Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Sejarah 3 Januari 1923, Jalur Kereta Trenggalek - Tugu Terhubung

Pada hari ini, tanggal 3 Januari, pernah terjadi peristiwa sejarah yang penting untuk dikenang masyarakat Trenggalek. Dalam sejarah 3 Januari 1923, tercatat jalur kereta Trenggalek - Tugu terhubung secara keseluruhan.Sejarah kereta api di Trenggalek tercatat dalam heritage PT Kereta Api Indonesia (KAI). Pembangunan jalur Trenggalek - Tugu merupakan salah satu dari tiga tahapan pembangunan trem yang pertama milik Staatsspoorwegen Oosterlingen, sebuah perusahaan kereta api Kolonial Belanda.Pembangunan lintas Tulungagung - Trenggalek - Tugu berdasarkan Undang-Undang 6 Juni 1919 Staatsblad nomor 312. Kini, bekas stasiun dan halte jalur trem itu ada yang sudah tidak berbekas. Tapi, ada juga jalur trem Tulungagung - Trenggalek - Tugu yang diganti dengan bangunan baru. Seperti bangunan SMPN 1 Tugu, Kecamatan Tugu, yang diduga merupakan bekas stasiun Tugu.Pembangunan trem milik Staatsspoorwegen yang pertama itu menghubungkan Madiun dan Ponorogo. Kemudian, Staatsspoorwegen membangun jalur trem seperti Krian - Gempolkerep, Krian - Ploso, trem-trem di Bandung, dan lintas Tulungagung – Trenggalek - Tugu.Jalur sepanjang 48 kilometer tersebut dibangun melalui tiga tahapan. Pertama, dari Tulungagung menuju Campurdarat sepanjang 14 kilometer diselesaikan pada 15 Juli 1921. Kedua, Campurdarat - Trenggalek panjang 25 kilometer dapat dirampungkan pada 1 Juli 1922. Ketiga, pada 3 Januari 1923 keseluruhan jalur sudah dapat terselesaikan dengan terhubungnya Trenggalek - Tugu sepanjang 9 kilometer.Akan tetapi, jalur trem stasiun Tugu ke Ponorogo tidak berhasil tersambung. Hafid Rofi Pradana, penulis jejakjejak.id, mencatat biaya pembangunan jalur trem sepanjang 48 kilometer ini memakan dana f 1.893.000 (Gulden Belanda). Secara geografis jarak antara Tugu dan Slahung (Ponorogo) adalah 17 kilometer yang dibatasi oleh pegunungan.Tapi, jalur itu harus membelah pegunungan untuk menyambung daerah Trenggalek dan Ponorogo. Perkiraan biaya yang diperlukan mencapai f 6.000.000. Stasiun Tugu dan Slahung tidak jadi disambungkan karena terkendala biaya yang mahal. Selain itu, Stasiun Tugu diputuskan menjadi terminus (titik akhir) dari jalur ini.Stasiun dan halte jalur trem stasiun Tulungagung - Trenggalek - Tugu dibangun sebagai tempat pemberhentian untuk naik-turun penumpang dan barang.Rute jalur trem itu mulai dari Tulungagung yaitu Jepun, Beji, Boyolangu, Pojok, Pelem, Campurdarat, Duwet, Bandung, Bandung Pasar, Bulus, Kedunglurah, Bendo, Ngetal, Ngepoh, Trenggalek, Nglongsor, Winong, dan Tugu.Pada tahun 1926, ada tiga kali perjalanan kereta Tulungagung - Trenggalek PP. Antara Trenggalek dan Tugu tercatat ada satu kali perjalanan PP. Sedangkan kereta langsung Tulungagung - Tugu terdapat dua kali jadwal perjalanan PP. Dari Tulungagung ke Trenggalek dapat ditempuh sekitar dua jam, sementara itu Trenggalek-Tugu memakan waktu kurang lebih setengah jam.Semasa beroperasi, trem di wilayah Trenggalek dimanfaatkan sebagai angkutan penumpang maupun barang. Kereta penumpang dibagi menjadi tiga kelas, yakni kelas 2, kelas 3, dan kelas I.Kelas 2 diperuntukan bagi orang Asia Timur Tengah (Cina, Arab) dan juga pejabat pribumi, kelas 3 untuk campuran, sedangkan kelas I dikhususkan untuk orang pribumi. Pembagian penumpang pada saat itu sangat kental berdasarkan kelas sosial.Barang-barang yang diangkut oleh kereta kebanyakan adalah hasil komoditas perkebunan untuk ekspor yakni gula, karet, teh, dan kina. Hasil pertanian serta kebun seperti beras dan ketela juga turut dibawa menggunakan kereta.Selain itu, diperkirakan hasil kerajinan di Trenggalek berupa batik, kerajinan tanduk dan tulang, kerajinan bordir benang emas dan perak, dan kerajinan gerabah, juga didistribusikan menggunakan kereta.Jalur trem stasiun Tulungagung - Trenggalek - Tugu cukup padat. Dalam sehari, ada enam jadwal trem Tulungagung – Trenggalek – Tugu maupun sebaliknya dengan nomor yang berbeda-beda. Kalau dari arah Tulungagung, ada nomor 211, 201, 203, 205, 207 dan 209. Lalu dari arah Tugu ada enam nomor kereta yakni 200, 202, 204, 206, 208 dan 210.Sayangnya, keberadaan trem stasiun Tulungagung – Trenggalek - Tugu tidak berlangsung lama. Stasiun ini ditutup karena diduga terdampak krisis ekonomi (krisis malaise/jaman meleset) berlangsung tahun 1930.Krisis ekonomi itu ditandai dengan penghapusan delapan nomor kereta di tahun 1931. Tak hanya kiris ekonomi, ada permasalahan lain yang membuat stasiun kereta ditutup.Ada juga masalah jalur rel yang rusak karena terkena banjir dan persaingan dengan kendaraan roda empat seperti bus. Kondisi-kondisi tersebut membuat Staatsspoorwegen mengambil langkah rasionalisasi untuk menyelamatkan finansial perusahaan.Salah satu langkah yang diambil adalah menutup jalur cabang stasiun yang dinilai tidak bisa dipertahankan. Salah satunya adalah jalur trem stasiun Tulungagung - Trenggalek - Tugu.Pada akhirnya, jalur tersebut secara resmi ditutup pada tanggal 1 November 1932 setelah melalui survei lapangan oleh tim inspeksi Staatsspoorwegen Oosterlingen.