Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Trenggalek Punya Dusun Nglaban, Pusat Kerajinan Sangkar Bambu Berkualitas

  • 08 Sep 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Bunyi ketukan palu dan gesekan gergaji nyaris tak pernah berhenti di Dusun Nglaban, Desa Karanganyar, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Hampir setiap rumah di dusun ini menjadi tempat produksi sangkar berbahan bambu yang kini mampu menembus pasar luar pulau.

    Sangkar bambu buatan warga dimanfaatkan untuk berbagai hewan peliharaan, mulai ayam, burung, hingga bekisar. Bagi masyarakat Nglaban, membuat sangkar bukan sekadar mata pencaharian, melainkan juga kebanggaan yang diwariskan lintas generasi.

    “Kalau luar pulau, sangkar dari sini sudah sampai Kalimantan, dan beberapa daerah di Pulau Jawa seperti Surabaya, Tulungagung, Jombang, Bojonegoro, hingga Tuban,” ujar Mahmudi (58), salah satu perajin sangkar.

    Menurutnya, tradisi membuat sangkar di Dusun Nglaban dimulai sejak tahun 1980-an. Kala itu, mayoritas warga masih memproduksi caping dan tenong (wadah penutup makanan). Namun, sejak awal 2000-an, generasi muda desa beralih ke pembuatan sangkar karena lebih cepat berputar secara ekonomi.

    “Pertama yang memulai itu Mbah Jaidi, belajar dari Bendorejo. Waktu itu bambu masih dicari sendiri, kalau beli harganya cuma Rp 500 per batang,” kenangnya.

    Kini, Mahmudi bisa memproduksi sangkar ayam dengan harga jual Rp 45.000–50.000 per buah, tergantung bahan dan model. Jika sampai ke Tulungagung, harga bisa mencapai Rp 70.000.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Kalau musim kemarau, buat sebanyak apa pun tetap laku, karena masyarakat banyak yang menjemur ayam jagonya,” jelas Mahmudi.

    Dalam sehari, Mahmudi sanggup menghasilkan lebih dari tiga sangkar. Namun, seiring usia, ia memilih tak memaksakan diri meski permintaan tinggi. Di dusun itu, terdapat lebih dari tiga pengepul yang siap menampung hasil produksi warga.

    “Kalau sangkar yang paling mahal itu sangkar bekisar. Pakai paku bor, hasilnya lebih rapi, tapi pembuatnya sedikit karena sulit,” tambahnya.

    Cerita serupa datang dari Parwi (56), tetangga Mahmudi. Pria asal Pati, Jawa Tengah, itu mulai menekuni pembuatan sangkar sejak 2000-an setelah memutuskan berhenti merantau.

    “Waktu pulang ke Pati naik bus lewat Madiun, saya kaget lihat sangkar buatan saya dipakai warga setempat. Saya hafal betul buatan warga sini,” ungkapnya bangga.

    Kini, Dusun Nglaban dikenal luas sebagai sentra produksi sangkar bambu di Trenggalek, sekaligus menjadi bukti bahwa keterampilan tangan warga desa mampu menembus pasar lebih luas.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    SABGamehouse