Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sekolah Skateboard Trenggalek, Merajut Mimpi Berkompetisi di SEA Games

Tak kalah dengan kota-kota besar, di Trenggalek juga ada pemuda-pemuda penggemar skateboard. Mereka tergabung dalam komunitas Trenggalek Skateboarding. Mereka rutin bermain skateboard pada malam-malam tertentu, Selasa dan Kamis. Bahkan juga Minggu pagi untuk agenda skate school atau Sekolah Skateboard Trenggalek.

Trenggalek Skateboarding telah berdiri sejak 2013. Kemudian disusul dengan dibangunnya skatepark tahun 2016. Meski sudah lama, mereka merasa olahraga skateboard belum cukup eksis di Trenggalek. Nyatanya, olahraga ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum.

Ganang Tangguh, anggota Trenggalek Skateboarding, merasa skateboard masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum. Tetapi ia tak terlalu mempermasalahkan hal itu. Ia justru berpikir bagaimana skateboard ini tetap eksis dan memiliki regenerasi di Trenggalek.

Sejak 2022, Ganang bersama kawan komunitas Trenggalek Skateboarding telah membuat skate school. Tepatnya bulan Oktober, usai komunitas ini menyukseskan acara Trenggalek Berteman Hati, sebuah kompetisi skateboard se-Jawa Timur.

Selaku coach, Ganang mengatakan berdirinya sekolah skateboard berbasis les tersebut dilatarbelakangi butuhnya regenerasi untuk para skater (pemain skateboard). Adanya skate school juga membuka peluang bagi anak-anak usia dini yang berminat belajar skateboard.

"Kayaknya enak, sih, buat skate school. Bisa cari regenerasi. Biar kedepannya kita gak bingung cari atlet," ujar lelaki berusia 21 tahun itu.

Kesulitan mencari regenerasi sangat dirasakan setelah pandemi Covid-19. Menurutnya, serangan pandemi Covid-19 berdampak pada regenerasi komunitasnya. Karena selama pandemi terjadi, anak-anak hampir tak melakukan aktivitas di luar ruangan.

[caption id="attachment_42837" align=aligncenter width=1280] Kegiatan Sekolah Skateboard Trenggalek/Foto: Trenggalek Skateboarding[/caption]

Hal itu yang kemudian berpengaruh pada turunnya minat anak-anak untuk berolahraga. Trenggalek Skateboarding turut pula merasakan sulitnya mencari regenerasi jika minat anak-anak untuk berolahraga menurun meski pandemi telah berlalu.

"Bahkan sejak Covid-19 itu sulit untuk mencari regenerasi. Apalagi minat-minat olahraga turun setelah Covid-19 itu," tambahnya.

Lelaki asal Kecamatan Karangan itu mengaku mendapat inspirasi ketika melihat antusiasme peminat sekolah skateboard di beberapa kota seperti Malang dan Surabaya. Dari sana lah ia semakin ingin mendirikan skate school di Trenggalek.

Ganang menceritakan awal berdirinya skate school. Ia mengingat-ingat, saat itu skate school berdiri berbarengan dengan adanya tiga anak yang memiliki minat pada skateboard.

Mereka begitu antusias untuk belajar. Ganang sangat menyayangkan jika minat mereka tidak ada yang menampung. Mereka bertiga lah murid pertama di skate school ini.

Untuk melatih mereka, Ganang dibantu oleh kawan Trenggalek Skateboarding lainnya sebagai trainer. Mereka mengajarkan beberapa teknik-teknik dasar skateboard.

Hingga sekarang, skate school telah diikuti sekitar 15 anak dengan kebanyakan usia 8-10 tahun. Mereka biasa berlatih secara rutin hari Minggu pagi di Skatepark Desa Sumbergedong, Kecamatan Trenggalek.

[caption id="attachment_42836" align=aligncenter width=1280] Ganang Tangguh bersama anak-anak skater di Sekolah Skateboard Trenggalek/Foto: Trenggalek Skateboarding[/caption]

Ganang tak mengadakan pungutan biaya khusus, hanya membayar seikhlasnya. Uang dari hasil les skateboard akan masuk ke dalam kas komunitas. Mereka menggunakan uang kas komunitas untuk keperluan membeli token listrik dan keperluan renovasi skatepark.

"Untuk biaya, seikhlasnya. Biasanya masuk kas komunitas," jelas Ganang.

Ganang merasa kegiatannya ini sudah lama terkendala fasilitas yang tak terlalu baik. Lantai cor skatepark sudah seharusnya diperbaiki. Selama ini, ia bersama komunitasnya hanya mengandalkan uang kolektif untuk menambal lubang-lubang pada lantai cor.

"Bagian floor itu kan rusak. Kalau mau benerin ya kolektif kita iuran. Sama listrik juga setiap bulan kita bayar," ungkapnya.

Ia menyayangkan tidak adanya perhatian dari pemerintah. Padahal olahraga ini cukup potensial. Skateboard sudah menjadi cabang olahraga di berbagai ajang bergengsi daerah, nasional, bahkan internasional. Sangat disayangkan jika tidak didukung dengan fasilitas yang memadai.

Terlebih stigma di masyarakat yang menganggap skateboard ini sebelah mata. Tak salah jika Ganang dan kawan komunitasnya membutuhkan dukungan dan fasilitas yang layak.

"Ya, gimana, ya, kita kalau gak ada perhatian dari atas [pemerintah] juga bingung. Kita ke depannya gimana. Kalau bergerak sendiri itu, mereka [masyarakat] gak percaya," ucapnya.

Padahal, baik Ganang dan komunitasnya selalu berharap nantinya anak-anak yang berlatih di skate school bisa menjadi seorang atlet. Bahkan ia juga mempunyai harapan suatu saat nanti mereka bisa mengikuti kejuaraan-kejuaraan di tingkat daerah maupun nasional.

"Terutama jadi atlet. Ikut event-event daerah. Ikut KONI [Komite Olahraga Nasional Indonesia] juga insyaallah. Harapan saya bisa sampai SEA Games lah," tutup Ganang dengan harapan.