Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Shalawat Salalahuk, Tradisi Ramadhan Tetap Eksis di Kampung Trenggalek

  • 20 Mar 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Shollallohu ‘Ala Nabi... Muhammad, Pekikan melengking shalawat yang diiringi tabuhan bedug menggelegar berkumandang setelah shalat tarawih lewat pengeras suara di masjid-masjid Trenggalek, hal ini menjadi ikon bulan Ramadhan yang identik dibawakan oleh segelintir kakek-kakek dengan penuh semangat, kiranya seperti itulah suasana ramai mendahului tadarus Al-quran yang rutin dilakukan di masjid Syuhada’ Watu Dhukun, Sukorame, Gandusari.

    Muslim (73) jemaah masjid Syuhada’ dengan cekatan menyairkan Shalawat Salalahuk setelah imam meninggalkan tempat. Suaranya begitu familiar dikenal oleh warga sekitar masjid karena dia melakukannya dengan rutin setiap bulan Ramadhan sejak puluhan tahun silam.

    “Kira-kira sekitar tahun 1980 saya sudah biasa melantunkan shalawat Salalahuk, setelah rekan saya Akrom meninggal, darinya juga saya mendengarkan hingga hafal lengkap shalawat yang kerap disebut Salalahuk, padahal lafadz aslinya Shollallohu,” ujar lelaki yang kerap dipanggil Mbah Lim.

    Muslim mengaku ia tidak sengaja belajar atau menghafalkan, tetapi ia gemar menyertai rekan-rekannya yang rutin melakukan shalawat setelah shalat tarawih tersebut di bulan Ramadhan. Lambat laun ia hafal dengan sendirinya begitupun dengan jamaah lain yang sekarang masih menemaninya menyairkan shalawat isinya dasar ajaran islam.

    Salalahu pada lafadz Shalawat awal bermakna pujian terhadap Nabi Muhammad, lalu pada syair setelahnya menerangkan sifat-sifat wajib yang dimiliki Allah SWT yang wajib diyakini setiap umat islam seperti Maha Kekal, Berbeda dengan Makhluk, Berdiri Sendiri, lengkap hingga akhir,” jelasnya.

    Ia menerangkan bahwa shalawat ini bisa mempermudah umat islam untuk mengetahui dan memahami kaidah-kaidah tauhid yang sulit difahami ataupun dihafalkan stu persatu. Muslim mengatakan setelah syair yang berisi sifat wajib Allah SWT, dilanjut sajak yang menerangkan sifat-sifat malaikat seperti tercipta dari nur atau cahaya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Bagian Syair selanjutnya yang berbunyi Anyekseni ingsun kanjeng nabi Muhammad iku utusane Allah sampai seterusnya bermaksud menjelaskan makna Syahadat diteruskan kisah ringkas nabi Muhammad, seperti Beliau yang lahir di Makkah lalu hijrah dan menetap di Madinah hingga tutup usia,” lanjutnya.

    Muslim meneruskan sajak selanjutnya yang menjelaskan sifat-sifat wajib Rasul yaitu Shidiq, Amanat, Tabligh yang secara berurutaan berarti  Benar ucapan dan tindakannya, dapat dipercaya, dan menyampaikan wahyu yang diberikan. Ditengah penjelasannya ia menyairkan sebagian penggalan dari Shalawat untuk menjelaskan bagian selanjutnya.

    Muhal unyo.. Muhal cidro.. Muhal angumpetaken, yang bermakna sifat muhal atau perlawanan sifat wajib milik para rasul yang tidak mungkin dilakukan oleh utusan Allah yaitu berbohong dan menyembunyikan wahyu,” lanjutnya.

    Ia meneruskan, pada akhir Shalawat terdapat doa yang memohon agar umat islam diberi keamanan dalam daerahnya dan juga diberi rezeki yang berkah.

    “Saat ini memang shalawat ini masih banyak terdengar kalau di Desa Sukorame saja, tetapi yang tahu dan hafal liriknya hanya orang-orang tua seperti saya, sekitar dua tahun lalu saya bahagia karena ada dua pemuda dari dusun sebelah yang minta dibelajari shalawat ini. Saya harap shalawat ini tetap bertahan terus kedepannya,” pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf