Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Calon Komisioner KPU Trenggalek Babak 10 Besar, Satu Calon Diduga Orang Partai

Rekrutmen calon Komisioner KPU Zona 6 terindikasi ada orang partai politik yang lolos. Hal itu terjadi di wilayah Kabupaten Trenggalek. Dalam babak 10 besar ini, orang partai tersebut mentereng lolos, Senin (29/04/2024).Informasi tersebut didapatkan Kabar Trenggalek dari narasumber yang tak mau diungkap identitasnya. Dirinya adalah Y (40), membeberkan ada satu orang yang lolos dalam 10 besar Komisioner KPU Trenggalek dan diketahui aktif di partai politik."Saya tahu dari 10 besar itu satu orang sering terlibat membantu partai, perannya juga kental banget tapi kalau secara administrasi ada dalam pengurusan itu saya belum tahu," ungkapnya sambil mewanti-wanti identitasnya tak usah diungkap.Y juga memiliki bukti bahwa orang tersebut terlibat dengan partai, salah satunya postingan di dalam Media Sosial (Medsos) yang ada di partai tersebut, mampang orang itu sedang ikut partai."Saya menemukan postingan di Instagram partai yang lengkap, pada saat ulang tahun partai di acara penanaman pohon, dirinya ada di situ dan juga ikut teriak yel-yel partai," tegasnya.Lebih tegas, Y juga menyebut orang yang terindikasi terlibat partai tersebut ada di nomor urut sembilan dari 10 besar itu. Y menyayangkan upaya Tim Seleksi (Timsel) dari proses penelusuran kurang jeli."Kami cukup menyayangkan jika nomor 9 ini nanti duduk di KPU yang lembaga netral, bagaimana nasib demokrasi ke depan di Trenggalek, pasti bakal tidak sehat," paparnya.Selain itu, Y menegaskan, dari 10 besar ada yang belum memiliki pengalaman menjadi penyelenggara Pemilu/Pemilihan. Sehingga hal itu patut dipertanyakan ada arah indikasi permainan dan lobi."Lha iya, orang belum pengalaman di bidang pemilu, kok bisa masuk. Ini saya menduga ada arah lobi dan permainan elite politik yang ada di Trenggalek," tandasnya.Pengumuman 10 besar tersebut berdasarkan Nomor 6/TIMSELKK-GEL.13-Pu/01/35-6/2024, tentang 10 besar rekrutmen KPU Zona 6 Jawa Timur. Ketua Tim Seleksi adalah Muhammad Syarif Thoyib.Dalam sambungan telepon, Muhammad Syarif Thoyib mengungkapkan, dinamika politik dianggap sebuah keniscayaan jika terjadi di masyarakat kalau ada perbedaan persepsi dan bahkan sudut pandang."Secara normatif [Rekrutmen Komisioner KPU] proses panjang, dari administrasi dan mereka [pendaftar] melampirkan surat keterangan tidak menjadi pengurus partai 5 tahun terakhir, kami cukup menerima surat keterangan ditandatangani bermaterai," terangnya.Lanjutnya, pada saat 20 besar sebelum wawancara juga ada tanggapan masyarakat. Jadi, masyarakat dibuka seluas-luasnya untuk menanggapi calon. Namun, katanya jika sudah wawancara dan pengumuman 10 besar ada tanggapan tidak ada gunanya."Kalau sudah wawancara sudah diumumkan 10 besarnya tidak ada gunanya [tanggapan masyarakat], tidak hanya kabupaten Trenggalek saja, zona 6 lain juga menerima aduan itu, ada tanggapan positif dan tanggapan negatif," papar Syarif.Katanya, soal video yang diduga ada calon 10 besar Komisioner yang terlibat partai, timsel tidak menelusuri. Alasannya, sepanjang tidak ada tanggapan masyarakat, timsel tidak bergerak."Selama tidak ada tanggapan masyarakat, tidak terlalu jauh mengkritisi, timsel akan bergerak ketika ada tanggapan positif dan negatif [dari masyarakat]," ucapnya.Selain itu, 10 besar yang belum memiliki pengalaman penyelenggara, Timsel juga punya alasan. Salah satunya, jika penyelenggara itu belum berpengalaman namun memiliki pengetahuan juga menjadi pertimbangan."Tidak punya riwayat pemahaman PPS/PPK dan reputasi bagus, mampu mengkomunikasikan, punya relasi besar, maka itu jadi pertimbangan, karena KPU bertugas mengamankan tahapan, komunikasi seluruh stakeholder," tandasnya.Sementara itu Y saat mendengar komentar Syarif menegaskan, jika tanggapan masyarakat pada tahapan 10 besar pasca wawancara tidak ada gunanya. Y memastikan bahwa demokrasi saat ini sedang tidak sehat."Yang tahu kan masyarakat, dan ketemunya video itu baru saja pasca wawancara dan tanggapan, ini makin jelas kalau tanggapan seperti itu, bakal membungkam demokrasi, khususnya Trenggalek," tandasnya.