Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Aktivitas Stockpile Tanah di Desa Durenan Trenggalek membuat Warga Resah

Kubah Migunani

Dampak aktivitas stockpile tanah di Desa Durenan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, membuat warga resah. Akibat aktivitas stockpile itu, jalan dipenuhi tanah dan debu bertebaran di udara, Selasa (18/04/2023).

Perlu diketahui, stockpile tanah adalah tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk untuk diambil, diolah, dipasarkan atau dimanfaatkan kemudian.

Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses,sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Bisa dikatakan stockpile adalah tempat penampungan sementara hasil tambang galian c sebelum didistribusikan.

Muhammad Azmi, warga Desa Durenan, mengungkapkan ketidaknyamanannya dengan adanya aktivitas stockpile tanah.

Berdasarkan kesaksian Azmi, saat cuaca panas, debu bertebaran di udara, lalu saat hujan, jalan menjadi licin. Terlebih, lokasi stockpile tanah berada tepat di pinggir jalan raya.

"Bahkan usaha UMKM kayak warung itu sangat terganggu sekali. Kebetulan di depan [stockpile tanah] banyak warung-warung dan rumah warga," ujar Azmi.

Hingga saat ini, lanjut Azmi, warga masih mencari solusi kepada pihak-pihak terkait, baik pemerintah kecamatan dan kepala desa setempat. Warga juga sudah audiensi dengan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan stockpile tanah.

"Kegiatan hari ini [18/04/2023], kami baru melakukan mediasi ke kantor kecamatan. Kebetulan yang bersangkutan, pak camatnya masih ada acara di Trenggalek," terang Azmi.

Karena tak kunjung ada kepastian, warga menggeruduk kantor Kepala Desa Durenan untuk dimintai solusi atas persoalan yang dialami warga sekitar stockpile tanah.

"Di situ alhamdulillah, lurah sudah menyatakan penolakan [stockpile tanah] yang didasari keresahan warga," ungkap Azmi.

Muhammad Azmy [kemeja putih] dan warga lainnya audiensi dengan Kepala Desa Durenan/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Kepala Desa Durenan, Imam Syafi'i, mengungkapkan bahwa perizinan berdirinya stockpile tanah tidak melalui Pemerintah Desa (Pemdes) Durenan. Pemdes hanya sebatas mengetahui kalau di wilayahnya terdapat aktivitas stockpile tanah.

"Saya tidak bisa melarang, karena posisi desa tidak itu tidak pada kewenangannya memberikan izin," ujar Imam saat ditemui Kabar Trenggalek.

Bahkan, Imam mengungkapkan kalau dirinya siap mendukung penuh penolakan aktivitas stockpile tanah jika warganya menolak.

"Betul saya mengetahui, jadi apa yang panjengan [warga] buat pernyataan [menolak aktivitas stockpile tanah], mengetahui kepala desa. Saya tanda tangani. Jadi sebatas saya mengetahui, tidak sebatas mengizinkan atau tidak memberi izin [stockpile tanah]," terang Imam

Jalan Licin Memakan Korban

Lokasi stockpile tanah tepat di pinggir jalan raya/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Heru, Ketua RT 01 Desa Durenan, mengungkapkan sebelumnya pernah ada kesepakatan antara pihak stockpile tanah dan warga. Dalam kesepakatan itu, kebersihan jalan akibat tanah yang berjatuhan dari kendaraan menjadi tanggung jawab pihak stockpile tanah.

Namun, kata Heru, apa yang dilakukan pengusaha stockpile tanah belum menunjukan kesesuaian kesepakatan sebelumnya. Saat menyemprot jalan dengan air, bukannya membuat bersih, justru membuat jalan menjadi licin.

Menurut Heru, untuk membersihkan jalan dari tanah harus menggunakan semprotan yang kuat. Sehingga tanah benar-benar terangkat dari aspal.

"Kenyataannya, sampai sekarang tidak ada realisasinya. Yang pertama saja belum dilaksanakan. Kalau kesepakatan yang pertama ini bisa dilaksanakan, kami itu tidak marah," ujar Heru.

Heru menambahkan, debu yang bertebaran akibat aktivitas stockpile tanah bisa mengancam kesehatan warga sekitar. Debu yang ukurannya sangat kecil bisa mengganggu sistem saluran pernafasan warga.

"Kalau polutannya bertambah itu gimana yo, wong [warga] RT 1 itu kalau kami tanya data dari puskesmas, karena dekat dengan jalan. Kemudian, diperparah dengan adanya aktivitas stockpile tanah," ungkap Heru.

Heru menyampaikan, sebenarnya warga Desa Durenan tidak ada masalah dengan usaha stockpile tanah. Akan tetapi, yang dipermasalahkan warga adalah dampak lingkungan yang negatif dari usaha stockpile tanah itu.

Bahkan, lanjut Heru, warga sangat mempersilahkan bagi pengusaha untuk mencari nafkah. Akan tetapi, perlu diperhatikan dampak usaha stockpile tanah pada warga.

Heru bersyukur, karena audiensi dengan Kepala Desa Durenan sudah mulai temu titik terang untuk mengatasi persoalan yang dialami warga akibat aktivitas stockpile tanah.

"Ternyata pak kades sendiri merasakan bagaimana kalau seandainya saya berada di rumah warga itu. Pasti dia akan menolak," ujar Heru.

Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *

This site is protected by Honeypot.