Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Arti Pusaka Wos Wignyo Hadiah Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk Trenggalek

Kabar Trenggalek -Sri Sultan Hamengkubuwono X bertandang ke Trenggalek pasca Hari Jadi ke-828. Kunjungan tersebut merupakan serangkaian puncak dari Muhibah Budaya.Kunjungan Sultan Yogyakarta itu juga menyinggung kegigihan Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, dalam merajut sejarah mataraman antara Trenggalek dengan Daerah Istimewa Yogyakarta."Kabupaten Trenggalek telah melalui berbagai lintasan peradaban hingga saat ini telah mencapai kemajuan di berbagai bidang. Perlu saya sampaikan ada benang merah antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Trenggalek," jelas Hamengkubuwono X.Menurut Hamengkubuwono X, periode prasejarah di Trenggalek yang berlanjut terus sampai periode sesudahnya. Tak ayal kondisi ini juga sangat erat dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang juga memiliki keragaman budaya dan cagar budaya.[caption id="attachment_19477" align=aligncenter width=1080]Kereta Sri Sultan Hamengkubuwono X lewat jalan Trenggalek Kereta Sri Sultan Hamengkubuwono X lewat jalan Trenggalek/Foto: Kabar Trenggalek[/caption]Secara jelas, Yogyakarta menjadi istimewa karena esensi budayanya. Melalui momentum ini pemerintah DIY merasa perlu merajut ulang komitmen budaya Mataram dengan Kabupaten Trenggalek.Hal demikian bertujuan untuk menumbuhkan spirit Indonesia bersama untuk nguri-nguri kabudayan dalam semangat 'rumangsa melu handarbeni,'.Hamengkubuwono X menyampaikan, kultural bukan hanya hiburan semata, tetapi lebih dari itu seni dan budaya berperan dalam usaha pengayaan wawasan kebangsaan menjadi bagian dari perjuangan."Saya menyambut baik inisiatif dari pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk turut nguri-uri budaya Mataram. Saya juga mendukung penuh terjalinnya kerjasama antar dua daerah," ujarnya.Dalam kunjungan tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan hadiah berupa pusaka Wos Wignyo Murti (tombak) dan sebuah Songsong (payung) dari Keraton Yogyakarta, karena kegigihannya merajut budaya Mataraman antara Yogyakarta dengan Trenggalek.Pusaka itu sendiri memiliki arti, Wignyo yang berarti pandai dan Murti panda atau badan. Dapat diartikan secara umum sebuah harapan yang memegang pusaka ini dipenuhi dengan kepandaian dalam konteks tata praja.