sistem rantai pasok yang menjaga produk (ikan) beku atau dingin," tutupnya.